Gus Dur yang Jadikan Imlek Hari Libur Nasional
NU Online · Kamis, 31 Desember 2009 | 05:59 WIB
Jajaran pebisnis wisata yang tergabung dalam Surabaya Promotion Tourism Board (STPB) menilai, sosok Abdurrahman Wahid (Gus Dur) sebagai insan yang humanis dan tidak rasis, mengingat sejumlah pemikirannya yang dianggap kontroversial selama ini.
"Saya adalah pengagum berat Gus Dur sejak saya kuliah di Universitas Gadjah Mada," kata Direktur Eksekutif STPB Yusak Anshori saat ditemui Antara, di Surabaya, Kamis (31/12).<>
Menurut dia, pria kelahiran Jombang, 4 Agustus 1940, itu memiliki gaya bicara dan persepsi yang tidak dipunyai orang lain. "Saya suka pemikiran dan gayanya menyampaikan pemikiran. Sebelum menjadi presiden, saya sempat bertemu beberapa kali pada acara seminar," ujarnya.
Di sisi lain, terkait predikat Gus Dur yang meraih penghargaan sebagai Pejuang Kebebasan Pers, ia mengaku, hal tersebut pantas disandang pria yang memperjuangkan demokrasi di negeri ini.
"Bagi saya, pria yang menjadikan Imlek sebagai hari libur nasional itu wajib dianugerahi gelar pahlawan nasional," ucapnya.
Di samping itu, kata dia, untuk menghormati jasa pria yang pernah menempuh pendidikan di Universitas Al Azhar Kairo, Mesir, itu, pihaknya mengibarkan bendera setengah tiang. Tindakan ini sesuai imbauan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono semalam.
"Pengibaran bendera tersebut saya pasang di depan hotel pada pagi tadi," kata pria yang juga menjabat General Manager Surabaya Plaza Hotel. (ant/mad)
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Menggali Hikmah Ibadah Haji dan Kurban
2
Khutbah Jumat: Menggapai Pahala Haji Meskipun Belum Berkesempatan ke Tanah Suci
3
Amalan Penting di Permulaan Bulan Dzulhijjah, Mulai Perbanyak Dzikir hingga Puasa
4
Khutbah Jumat: Persahabatan Sejati, Jalan Keselamatan Dunia dan Akhirat
5
Keistimewaan Bulan Dzulhijjah dan Hari Spesial di Dalamnya
6
Kelola NU Laksana Pemerintahan, PBNU Luncurkan Aplikasi Digdaya Kepengurusan
Terkini
Lihat Semua