Khutbah

Khutbah Jumat: Meneguhkan Qanaah dan Syukur di Tengah Arus Hedonisme

Jumat, 18 Juli 2025 | 09:00 WIB

Khutbah Jumat: Meneguhkan Qanaah dan Syukur di Tengah Arus Hedonisme

Ilustrasi hedonisme. (Foto: NU Online/Freepik)

Di era modern ini, kesenangan dan kenikmatan duniawi sering kali menjadi prioritas utama. Gaya hidup yang serba hedonis, yang selalu mengutamakan kepuasan yang sifatnya hanya sementara atau bahkan kepuasan yang dilandasi hanya karena gengsi semata saat ini menjadi populer di kalangan masyarakat. Padahal gaya hidup semacam itu memiliki tingkat bahaya yang besar bagi kehidupan seseorang. Terlebih, gaya hidup seperti itu merupakan larangan keras dalam agama Islam.

 

Teks khutbah Jumat berikut ini berjudul: “Khutbah Jumat: Meneguhkan Qanaah dan Syukur di Tengah Arus Hedonisme”. Untuk mencetak naskah khutbah Jumat ini, silakan klik ikon print berwarna merah di atas atau bawah artikel ini (pada tampilan desktop). Semoga bermanfaat! (Redaksi).

 

Khutbah I

 

الْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ حَمْدًا يُوَافِيْ نِعَمَهُ وَيُكَافِئُ مَزِيْدَهُ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللّٰهُ شَهَادَةَ الْمُؤْمِنِيْنَ الْمُوقِنِيْنَ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللّٰهِ الصَّادِقُ الْوَعْدِ الْأَمِينُ، أَدَّى الرِّسَالَةَ وَبَلَّغَ الْأَمَانَةَ، فَكَانَ مُبَشِّرًا وَنَذِيرًا وَدَاعِيًا إِلَى اللَّهِ بِإِذْنِهِ وَسِرَاجًا مُنِيرًا. وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى نَبِيِّ الْهُدَى وَالرَّحْمَةِ، الْمَبْعُوثِ بِالْكِتَابِ وَالْحِكْمَةِ، خَاتَمِ النَّبِيِّيْنَ وَإِمَامِ الْمُرْشِدِيْنَ، سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَأَتْبَاعِهِ أَجْمَعِيْنَ

أَمَّا بَعْدُ: فَيَا عِبَادَ اللّٰهِ الْحَاضِرُوْنَ، اِتَّقُوا اللّٰهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ، وَاعْلَمُوا أَنَّ اللّٰهَ مَعَ الْمُتَّقِيْنَ. قَالَ اللّٰهُ تَعَالَى فِي الْقُرْاٰنِ الْعَظِيْمِ: بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ: وَالْعَصْرِ إِنَّ الإنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ إِلَّا الَّذِینَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ. صَدَقَ اللّٰهُ العَظِيْمُ

 

Ma'asyiral muslimin rahimakumullah

Alhamdulillah, segala puji hanya bagi Allah yang telah melimpahkan nikmat kepada kita sehingga kita dapat menunaikan shalat Jumat pada hari ini. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada junjungan kita, Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, keluarga, dan para sahabatnya, juga kepada kita selaku umatnya. Aamiin ya Rabbal ‘alamin

 

Dalam kesempatan yang mulia ini, khatib berwasiat kepada seluruh hadirin sekalian, utamanya untuk diri khatib pribadi agar sama-sama kita menjaga ketakwaan kita kepada Allah Ta'ala. Pasalnya takwa merupakan fondasi agar kita mulia di dunia dan di akhirat. Allah Ta'ala berfirman:

 

إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللّٰهِ أَتْقَاكُمْ إِنَّ اللّٰهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ

 

Artinya: ”Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling taqwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” (QS. Al Hujurat: 13)

 

Imam Al-Qusyairi Dalam kitabnya Lathaif Al-Isyarat jilid 3 halaman 444 menjelaskan, maksud takwa pada ayat tersebut adalah pembebasan diri dari nafsu dan keinginan serta kepentingan-kepentingan duniawi. Maka hamba yang paling mulia di sisi Allah adalah orang yang paling jauh dari nafsunya dan paling dekat dengan Allah Ta'ala.

 

Ma'asyiral muslimin rahimakumullah

Di tengah masyarakat yang semakin modern, gaya hidup hedonis hampir sudah menjadi budaya. Tentu hal ini sangat mengkhawatirkan karena pada dasarnya hedonis adalah gaya hidup yang dapat merusak kehidupan, bahkan sebagian saudara kita ada yang terjerat pinjol hanya karena gengsi berlebihan.

 

Artinya, dalam keterangan Imam Al-Qusyairi tersebut menjadi jelas bahwa hedonisme merupakan gaya hidup yang sangat bertentangan dengan prinsip takwa itu sendiri, yaitu melawan dan menekan hawa nafsu sampai ke titik di mana seseorang benar-benar bisa menyembah kepada Allah tanpa mengharap apapun selain ridha-Nya karena itu merupakan tujuan diciptakannya manusia. Allah Ta'ala berfirman:

 

وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْاِنْسَ اِلَّا لِيَعْبُدُوْنِ

 

Artinya: "Aku (Allah) tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku." (QS. Ad-dzariyat: 56)

 

Ma'asyiral muslimin rahimakumullah

Melawan gaya hidup hedonis tidaklah mudah bahkan sangat sulit terlebih bagi saudara-saudara kita yang hidup di perkotaan. Hal ini memerlukan proses yang cukup panjang dan kehati-hatian yang intens. Namun demikian, ada dua cara yang dicontohkan oleh Baginda nabi Muhammad SAW dalam menekan dan melawan hedonisme.

 

Pertama, menumbuhkan sifat qanaah. Sebagaimana Baginda nabi mengajarkan tentang kekayaan hati lebih utama daripada sekadar kekayaan duniawi. Beliau bersabda:

 

لَيْسَ الغِنَى عَنْ كَثْرَةِ العَرَضِ، وَلَكِنَّ الغِنَى غِنَى النَّفْسِ

 

Artinya: "Kekayaan bukanlah banyaknya harta benda, tetapi kekayaan adalah hati yang merasa cukup." (HR Bukhari dan Muslim)


 
Sikap qanaah membuat seseorang lebih tenang dalam menghadapi kehidupan. Ia tidak akan selalu merasa kurang atau iri terhadap orang lain, melainkan menikmati dan mensyukuri apa yang telah diberikan oleh Allah. Dengan qanaah, kita juga lebih mudah berbagi dengan sesama, karena tidak ada rasa takut kehilangan.

 

Qanaah mengajarkan kita untuk menghargai apa yang kita miliki dan tidak selalu menginginkan lebih. Dengan demikian, kita dapat mengurangi keinginan untuk memiliki lebih banyak barang atau kekayaan yang tidak perlu.

 

Ma'asyiral muslimin rahimakumullah

Kedua, untuk menekan keinginan hedonisme adalah dengan memperkuat rasa syukur kita. Syukur merupakan pengikat kenikmatan yang telah didapatkan sekaligus menjadi alat berburu terhadap nikmat yang belum didapatkan. Sebagaimana dikatakan sebagian ulama dalam kitab Ar-Risalah Al-Qusyairiyah jilid 1 halaman 313:

 

الشُّكْرُ قَيْدُ الْمَوْجُودِ وَصَيْدُ الْمَفْقُودِ

 

Artinya: "Syukur adalah pengikat nikmat yang ada dan menjadi alat berburu terhadap nikmat yang belum didapatkan."

 

Kalimat ini menekankan betapa luar biasanya pengaruh syukur terhadap apa yang telah kita dapatkan, khususnya karunia berupa Iman, Islam, kesehatan, dan lain sebagainya. Selanjutnya, pengaruh syukur terhadap karunia dan kenikmatan yang belum kita dapatkan.

 

Oleh karena keterangan tersebut Baginda nabi Muhammad SAW memberikan kiat untuk kita agar kita mampu bersyukur. Beliau nabi bersabda:

 

انْظُرُوا إِلَى مَنْ أَسْفَلَ مِنْكُمْ، وَلَا تَنْظُرُوا إِلَى مَنْ هُوَ فَوْقَكُمْ، فَهُوَ أَجْدَرُ أَنْ لَا تَزْدَرُوا نِعْمَةَ اللّٰهِ عَلَيْكُمْ

 

Artinya: "Perhatikanlah orang yang berada di bawah kalian, dan jangan melihat orang yang berada di atas kalian, karena itu lebih patut agar kalian tidak meremehkan nikmat Allah yang telah diberikan kepada kalian."(HR Muslim)

 

Sabda nabi tersebut merupakan perintah kepada kita untuk memiliki rasa syukur dan kesadaran atas nikmat dan karunia Allah Ta'ala kepada kita. Tidak hanya itu, sabda Baginda nabi tersebut juga mengisyaratkan bahwa salah satu penyebab orang memiliki sikap hedon adalah selalu membandingkan diri dengan pencapaian orang lain.

 

Maka, sikap syukur tidak hanya menghindarkan kita dari iri hati untuk selalu bersaing dan memuaskan hasrat duniawi saja, tetapi juga membawa ketenangan batin. Dengan bersyukur, kita akan lebih mudah menerima takdir Allah, mendoakan kebaikan bagi orang lain, serta menjadikan setiap pencapaian orang lain sebagai inspirasi, bukan sebagai sesuatu yang harus ditandingi.

 

Ma'asyiral muslimin rahimakumullah

Dengan menerapkan qanaah dan syukur dalam kehidupan sehari-hari, kita dapat mengurangi dan menghilangkan sikap hedonisme dan meningkatkan kualitas hidup yang lebih bermakna. Kita dapat belajar untuk menghargai apa yang kita miliki, mengurangi konsumsi berlebihan, dan meningkatkan kepuasan batin.

 

Jadi, mari kita mulai belajar untuk selalu memegang teguh sikap qanaah dan syukur dalam kehidupan sehari-hari. Hedonisme hanya akan membawa kita pada kekecewaan dan ketidakpuasan.

 

Demikian khutbah Jumat siang hari ini, semoga bermanfaat dan membawa keberkahan dalam kehidupan kita semua. Amiin ya rabbal 'alamin.

 

بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فِي اْلقُرْآنِ اْلعَظِيْمِ وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِالْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هٰذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللّٰهَ لِيْ وَلَكُمْ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ

 

Khutbah II

 

اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ عَلَى إِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلَى تَوْفِيْقِهِ وَامْتِنَانِهِ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ إِلاَّ اللّٰهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى إلَى رِضْوَانِهِ. اَللّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا، أَمَّا بَعْدُ. فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ، إِتَّقُوااللّٰهَ فِيْمَا أَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى، وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللّٰهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ عَظِيْمٍ، أَمَرَكُمْ بِالصَّلَاةِ وَالسَّلَامِ عَلَى نَبِيِّهِ الْكَرِيْمِ، فقَالَ تَعَالَى: إِنَّ اللّٰهَ وَمَلَآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِى، يَآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلٰيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا

 

اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ، فِيْ الْعَالَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ

 

اَللّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءِ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ. اَللّٰهُمَّ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ وَأَعْلِ كَلِمَاتِكَ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. اَللَّهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتَنِ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ بُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. اللَّهُمَّ أَصْلِحْ لَنَا دِيْنَنَا الَّذِيْ هُوَ عِصْمَةُ أَمْرِنَا، وَأَصْلِحْ لَنَا دُنْيَانَا الَّتِيْ فِيْهَا مَعَاشُنَا، وَأَصْلِحْ لَنَا آخِرَتَنَا الَّتِيْ إِلَيْهَا مَعَادُنَا، وَاجْعَلِ الحَيَاةَ زِيَادَةً لَنَا فِيْ كُلِّ خَيْرٍ، وَاجْعَلِ المَوْتَ رَاحَةً لَنَا مِنْ كُلِّ شَرٍّ بِرَحْمَتِكَ يَاأَرْحَمَ الرّٰحِمِيْنَ، رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

 

عِبَادَاللّٰهِ، إِنَّ اللّٰهَ يَأْمُرُ بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِي اْلقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشَآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. وَاذْكُرُوا اللّٰهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلَى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللّٰهِ أَكْبَرُ

 

Ustadz Abdul Karim Malik, Alumni Al Falah Ploso Kediri, Pengurus LBM PCNU Kabupaten Bekasi dan Tenaga Pengajar Pondok Pesantren YAPINK Tambun-Bekasi.