Internasional

Pemberangkatan Hari Pertama, Jumlah Jamaah Haji Lansia 1.617 Orang

Ahad, 4 Mei 2025 | 20:05 WIB

Pemberangkatan Hari Pertama, Jumlah Jamaah Haji Lansia 1.617 Orang

Sejumlah jamaah haji Indonesia kloter pertama saat tiba di Madinah pada Jumat (2/5/2025). (Foto: MCH 2025)

Jakarta, NU Online
Kementerian Agama tetap mencanangkan Haji Ramah Lansia untuk musim haji 2025 selain tagline haji ramah disabilitas. Banyaknya jamaah haji lanjut usia (lansia) terlihat saat pemberangkatan hari pertama pada Jumat (2/5/2025) lalu.


Kemenag melalui Siskohat (Sistem Komputerisasi Haji Terpadu) mencatat, dari total 7.412 jamaah, 1.617 orang merupakan jamaah lansia atau sekitar 21,8 persen. Jumlah tersebut merupakan jamaah yang berasal dari berbagai embarkasi menuju Kota Madinah.


Musim haji 2025 telah resmi dimulai, dan perhatian besar langsung tertuju pada kelompok jemaah lanjut usia (lansia) yang menjadi prioritas dalam penyelenggaraan tahun ini.


Keberangkatan jemaah lansia ini tersebar di 19 kloter dari berbagai embarkasi seperti Jakarta, Solo, Surabaya, Batam, Makassar, hingga Lombok.


Pesawat pertama yang mengangkut jamaah haji adalah kloter JKG 1, yang berangkat pukul 01:17 WIB menggunakan Garuda Indonesia GA 7301. Dari 393 jemaah, sebanyak 86 orang adalah lansia.


Sementara penerbangan terakhir hari itu adalah kloter JKG 4, yang lepas landas pukul 22:37 WIB dengan 106 lansia dari 393 calon jemaah haji.


Dari data yang ada, penerbangan dengan paling banyak lansia adalah embarkasi Surabaya (SUB 2) yang terbang dengan Saudi Arabia Airlines. Jumlahnya mencapai 124 lansia dari 376 jamaah. Dari tiga penerbangan Surabaya, totalnya 318 calon jemaah haji lansia.


Duta Besar RI untuk Kerajaan Arab Saudi, Abdul Aziz Ahmad, yang turut memantau kedatangan jamaah di Madinah, menyatakan kepuasannya atas proses penyambutan dan pelayanan terhadap para jamaah, terutama lansia, dan di hotel tempat mereka menginap.


“Kedatangan hari ini saya lihat baik, sangat baik, lancar. Kemudian jamaahnya juga tidak terlalu kelihatan lelah. Walaupun ini perjalanan sangat panjang, tapi tetap kelihatan lebih segar,” ujarnya di Madinah Jumat lalu.


Abdul Aziz menjelaskan, skema jalur cepat (fast track) yang dijalankan pada sejumlah kloter sangat membantu mempercepat proses kedatangan jamaah, termasuk lansia.


“Mudah-mudahan semua proses, walaupun ada yang tidak pakai fast track, itu tetap tidak terlalu lama di bandara. Karena sekarang ini musim panas, sehingga kalau terlalu lama di airport, itu bisa melelahkan jamaah,” terang Abdul Aziz.


Dia juga menyoroti pentingnya proses yang nyaman dan cepat sejak dari bandara hingga ke hotel. “Dari keluar, masuk bus, berangkat ke hotel, disambut dengan baik oleh pemilik hotel. Ini kita jadikan sebagai standar. Mudah-mudahan selanjutnya seperti ini,” pungkasnya.


Jumlah lansia yang cukup besar ini menunjukkan bahwa layanan khusus lansia dan jamaah risiko tinggi (risti) harus terus menjadi fokus utama. Petugas haji telah dibekali pelatihan khusus untuk menangani skema murur (melintas di Muzdalifah tanpa turun) dan tanazul (pemulangan bertahap bagi jamaah lansia dan risti) sejak pelatihan teknis beberapa pekan lalu.


Pemerintah Indonesia melalui Petugas Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) juga memastikan bahwa setiap jamaah lansia mendapatkan prioritas dalam layanan transportasi, akomodasi, hingga layanan kesehatan.