Spiritualisme Kemerdekaan: Merdeka Sejati Bukan Sekadar Lepas dari Penjajahan
NU Online ยท Kamis, 21 Agustus 2025 | 20:00 WIB
Apakah kita sudah benar-benar merdeka? Sebuah pertanyaan klasik yang setiap tahun menjelang 17 Agustus selalu diutarakan oleh para akademisi, para tokoh agama, tokoh politik, bahkan sampai abang-abang dan emak-emak di pasar.
ย
Pertanyaan-pertanyaan ini bukanlah tanpa alasan, karena bagaimana mungkin bisa dikatakan merdeka, jika disaat yang sama banyak diantara kita masih diperbudak oleh hawa nafsu keserakahan, kelicikan, dendam?
ย
Bagaimana mungkin dikatakan merdeka di saat yang sama kita masih bergulat oleh kepentingan-kepentingan untuk โkekenyanganโ perut kita sendiri? ย
ย
Boleh jadi ini disebabkan oleh pemahaman kemerdekaan kita yang masih kurang tepat tentang apa sih itu merdeka. Kita sering memaknai kemerdekaan hanya sebatas terbebas dari penjajahan fisik atau dominasi kekuasaan asing.
Namun, kemerdekaan sejati sebenarnya bukan hanya kebebasan politik, tetapi juga kebebasan spiritual (al-hurriyyah al-haqiqiyyah), yaitu terbebasnya hati dari penghambaan kepada selain Allah. Bukankan Tuhan telah mengingatkan:
ย
ููู
ูุง ุฎูููููุชู ูฑููุฌูููู ูููฑููุฅููุณู ุฅููููุง ููููุนูุจูุฏูููู
ย
Artinya, โDan tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku.โ (QSย Ad-Dzariyat: 56).
ย
Ayat ini menegaskan bahwa puncak kemerdekaan manusia adalah ketika ia dapat menjalani hidup sesuai tujuan penciptaannya, tanpa terbelenggu oleh hawa nafsu dan ketergantungan pada makhluk. Kita seharusnya sudah mulai berfikir dan memahami bahwa kemerdekaan itu sebagai pembebasan hati dari segala sesuatu yang memutuskan hubungan kita dengan Tuhan.
ย
Begitu pentingnya hal ini, Ibnu โAthaillah, berpesan bahwa "Engkau baru dapat dikatakan merdeka dari segala sesuatu jika engkau tidak diperbudak oleh apa pun selain Allah."
Makna ini selaras dengan sabda Nabi saw:
ย
ุชูุนูุณู ุนูุจูุฏู ุงูุฏูููููุงุฑู ููุนูุจูุฏู ุงูุฏููุฑูููู
ู
ย
Artinya, โCelakalah hamba dinar, celakalah hamba dirham.โ (HR Al-Bukhari).
ย
Pesan Nabi sawย menggambarkan bahwa perbudakan batin bisa terjadi ketika kita terikat pada harta, jabatan, atau ambisi duniawi sehingga menghalalkan segala cara. Memang semua ini penting, tetapi jangan sampai yang kita cita-citakan membuatkan kita tergiring dan terbimbing oleh hawa nafsu yang melenakan dan membuat kita diperbudaknya olehnya.
ย
Menuruti semua keinginannya bahkan sampai menghalalkan segala cara. Jika itu terjadi, maka Tuhan yang kita sembah bukan Allah swt, tapi setan yang menjadi masinis lokomotif hawa nafsu. Jika demikian apakah kita sudah merdeka?
ย
Ada tiga langkah yang dapat kita lakukan untuk meraih kemerdekaan sejati, yaitu takhalli (mengosongkan diri dari sifat tercela seperti kesombongan, keserakahan, dan dendam), tahalli (menghiasi diri dengan sifat terpuji seperti ikhlas, sabar, dan zuhud), dan tajalli (tersingkapnya kesadaran akan kehadiran Allah dalam setiap tarikan nafas kehidupan).
ย
Pada titik ini, kita merdeka dari ketakutan selain kepada Allah, dan merdeka dari harapan selain kepada-Nya yang dalam konteks berbangsa, pemahaman ini memberikan pesan moral yang mendalam, bahwa kemerdekaan politik harus disertai dengan kemerdekaan spiritual. Sebab, masyarakat yang bebas secara lahiriah tetapi terbelenggu oleh korupsi, materialisme, dan kebencian, sebenarnya belum merdeka.
ย
Dalam konteks berbangsa, kemerdekaan politik adalah hasil perjuangan kolektif untuk terbebas dari penjajahan eksternal. Namun, ranah spiritual menegaskan bahwa kemerdekaan sejati baru terwujud bila kemerdekaan lahiriah disertai kemerdekaan batiniah. Karena negeri yang bebas secara politik tetapi masyarakatnya terjerat korupsi, permusuhan, dan keserakahan, pada hakikatnya belum merdeka.
ย
Sebaliknya, masyarakat yang merdeka secara spiritual akan menempatkan nilai keadilan, kasih sayang, dan amanah sebagai pilar kehidupan bernegara. Itu sebabnya kemerdekaan yang benar adalah kebebasan untuk hanya menjadi hamba Allah, bukan hamba hawa nafsu, materi, atau kekuasaan.
ย
Kemerdekaan seperti ini ย menuntut perjuangan batin yang berkesinambungan melalui mujahadah, sehingga kemerdekaan politik yang telah diraih menjadi bermakna dan berkelanjutan.
ย
"Aku merdeka karena aku hanya milik-Nya, dan tidak ada yang dapat memilikkiku selain Dia."
ย
Begitulah ungkapan dari Rabiah Al-โAdawiyah.
ย
Kemerdekaan sejati adalah perjalanan menuju Allah, di mana hati terbebas dari segala selain-Nya. Inilah puncak kebebasan yang menjadi dambaan para penegak kebenaran.
ย
Prof. Dr. Made Saihu, M.Pd.I., Guru Besar Ilmu Pendidikan Islam Universitas PTIQ Jakarta
Terpopuler
1
KH Thoifur Mawardi Purworejo Meninggal Dunia dalam Usia 70 tahun
2
Targetkan 45 Ribu Sekolah, Kemendikdasmen Gandeng Mitra Pendidikan Implementasi Pembelajaran Mendalam dan AI
3
Kuasa Hukum Rakyat Pati Mengaku Dianiaya hingga Disekap Berjam-jam di Kantor Bupati
4
Amalan Mengisi Rebo Wekasan, Mulai Mandi, Shalat, hingga Yasinan
5
Ramai Kritik Joget Pejabat, Ketua MPR Anggap Hal Normal
6
Pimpinan DPR Bantah Gaji Naik, tapi Dapat Berbagai Tunjangan Total hingga Rp70 Juta
Terkini
Lihat Semua