Nasional

Rais Aam PBNU Jelaskan Cara Peroleh Hakikat Kesempurnaan Nikmat

Senin, 26 Mei 2025 | 11:00 WIB

Rais Aam PBNU Jelaskan Cara Peroleh Hakikat Kesempurnaan Nikmat

Rais Aam PBNU KH Miftachul Akhyar pada saat mengisi kajian Syarah Al-Hikam di kediamannya, Pondok Pesantren Miftachus Sunnah, Surabaya, Jawa Timur. (Foto: tangkapan layar youtube Multimedia KH Miftachul Akhyar)

Surabaya, NU Online
Rais Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Miftachul Akhyar menjelaskan, kesempurnaan nikmat dari Allah swt tidak bisa hanya diperoleh melalui ketaatan akan perintah-perintah Allah dan menjauhi segala larangan-Nya.


Kendati demikian, ketaatan bukan tidak penting. Justru orang yang sudah taat, ia telah meniti satu tahap untuk memperoleh hakikat kesempurnaan nikmat.


Adapun tahap selanjutnya, adalah memastikan hati manusia tetap terpaut dan menyandarkan seutuhnya kepada Allah swt. Bukan pada ketaatan semata. Pasalnya, kemudahan melaksanakan taat lantaran anugerah besar yang diberikan Allah kepada manusia-manusia pilihan.


"Bukan taat itu yang menjadi andalan. Justru yang menjadi andalan itu Allah yang memberi taat itu tadi," katanya saat ngaji Kitab Syarah Al-Hikam di Pondok Pesantren Miftachus Sunnah, Surabaya, Jawa Timur, diakses lewat kanal YouTube Multimedia KH Miftachul Akhyar, Senin (26/5/2025).


"Kalau sudah seperti itu, maka Allah menyempurnakan kepada kita semua nikmatnya," sambung ulama berkacamata ini.


Kiai Miftach, sapaannya, lebih lanjut menjelaskan bahwa hakikat kesempurnaan nikmat yang dimaksud adalah nikmat yang dapat dirasakan manusia secara lahir sekaligus batin.


Di dunia, nikmat lahir bisa saja berupa kemurahan rezeki, kemudahan dalam menggapai cita-cita, kesenangan melaksanakan syariat, dan lain sebagainya. Sementara nikmat batin di antaranya berupa kemantapan iman, keyakinan balasan amal, dan kemakrifatan kepada Allah swt.


Kiai Miftach kemudian menyoroti godaan-godaan yang kerap kali menghambat seseorang memperoleh nikmat batin. Ini karena imannya yang mudah goyah dan sering kali mengabaikan janji Allah bahwa semua amal manusia akan dibalas di akhirat.


"Banyak orang yang sekarang imannya setipis kulit bawang, lihat uang iman melayang," jelas pengasuh Pondok Pesantren Miftachus Sunnah, Surabaya ini.


Karena itu, Kiai Miftach mengajak untuk terus mempertebal keimanan di tengah godaan-godaan berat di zaman yang makin terbuka seperti sekarang ini.


"Kita harus yakin apa yang kita lakukan hari ini, kemarin, dan seterusnya dicatat oleh Allah, diketahui oleh Allah, dan pasti ada balasannya walaupun tidak ada orang yang tahu," terangnya. "Kalau sudah seperti itu keyakinan panjenengan, berarti panjenengan sudah disempurnakan nikmatnya oleh Allah. Baik nikmat lahir maupun nikmat batin," tutupnya.