Tasawuf/Akhlak

Menyudahi Sentimen Sektarian dalam Memandang Tragedi Kemanusiaan

Rabu, 9 Juli 2025 | 14:00 WIB

Menyudahi Sentimen Sektarian dalam Memandang Tragedi Kemanusiaan

Ilustrasi persatuan. Sumber: Canva/NU Online.

Salah satu persoalan besar umat Islam hari ini adalah sikap sektarian dalam menyikapi tragedi kemanusiaan. Alih-alih bersimpati, sebagian orang justru bertanya, "Dia dari kelompok apa?" sebelum menunjukkan empati. Ketika korban berasal dari golongan yang berbeda mazhab atau keyakinan, solidaritas melemah. Padahal, penderitaan manusia semestinya tidak ditakar dari identitasnya, melainkan dari sisi kemanusiaan yang seharusnya mengikat kita semua tanpa batas.


Dalam sebuah hadits diriwayatkan:


عن جُبَيْرِ بنِ مُطْعِمٍ رضي الله عنه، أنَّ رَسولَ اللهِ ﷺ قالَ: لَيْسَ مِنَّا مَن دَعَا إِلَى عَصَبِيَّةٍ، وَلَيْسَ مِنَّا مَن قَاتَلَ عَصَبِيَّةً، وَلَيْسَ مِنَّا مَن مَاتَ عَلَى عَصَبِيَّةٍ


Artinya, "Dari Jubair bin Muṭʿim RA, bahwa Rasulullah ﷺ bersabda, "Bukan bagian dari golongan kami orang yang menyeru kepada fanatisme golongan ('ashabiyyah), bukan bagian dari kami orang yang berperang karena fanatisme, dan bukan bagian dari kami orang yang mati dalam keadaan membawa fanatisme." (HR. Abu Dawud)


Dalam konteks kekinian, 'ashabiyyah' ini menjelma dalam bentuk sikap membela kelompok sendiri secara membabi buta, bahkan bisa jadi ketika berada di pihak yang zalim. Maka, sikap sektarian demikian, ketika mendiamkan atau membenarkan kekerasan atas nama mazhab, sejatinya adalah warisan jahiliah yang telah ditegur keras oleh Nabi.


Syekh Ali Al-Qari dalam Mirqatul Mafatih menjelaskan, 'ashabiyyah' bukan sekadar fanatisme golongan, tetapi juga bentuk kebutaan terhadap kebenaran. Saat orang lebih memihak saudara semazhab ketimbang keadilan, saat itulah kezaliman ditoleransi atas nama ukhuwah palsu. Islam tak pernah mengajarkan pembelaan buta, apalagi sampai menutup mata terhadap darah yang tumpah. Bahkan terhadap musuh, Islam tetap mewajibkan berlaku adil dan menolak kezaliman.


Berikut kutipan dari pernyataan Ali Al-Qari tersebut:


(إِلَى عَصَبِيَّةٍ) أَيْ: إِلَى اجْتِمَاعِ عَصَبِيَّةٍ فِي مُعَاوَنَةِ ظَالِمٍ، وَفِي الْحَدِيثِ: مَا بَالُ دَعْوَى الْجَاهِلِيَّةِ؟

Artinya, “(Kepada ‘ashabiyyah)” maksudnya: kepada bentuk solidaritas kelompok (fanatisme) yang digunakan untuk membantu orang zalim. Dan dalam sebuah hadits disebutkan: “Mengapa masih ada seruan-seruan jahiliah?” (Al-Qari, Mirqatul Mafatih, [Beirut: Darul Fikr, 2002], juz VII, h. 3077)


Terlalu banyak contoh dalam sejarah kontemporer yang menunjukkan betapa sektarianisme membutakan mata hati. Ketika sebagian umat membela kezaliman karena dilakukan oleh kelompoknya, dan mendiamkan pembantaian terhadap yang berbeda mazhab, di situlah agama menjadi alat untuk melanggengkan kekerasan. Islam bukan agama yang melegitimasi kekerasan. Islam hadir untuk memuliakan setiap manusia, apapun afiliasi dan latar belakangnya.


Tragedi kemanusiaan seharusnya mengetuk kesadaran bersama. Namun yang sering terjadi, respons umat malah terbelah. Jika korbannya satu kelompok, maka bantuan mengalir. Tapi bila dari kelompok lain, tanggapan dingin bahkan sinis. Ini bukan ajaran Islam, melainkan bias sektarian yang memalukan. Nabi tak pernah membeda-bedakan dalam berempati. Bahkan non-Muslim sekalipun tetap diberi penghormatan saat wafat di hadapannya.


Dalam sebuah hadits riwayat Bukhari dan Muslim, diceritakan bahwa ketika jenazah seorang Yahudi lewat, Nabi berdiri. Para sahabat bertanya, "Bukankah dia seorang Yahudi?" Nabi menjawab, "Bukankah dia juga manusia?" Berikut adalah kutipan hadits yang dimaksud:


حَدَّثَنَا آدَمُ، حَدَّثَنَا شُعْبَةُ، حَدَّثَنَا عَمْرُو بْنُ مُرَّةَ، قَالَ: سَمِعْتُ عَبْدَ الرَّحْمٰنِ بْنَ أَبِي لَيْلَى، قَالَ: كَانَ سَهْلُ بْنُ حُنَيْفٍ وَقَيْسُ بْنُ سَعْدٍ قَاعِدَيْنِ بِالْقَادِسِيَّةِ، فَمَرُّوا عَلَيْهِمَا بِجَنَازَةٍ، فَقَامَا، فَقِيلَ لَهُمَا: إِنَّهَا مِنْ أَهْلِ الْأَرْضِ – أَي: مِنْ أَهْلِ الذِّمَّةِ – فَقَالَا: إِنَّ النَّبِيَّ ﷺ مَرَّتْ بِهِ جَنَازَةٌ فَقَامَ، فَقِيلَ لَهُ: إِنَّهَا جَنَازَةُ يَهُودِيٍّ، فَقَالَ: أَلَيْسَتْ نَفْسًا؟


Artinya, "Telah menceritakan kepada kami Adam, dari Syu'bah, dari 'Amr bin Murrah, dari 'Abdurrahman bin Abī Laila, ia berkata: Sahl bin Ḥunaif dan Qais bin Sa'd sedang duduk di Qadisiyyah. Lalu lewat di hadapan mereka sebuah jenazah, maka keduanya berdiri. Orang-orang berkata kepada mereka, "Itu jenazah dari kalangan ahli bumi" (yakni ahli dzimmah/non-Muslim). Maka keduanya berkata, "Dulu Nabi ﷺ pernah lewat di hadapan jenazah lalu beliau berdiri. Lalu dikatakan kepadanya, 'Itu jenazah orang Yahudi.' Maka beliau bersabda, 'Bukankah dia juga manusia?'" (HR Muslim)


Jawaban Nabi ini mengandung pelajaran besar. Islam memuliakan manusia sebagai manusia. Kesedihan atas kematian, rasa empati terhadap penderitaan, dan solidaritas dalam tragedi, tak boleh dibatasi oleh garis mazhab, ras, atau agama.


Sentimen sektarian tak hanya merusak ukhuwah, tapi juga menunda bantuan kemanusiaan. Ketika organisasi kemanusiaan disusupi motif mazhab, korban dipilah berdasarkan keyakinan, dan bantuan didistribusikan secara diskriminatif. Padahal, Nabi ﷺ telah bersabda,


مَثَلُ الْمُؤْمِنِينَ فِي تَوَادِّهِمْ وَتَرَاحُمِهِمْ وَتَعَاطُفِهِمْ، كَمَثَلِ الْجَسَدِ، إِذَا اشْتَكَى مِنْهُ عُضْوٌ، تَدَاعَى لَهُ سَائِرُ الْجَسَدِ، بِالسَّهَرِ وَالْحُمَّى


Artinya, "Perumpamaan orang-orang beriman dalam saling mencintai, mengasihi, dan menyayangi adalah seperti satu tubuh. Apabila salah satu anggota tubuh itu sakit, maka seluruh tubuh ikut merasakan, dengan tidak bisa tidur dan merasakan demam." (HR Bukhari dan Muslim)


Sayangnya, masih ada sebagian umat hari ini lebih memilih membela kelompoknya ketimbang nilai kemanusiaan universal yang diajarkan agama. Mereka menangis bila korban berasal dari komunitas sendiri, tetapi tak terusik ketika kelompok lain dipersekusi. Padahal, keimanan bukanlah soal ikatan kelompok, melainkan ketulusan nurani. Islam tak mengajarkan cinta yang bersyarat. Ia mengajarkan kasih sayang yang melintasi batas perbedaan.


Ustadz Muhamad Abror, dosen filologi dan sejarah Islam Ma'had Aly Sa'iidusshiddiqiyah Jakarta.