Syariah

3 Tips Harmonis Tinggal Serumah dengan Mertua & Orang Tua Menurut Islam

Kamis, 21 Agustus 2025 | 16:00 WIB

3 Tips Harmonis Tinggal Serumah dengan Mertua & Orang Tua Menurut Islam

Tips harmonis tinggal serumah dengan mertua & orang tua

Banyak orang yang gagal menciptakan harmonisasi keluarga ketika hidup bersama orang tua atau mertua. Perbedaan pandangan, nilai-nilai yang dianut dan kebiasaan hidup sering kali menjadi sumber ketegangan dan konflik.
 

Tidak jarang pasangan suami istri memilih keluar dari rumah tinggal orang tua atau mertua dan menjalani roda kehidupan berdua tanpa mereka. Sedangkan hidup serumah dengan mereka memberi kesempatan besar pada suami istri untuk berbakti dan membahagiakannya.
 

Sekuat apapun tekad seorang anak untuk membahagiakan orang tua atau mertua tidak akan maksimal dan optimal jika tidak hidup serumah. Perberdaan tempat tinggal menghalangi mereka untuk memahami secara langsung kebutuhan dan keinginan orang tua atau mertua. Apalagi jika posisi geografisnya berada dalam radius yang sangat jauh.
 

Hidup serumah dengan orang tua atau mertua sangat baik dipertahankan dengan tips yang tepat, agar keharmonisan dapat tercipta sesuai dengan ketentuan Islam. Di antara tips-tipsnya adalah sebagaimana berikut:
 

1. Menjaga Etika Baik

Menjaga etika baik kepada orang tua dan mertua merupakan tips paling dominan dalam menciptakan keharmonisan keluarga. Jika suami istri mampu memperlihatkan sikap yang terpuji kepada orang tua dan mertua, maka rasa cinta dan kasih sayang di antara mereka dapat terjaga dengan baik.
 

Karena pada dasarnya pernikahan disyariatkan agar hidup tenang dan tentram yang muaranya pada terciptanya harmonisasi suami-istri. Suatu hal yang menggagalkan keharmornisan adalah akhlak yang tercela.
 

Sejalan dengan penjelasan Abdul Lathif berikut:  
 

ولا يخفى ما بثه الله تعالى بين الأزواج: من الشفقة والحنان؛ وما أوجبه على كلا الزوجين من المودة، والتفاني في الإخلاص والمحبة وهذا لا يتنافى مع ما يحدث من الشقاق بين الطبقة الدنيا، وذوي النفوس الوضيعة، مما ينشأ من ضعف الأخلاق، وفساد البيئة، ونقص التربية
 

Artinya, “Sangat jelas bahwa Allah swt menumbuhkan rasa kasih dan cinta di antara suami istri. Juga lahir perasaan cinta kasih serta saling mendedikasikan diri dengan ikhlas dan cinta. Hal ini tidak bisa dinafikan dengan prahara rumah tangga yang terjadi dalam lapisan dunia dan nafsu-nafsu yang kotor, yang mana munculnya problematika ini antara lain karena lemahnya moral, rusaknya lingkungan, dan minimnya pendidikan.” (Muhammad Abdul Lathif bin Al-Khatib, Audhahut Tafasir, [Mesir, Mathbaatul Mishriyah: 1964], halaman 493).
 

Karenanya, suami istri wajib memperhatikan etika yang baik kepada orang tua dan mertua agar tetap harmonis dan bahagia. Imam Al-Ghazali menyebutkan ada tujuh adab kepada orang tua, yaitu:

  1. mendengarkan kata-kata orang tua,
  2. berdiri ketika mereka berdiri,
  3. mematuhi perintah mereka,
  4. memenuhi panggilan mereka,
  5. merendahkan diri dengan penuh kasih sayang dan tidak menyusahkan dengan pemaksaan,
  6. tidak mudah merasa capek dalam berbuat baik kepada mereka, dan tidak sungkan melaksanakan perintah mereka, tidak memandang dengan rasa curiga, dan
  7. tidak membangkang perintahnya. (Al-Ghazali, Majmu'ah Rasailil Imam Al-Ghazali, [Kairo, Al-Maktabah At-Taufiqiyyah], halaman 444).


 

Muhammad Khithab As-Subki juga menekankan secara spesifik praktik akhlak yang baik kepada mertua. Segala tindak langkahnya harus memperhatikan kode etik yang benar agar bisa hidup bersama dalam kondisi nyaman.
 
Ia memaparkan:
 

دل الحديث على طلب حسن العشرة مع الأصهار واستعمال الأدب بترك المواجهة بما يستحيا منه عرفا
 

Artinya, “Hadits Ali bin Abi Thalib meminta Al-Miqdad untuk bertanya kepada Rasulullah saw dari kasusnya yang sering keluar madzi saat bercengkrama dengan Aisyah yang diriwayatkan At-Tirmidzi, menunjukkan anjuran untuk memperlakukan keluarga jalur pernikahan dengan baik dan dengan sopan santun, yakni dengan menghindari konfrontasi dalam hal-hal yang dianggap memalukan menurut adat.” (Muhammad Khithab As-Subki, Al-Manhalul Adzbul Maurud Syarhu Sunan Al-Imam Abi Dawud, [Lebanon, Muassasah At-Tarikh Al-Arabi: tt], jilid II, halaman 261).
 

Penegasan ini mengindikasikan bahwa mertua berada di level khusus yang harus dibedakan dengan yang lain oleh menantunya. Pendekatan yang mungkin benar dalam pandangan orang lain bisa jadi salah dalam perspektif mertua, sehingga kehati-hatian harus menjadi skala prioritas.
 

2. Membangun Komunikasi yang Baik

Membangun komunikasi yang baik dalam rumah tangga merupakan tips yang ideal dalam menjaga keharmonisan suami istri. Setiap persoalan yang dihadapi didiskusikan dengan penuh keakraban dan persaudaraan. 
 

Cara komunikasi yang baik akan menghadirkan respons yang positif dalam lingkungan rumah tangga dan menghilangkan kesalahpahaman yang lazimnya muncul karena tidak saling terbuka, serta mencairkan suasana menjadi indah dan damai.
 

Hal ini sejalan dengan sabda Nabi Muhammad saw.:
 

عن عائشة قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: إذا أراد الله بأهل بيت خيراً أدخل عليهم الرفق في كل شيء
 

Artinya, “Jika Allah menginginkan terhadap rumah tangga itu kebaikan, maka Allah akan masukkan sifat kelembutan dalam segala sesuatu.” (Al-Munawi. Faidhul Qadir, [Lebanon, Darul Ma’rifah: 1972], jilid I, halaman 263).
 

Ketika suami istri mampu membangun komunikasi yang baik dengan mertua atau orang tua, menggunakan bahasa yang lembut, ucapan yang menyejukkan, dan perkataan yang sopan, maka harmonis pula suasana rumah tangganya.
 

Karena ketika suami istri mampu menggunakan cara yang lembut dalam menyikapi masalah orang tua dan mertua, maka dia sudah berhasil menghindari kemarahan, cara yang kasar dan frontal kepada orang tua dan mertua. Amarah dan ego yang sering kali menjadi sumber malapetaka keluarga dikendalikan dengan baik dan tepat, sehingga problematika yang dihadapi dapat terselesaikan secara bijaksana.
 

Al-Munawi mengutip penjelasan Imam Al-Ghazali:
 

الرفق محمود وضده العنف والحدة والعنف ينتجه الغضب والفظاظة والرفق واللين ينتجهما حسن الخلق
 

Artinya, “Kelembutan itu terpuji, sebaliknya adalah kekerasan. Adapun kekasaran dihasilkan oleh kemarahan dan kekerasan, sementara kelembutan serta kehalusan dihasilkan oleh akhlak yang baik.” (Al-Munawi, I/263).
 

Dalam Al-Qur’an, Allah swt juga mengingatkan agar senantiasa menjaga komunikasi yang baik dengan orang tua dan keluarga yang lain:
 

وَإِذْ أَخَذْنَا مِيثَٰقَ بَنِىٓ إِسْرَٰٓءِيلَ لَا تَعْبُدُونَ إِلَّا ٱللَّهَ وَبِٱلْوَٰلِدَيْنِ إِحْسَانًا وَذِى ٱلْقُرْبَىٰ وَٱلْيَتَٰمَىٰ وَٱلْمَسَٰكِينِ وَقُولُوا۟ لِلنَّاسِ حُسْنًا
 

Artinya, “Dan (ingatlah), ketika Kami mengambil janji dari Bani Israil (yaitu): 'Janganlah kalian menyembah selain Allah, dan berbuat kebaikanlah kepada ibu bapak, kerabat, anak-anak yatim, dan orang-orang miskin, serta ucapkanlah kata-kata yang baik kepada manusia.” (QS Al-Baqarah: 83).
 

3. Senantiasa Mengalah

Mengalah kepada orang tua dan mertua merupakan tips yang sangat tepat untuk menciptakan keharmonisan suami istri. Mengalah dengan tidak menolak pandangan berbeda mereka merupakan langkah aman untuk menjaga perasaannya.
 

Anak dan menantu yang suka berdebat dengan orang tua dan mertua meski mereka adalah pemenangnya tetap akan merusak suasana keluarga. Rasa respek akan hilang, begitu pun rasa bangga akan memudar.
 

Diriwayatkan dari Ad-Dailami, dari Abud Darda’, Nabi Muhammad saw bersabda:
 

ذَرُوا الْمِرَاءَ فَإِنَّ نَفْعَهُ قَلِيلٌ وَيُهَيِّجُ الْعَدَاوَةَ بَيْنَ الإِخْوَانِ ذَرُوا الْمِرَاءَ تَأْمَنُوا فِتْنَتَهُ 
 

Artinya, “Tinggalkanlah perdebatan, karena manfaatnya sedikit dan dapat menimbulkan permusuhan di antara saudara. Tinggalkanlah perdebatan, niscaya kamu akan terhindar dari fitnah.”  (As-Suyuthi, Jami’ul Ahadits, [Lebanon, Darul Fikir: 1994], jilid IX, halaman 126).
 

Selama tidak melanggar dari ketentuan Islam, mengalah harus menjadi prinsip hidup bersama dengan orang tua dan mertua. Kendalikan diri untuk tidak menentang, mengkritik dan menyalahkannya. Inni Sejalan dengan penjelasan Syekh Ali Al-Qari:
 

فأحسنوا إلى أهلها أي بالصفح والعفو عما تنكرون
 

Artinya, “Maka berbuat baiklah kepada keluarganya, yakni dengan memaafkan dan memaklumi apa yang tidak kamu sukai.” (Ali Al-Qari, Mirqatul Mafatih, [Lebanon, Darul Kutub Al-Ilmiyah: 2001], jilid IX, halaman 61).
 

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa setidaknya ada 3 tips ideal untuk menjaga keharmonisan suami istri ketika hidup serumah dengan orang tua atau mertua, yaitu menjaga etika, membangun komunikasi yang baik, dan mengalah. Wallahu a'lam.

 

Ustadz Muqoffi, Guru Pon-Pes Gedangan & Dosen IAI NATA Sampang Madura