Peneliti: Pesantren Annuqayah Layak Jadi Model Pengelolaan Sampah
Selasa, 24 Juni 2025 | 10:00 WIB
Sumenep, NU Online Jatim
Unit Pelaksana Teknis (UPT) Laboratorium Sampah Jatian Pondok Pesantren Annuqayah Lubangsa Guluk-Guluk, menerima kunjungan dari Pusat Pengkajian Islam dan Masyarakat (PPIM) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Ahad (22/06/2025).
Kunjungannya ke pondok pesantren tertua di Sumenep tersebut, bagian dari rangkaian capacity building untuk pesantren di Indonesia yang mengkampanyekan lingkungan hidup sehat.
Kiai M Khotibul Umam, Ketua Biro Pengembangan Masyarakat (BPM) Annuqayah, menjelaskan alasan PPIM UIN Syarif Hidayatullah berkunjungan ke Annuqayah, karena pesantren ini cukup aktif mempraktikkan kegiatan lingkungan hidup.
"Dari hasil riset yang mereka lakukan, Pondok Pesantren Annuqayah termasuk salah satu pesantren yang cukup aktif dan konsisten dalam mempraktikkan serta mengkampanyekan kegiatan lingkungan hidup, baik kepada internal santri maupun masyarakat,” ujarnya.
Diketahui, sebanyak 25 peserta ikut serta dalam kunjungan ini. Mereka berasal dari beberapa pesantren di wilayah Jawa Timur, seperti Jombang, Malang, Kediri dan Pasuruan.
Kunjungan ini dirancang dengan konsep studi lapangan untuk melihat langsung praktik pesantren ramah lingkungan yang telah diterapkan secara konsisten di Annuqayah.
Salah satu peserta, Iim Halimatussa’diyah, peneliti dari PPIM UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, menyampaikan bahwa kunjungan ini bertujuan untuk mengenalkan praktik pesantren ramah lingkungan kepada para peserta yang berangkat dari pesantren di Jawa Timur.
"Menurut saya, Pondok Pesantren Annuqayah bisa menjadi model yang layak untuk direplikasi. Kendati menggunakan alat yang sederhana, santri bisa membiasakan diri mengurangi sampah di lingkungan pesantren. Bahkan bisa mendaur ulang sampah menjadi benda-benda yang bermanfaat. Sebut saja eco paving blok, pupuk cair, aksesoris, dan lainnya," ungkapnya.
Diceritakan, ketika pertama kali masuk ke pesantren ini, ia melihat aneka ragam pepohonan. Ia menyebut keberadaan pohon jati, mengkudu, hingga salak sebagai bukti bahwa pesantren ini hidup berdampingan erat dengan alam.
Selengkapnya klik di sini.