Khutbah Jumat: Muharram, Momentum Memperkuat Persaudaraan Sesama Muslim
Kamis, 10 Juli 2025 | 13:00 WIB
Bulan Muharram sering kali berlalu tanpa makna yang mendalam, padahal ia adalah salah satu bulan yang dimuliakan dalam Islam. Di balik pergantian tahun Hijriyah, terdapat kesempatan besar untuk memperbaiki diri, termasuk mempererat kembali tali persaudaraan sesama Muslim yang belakangan ini semakin rapuh oleh berbagai perbedaan dan kepentingan duniawi.
Maka naskah khutbah Jumat berikut ini dengan judul, “Khutbah Jumat: Muharram, Momentum Memperkuat Persaudaraan Sesama Muslim.” Untuk mencetak naskah khutbah Jumat ini, silakan klik ikon print berwarna merah di atas atau bawah artikel ini (pada tampilan desktop). Semoga bermanfaat!
Khutbah I
اَلْـحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِينَ، الْقَائِلِ فِي كِتَابِهِ الْكَرِيمِ: إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌ فَأَصْلِحُوا بَيْنَ أَخَوَيْكُمْ وَاتَّقُوا اللّٰهَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ. أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا اللّٰهُ، وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا وَنَبِيَّنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، لَا نَبِيَّ بَعْدَهُ. اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِينَ، وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّينِ. أَمَّا بَعْدُ. فَإِنِّي أُوْصِيكُمْ وَإِيَّايَ نَفْسِي الْخَاطِئَةَ بِتَقْوَى اللّٰهِ، فَإِنَّ تَقْوَى اللّٰهِ خَيْرُ الزَّادِ، وَأَفْضَلُ مَا تَحْمِلُهُ النُّفُوسُ فِي سَفَرِ الدُّنْيَا. قَالَ اللّٰهُ تَعَالَى: يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللّٰهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
Jamaah Jumat yang dimuliakan Allah,
Kita telah memasuki tahun baru Hijriyah, satu momen yang tidak hanya layak untuk disambut secara seremonial, tetapi juga menjadi kesempatan emas untuk melakukan evaluasi dan perenungan mendalam terhadap kualitas keislaman dan kemanusiaan kita, baik secara individu maupun sebagai komunitas umat.
Salah satu nilai penting yang harus kita hidupkan kembali dalam kehidupan bermasyarakat adalah nilai ukhuwah islamiyah, yaitu rasa persaudaraan yang dilandasi oleh keimanan, bukan semata-mata kesamaan nasab, suku, daerah, atau organisasi.
Dalam kehidupan umat Islam hari ini, kita menyaksikan dengan mata kepala sendiri betapa mudahnya hubungan persaudaraan hancur hanya karena perbedaan pendapat, perbedaan mazhab, atau bahkan hanya karena isu politik dan kepentingan pribadi yang bersifat sesaat.
Padahal Allah Subhanahu wa Ta'ala telah mengingatkan dalam firman-Nya:
إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌ فَأَصْلِحُوا بَيْنَ أَخَوَيْكُمْ
Artinya, "Sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara. Maka damaikanlah antara kedua saudaramu itu." (QS. al Hujurat: 10)
Imam Ath-Thabari dalam Tafsir Jami'ul Bayan juz 21 halaman 363 menjelaskan bahwa ayat ini merupakan perintah tegas untuk menyadari bahwa keimananlah yang menjadi dasar utama persaudaraan di antara umat Islam. Maka, ketika dua orang atau kelompok beriman berselisih, wajib bagi yang lain untuk mendamaikan keduanya demi menjaga ikatan ukhuwah tersebut.
Jamaah Jumat yang dimuliakan Allah,
Ukhuwah bukan hanya slogan atau simbol, tetapi ia adalah akhlak dan tindakan. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam menggambarkan ukhuwah dalam sabdanya:
إِنَّ الْمُؤْمِنَ لِلْمُؤْمِنِ كَالْبُنْيَانِ، يَشُدُّ بَعْضُهُ بَعْضًا، وَشَبَّكَ أَصَابِعَهُ
Artinya, "Seorang mukmin bagi mukmin yang lain seperti bangunan yang saling menguatkan satu sama lain." (HR. Bukhari dan Muslim)
Perhatikan bagaimana Rasulullah tidak hanya menjelaskan ukhuwah dengan kata-kata, tetapi juga dengan isyarat menyatukan jari-jemari beliau. Ini menunjukkan bahwa hubungan ukhuwah harus kokoh, saling menopang, dan tidak boleh terputus hanya karena persoalan dunia yang fana. Dalam hadits lain yang diriwayatkan oleh Imam al-Bukhari (juz 1 halaman 12), Rasulullah bersabda:
لَا يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى يُحِبَّ لِأَخِيهِ مَا يُحِبُّ لِنَفْسِهِ
Artinya, "Tidak sempurna iman salah seorang di antara kalian sampai ia mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri." (HR Al-Bukhari)
Betapa indahnya ajaran Islam, yang menuntut kita untuk memiliki empati, menanggalkan ego, dan mengedepankan cinta kasih atas dasar iman. Imam al Ghazali dalam Ihya Ulumiddin juz 2 halaman 208 menyatakan bahwa hadits yang tadi khatib baca merupakan fondasi akhlak dalam berukhuwah. Ia mengajarkan pentingnya membersihkan hati dari penyakit-penyakit batin seperti iri, dengki, dan prasangka buruk, lalu menggantikannya dengan keikhlasan, kebaikan hati, dan kepedulian terhadap sesama.
Jamaah Jumat yang dimuliakan Allah,
Hijrah bukan sekadar berpindah tempat, tetapi berpindah sikap dan nilai. Maka mari kita jadikan bulan Muharram ini sebagai titik balik untuk melakukan hijrah sosial, dari sikap saling menyalahkan menjadi saling menasihati, dari permusuhan menjadi persaudaraan, dari ujaran kebencian menjadi saling mendoakan.
Bangunlah ukhuwah dari rumah kita, dari lingkungan kita, dari masjid kita. Jangan tunggu yang lain berubah, tetapi mulailah dari diri sendiri. Ucapkan salam lebih dulu, senyum lebih dahulu, bantu lebih dulu. Sungguh, ukhuwah tidak akan pernah lahir tanpa kesungguhan dan keikhlasan.
Karena itulah Rasulullah bersabda:
الْمُسْلِمُ أَخُو الْمُسْلِمِ، لَا يَظْلِمُهُ وَلَا يُسْلِمُهُ، وَمَنْ كَانَ فِي حَاجَةِ أَخِيهِ كَانَ اللّٰهُ فِي حَاجَتِهِ
Artinya, "Seorang Muslim adalah saudara bagi Muslim lainnya. Ia tidak menzaliminya dan tidak membiarkannya (dalam kesulitan). Barang siapa membantu kebutuhan saudaranya, maka Allah akan menolong kebutuhannya." (HR. Bukhari dan Muslim)
Jamaah Jumat yang dimuliakan Allah,
Jika ukhuwah Islamiyah kita tegakkan dengan sungguh-sungguh, niscaya umat ini akan kembali kuat dan disegani. Tidak ada kekuatan yang mampu menandingi umat yang bersatu hati, bersatu doa, dan bersatu tujuan.
Maka dari mimbar ini, saya mengajak diri saya pribadi dan hadirin sekalian untuk memperbaharui niat dan tekad, bahwa mulai hari ini, mulai Muharram ini, kita akan menjadi pribadi yang mempererat bukan memecah, menyambung bukan memutus, menebar salam bukan menyebar permusuhan.
أَقُوْلُ قَوْلِي هٰذَا، وَأَسْتَغْفِرُ اللّٰهَ لِي وَلَكُمْ، وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِينَ وَالْمُسْلِمَاتِ، فَاسْتَغْفِرُوهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ
Khutbah II
اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ عَلَى إِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلَى تَوْفِيْقِهِ وَامْتِنَانِهِ. وَأَشْهَدُ أَنْ لَا اِلٰهَ إِلَّا اللّٰهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى إِلَى رِضْوَانِهِ. اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اٰلِهِ وَاَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا أَمَّا بَعْدُ فَيَا أَيُّهَا المُسْلِمُوْنَ اِتَّقُوْا اللّٰهَ فِيْمَا أَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى
وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللّٰهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَّى بِمَلَآئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعَالَى إِنَّ اللّٰهَ وَمَلَآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ يَآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيَآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلَآئِكَةِ الْمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ اللّٰهُمَّ عَنِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ أَبِى بَكْرٍ وَعُمَرَ وَعُثْمَانَ وَعَلِيِّ وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِيْ التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا اَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ
اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَالْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ الأَحْيَآءِ مِنْهُمْ وَالْاَمْوَاتِ اَللّٰهُمَّ أَعِزَّ الْإِسْلَامَ وَالْمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَالْمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ الْمُوَحِّدِيَّةَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ الْمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ وَأَعْلِ كَلِمَاتِكَ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. اَللّٰهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا الْبَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَالْمِحَنَ وَسُوْءَ الْفِتَنِ وَالْمِحَنِ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خَآصَّةً وَسَائِرِ الْبُلْدَانِ الْمُسْلِمِيْنَ عَآمَّةً يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَا وَ اِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ الْخَاسِرِيْنَ. رَبَّنَا آتِنَا فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
عِبَادَ اللّٰهِ ! إِنَّ اللّٰهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِيْ الْقُرْبٰى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَآءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوْا اللّٰهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلَى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللّٰهِ أَكْبَرُ وَ اللّٰهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُوْنَ
Ustadz Dr. Fatihunnada, Lc., M.A., Dosen Fakultas Dirasat Islamiyyah wal 'Arabiyyah, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.