Tasawuf/Akhlak

Menata Niat Belajar dan Mengajar Menurut KH Hasyim Asy’ari

Sel, 24 September 2019 | 05:00 WIB

Menata Niat Belajar dan Mengajar Menurut KH Hasyim Asy’ari

Banyak perbuatan yang tampak sebagai amal akhirat, tapi menjadi amal duniawi karena kesalahan niat.

Dalam kitab Adabul ‘Alim wa al-Muta’allim, Hadratussyekh Muhammad Hasyim Asy’ari memaparkan bagaimana pentingnya menata niat dalam belajar dan mengajarkan ilmu. Setelah menjelaskan tentang keutamaan ilmu dan ulama, beliau menegaskan bahwa keutamaan-keutamaan tersebut hanya diperoleh para ulama yang mengamalkan ilmunya, dan dengan ilmunya mereka bertujuan menggapai ridha Allah, bukan karena kepentingan duniawi seperti memperkaya diri, memburu jabatan, memperbanyak pengikut, dan lain sebagainya.
 
KH Hasyim Asy’ari menegaskan:
 
جميع ما ذكر من فضل العلم وأهله إنما هو في حق العلماء العاملين بعلمهم الأبرار المتقين الذين قصدوا به وجه الله الكريم والزلفى لديه بجنات النعيم لا من قصد به أغراضا دنيوية من جاه أو مال أو مكاثرة في الأتباع والتلاميذ.
 
“Seluruh apa yang telah dijelaskan berupa keutamaan ilmu dan ahlinya hanya berlaku bagi para ulama yang mengamalkan ilmunya, mereka yang baik-baik, bertakwa serta dengan ilmunya bertujuan mencapai ridhanya Allah dan mendekat kepada-Nya di surga Na’im. Keutamaan tersebut tidak berlaku bagi orang yang berniat dengan ilmunya (dapat meraih) tujuan-tujuan duniawi berupa tahta, harta atau bersaing memperbanyak pengikut dan murid.”
 
KH Hasyim Asy’ari menyampaikan beberapa dalil, di antaranya sabda Nabi “Barangsiapa mencari ilmu karena untuk menjatuhkan para ulama, mendebat orang-orang bodoh, atau memalingkan wajah-wajah manusia kepadanya, maka Allah memasukannya ke neraka” (HR. al-Tirmidzi). 
 
Dalam hadits lain, Nabi bersabda “Barangsiapa menuntut ilmu yang semestinya diniatkan untuk mendapatkan ridha Allah ﷻ, namun ia tidak belajar kecuali untuk menghasilkan tujuan duniawi, maka ia tak akan pernah bisa mencium semerbak wangi surga” (HR. Ahmad, Ibnu Hibban, Abu Daud dan Ibnu Majah).
 
Nabi Muhammad Saw bersabda “Barangsiapa mencari ilmu karena selain Allah, atau ia menghendaki dengan ilmu untuk selain ridla Allah ﷻ, maka ambilah tempatnya dari neraka” (HR. al-Tirmidzi dan al-Nasa’i).
 
Dalam riwayat lain disebutkan “Kelak pada hari kiamat didatangkan seorang alim, ia dilemparkan ke neraka, ususnya terurai keluar, berputar-putar layaknya keledai yang mengelilingi alat penggilingan, lantas para penduduk neraka mengerumuninya dan bertanya kepada Alim itu; Sebenarnya apa yang terjadi padamu? Ia menjawab; aku memerintahkan kebaikan sedang aku tidak melakukannya, dan aku melarang keburukan sedang aku melakukannya” (HR. al-Bukhari, Muslim dan lainnya).
 
Diriwayatkan dari Bisyri Ra. Bahwa Allah ﷻ mewahyukan kepada Nabi Daud As berupa “Janganlah engkau jadikan (penyambung lidah) di antara Aku dan engkau seorang ulama yang terfitnah, sehingga kesombongannya menjauhkanmu dari kecintaan kepada-Ku. Merekalah para pemutus jalan hamba-hamba-Ku.”
 
Sufyan al-Tsauri Ra. berkata ”Ilmu dipelajari hanya karena dengannya seseorang bisa takut kepada Allah. Ilmu mengungguli lainnya karena dengannya seseorang bisa takut kepada Allah. Bila tujuan ini cacat dan rusak niatnya para pencari ilmu, sekira ia merasa ilmu dapat menjadi perantara menuju kepentingan duniawi berupa harta atau pangkat, maka sungguh batal pahalanya, lebur amalnya dan ia merugi dengan kerugian yang jelas.”
 
Fudlail bin ‘Iyadl mengatakan “Telah sampai kepadaku bahwa sesungguhnya orang-orang fasiq dari para ulama dan penghafal Al-Qur’an disiksa terlebih dahulu sebelum para penyembah berhala.” 
 
Hasan al-Bashri menambahkan “hukuman dari ilmu adalah matinya hati”, beliau ditanya apa yang dimaksud dengan kematian hati?. Beliau menjawab; “mencari dunia dengan amal akhirat.”
 
Adapun contoh niat belajar dan mengajarkan ilmu yang benar adalah apa yang dipaparkan al-Habib Zain bin Ibrahim bin Smith mengutip dari al-Habib Abdullah bin Alwi al-Haddad. Niat ini hendaknya dibaca setiap kali belajar atau mengajar. Demikian penjelasannya:
 
جاء في تثبيت الفؤاد عن الحبيب عبد الله بن علوي الحداد رضي الله عنه ونفعنا به فيما ينويه الداعي إلى الله ويقال عند الدرس قال ينوي بقلبه التعلم والتعليم والمذاكرة والتذكير والنفع والانتفاع والاستفادة والإفادة والحث على التمسك بكتاب الله وسنة رسوله صلى الله عليه وسلم والدعاء إلى الهدى والدلالة على الخير ابتغاء وجهه ومرضاته وقربه وثوابه سبحانه وتعالى
 
“Dalam kitab Tatsbit al-Fuad, dari al-Habib Abdulllah bin Alwi al-Haddad tentang niatnya orang yang mengajak ke jalan Allah, dan niat ini dibaca saat dars (belajar/ mengajar), beliau berkata: 'Hendaknya meniatkan dalam hati untuk belajar dan mengajarkan, saling berdiskusi dan mengingatkan, memberi manfaat dan mengambil manfaat, mengambil faedah dan memberi faedah, mendorong untuk berpegangan dengan kitab Allah dan sunah Rasul-Nya, mengajak kepada petunjuk, menunjukan kepada kebaikan, karena mencari ridha-Nya, kedekatan dengan-Nya dan pahala-Nya” (al-Habib Zain bin Ibrahim bin Smith, al-Manhaj al-Sawi, hal. 670).
 
KH Hasyim Asy’ari begitu menekankan urgensi niat dalam belajar dan mengajarkan ilmu, karena kualitas amal sangat tergantung kepada niatnya. Banyak perbuatan yang kelihatannya amal akhirat, tapi menjadi amal duniawi karena kesalahan niat, misalnya berceramah dengan tujuan pamer, meningkatkan popularitas, dan sebagainya. Sebaliknya aktivitas yang sekilas berwajah amal duniawi, tapi menjadi amal akhirat karena niat yang baik, seperti bekerja untuk menghidupi keluarga, mengajar dengan mengenakan pakaian mewah dengan tujuan menghormati ilmu dan lain sebagainya. Semoga Allah senantiasa menjaga hati kita agar tidak keliru niat dalam belajar dan mengajarkan ilmu.
 
 
Ustadz M. Mubasysyarum Bih, Dewan Pembina Pondok Pesantren Raudlatul Quran, Geyongan, Arjawinangun, Cirebon, Jawa Barat.