Daerah

Akibat Konsumsi Hoaks, Etika Bermedsos Sudah Mulai Hilang

Sab, 27 Oktober 2018 | 16:30 WIB

Pringsewu, NU Online
Pengaruh media sosial saat ini sangat besar dalam ikut mewarnai pola pikir masyarakat terkait berbagai macam fenomena yang terjadi. Arus informasi yang begitu cepat, tanpa batas waktu dan tempat, membuat masyarakat acap kali tidak selektif dalam memilah dan memilih berita yang beredar.

"Sebagian orang dengan gampangnya menelan mentah-mentah informasi yang pertama kali diterimanya dan ikut-ikutan menyebarkannya tanpa melihat apakah hal itu benar apa salah. Ini sering terjadi di media sosial," jelas Katib Syuriyah PCNU Pringsewu KH Munawir mengamati perilaku masyarakat dalam bermedia sosial, Sabtu (27/10).

Ketua Komisi Fatwa MUI Provinsi Lampung ini juga menyayangkan perilaku warganet yang saling serang dengan menyebar berita hoaks dan ujaran kebencian. Etika dalam bermuamalah dilupakan dan tidak lagi digunakan dengan semisal menyalah-nyalahkan orang yang berbeda pandangan tanpa pandang bulu. Bahkan terjadi anak muda yang belum paham agama menghardik seorang ulama yang terkenal kealimannya.

"Sopan santun di media sosial sudah mulai hilang. Substansi diskusi sebuah masalah di medoso sering ditinggalkan dan akhirnya terjebak kepada merasa paling benar, saling mengolok-olok dan menghukumi seseorang seolah-olah menjadi yang paling berhak menghakimi," ujarnya.

Hal ini lanjutnya diperburuk dengan kebiasaan memperkuat argumen masing-masing dengan membagikan informasi yang berasal dari orang lain, dari sumber yang tidak jelas, selama informasi tersebut berpihak kepadanya.

"Jadinya saling serang dengan membagi berita, gambar-gambar untuk mendukung argumentasi masing-masing tanpa disadari itu belum jelas kebenarannya," ujarnya.

Oleh karenanya, Kiai Munawir mengajak masyarakat khususnya yang sering terjebak dengan hal ini segera sadar.

"Teliti sebelum membagi. Saring sebelum sharing. Mari bermuamalah di media sosial secara santun. Ungkapkan argumen-argumen orisinil dan memiliki dasar kuat. Jangan mudah terprovokasi informasi yang saat ini banyak ditunggangi kepentingan," ajaknya.

Apalagi saat ini banyak akun medsos abal-abal yang dibuat orang tidak bertanggung jawab untuk mengadu domba. Kelompok ini membawa misi mengambil keuntungan dari perpecahan khususnya di kalangan umat Islam.

"Apalagi permasalahan agama yang memang sangat sensitif dan mudah menjadi cara mengelabuhi orang. Mari renungkan pernyataan seorang Filsuf, jika ingin nenguasai orang bodoh, bungkuslah sesuatu yang batil dengan agama," ungkapnya.

Sementara Wakil Ketua PCNU Kabupaten Pringsewu, KH Hambali menghimbau kepada masyarakat untuk dapat menahan diri dan tidak terburu-buru dalam menilai sebuah masalah. Ia mencontohkan kasus pembakaran bendera HTI di Garut yang saat ini sedang hangat dibicarakan.

"Jangan terpancing dengan informasi yang tidak jelas. Tahan diri untuk tidak membuat kegaduhan lain. Kita serahkan kepada pihak kepolisian. Biar mereka yang bekerja dan hasilnya kita jadikan pegangan," ajaknya saat menerima silaturahmi dari PC GP Ansor Pringsewu dikediamannya.

Ketua MUI Kabupaten Pringsewu ini mengajak semua elemen masyarakat untuk mengedepankan ukhuwah Islamiyah dan ukhuwah wathaniyah dalam menyikapi hal ini. Ia juga mengajak kepada para tokoh khususnya tokoh agama untuk senantiasa memberikan kesejukan. Tidak malah mengeluarkan pernyataan yang dapat memunculkan permasalahan baru. (Muhammad Faizin)