Daerah

Babinsa TNI Turut Isi Materi Kedisiplinan di Sekolah Rakyat Cirebon

NU Online  ยท  Senin, 28 Juli 2025 | 06:00 WIB

Babinsa TNI Turut Isi Materi Kedisiplinan di Sekolah Rakyat Cirebon

Babinsa mengisi materi kedisiplinan di Sekolah Rakyat Cirebon, Jawa Barat. (Foto: dok. istimewa/Joko Susanto)

Cirebon, NU Online

Babinsa TNI Kelurahan Kesepuhan, Serka Tuhardi yang turut mendampingi dan memberikan motivasi kepada para siswa Sekolah Rakyat Cirebon untuk terus belajar dan menjaga kedisiplinan, baik di lingkungan sekolah maupun di rumah.


Khairunisa selaku Kepala Sekolah Rakyat Cirebon menyampaikan apresiasinya atas kehadiran jajaran Koramil 1403 Lemahwungkuk yang telah meluangkan waktu untuk berbagi ilmu dan inspirasi kepada para siswa.


"Kami berterima kasih atas kepedulian TNI dalam memberikan pembekalan karakter dan semangat kebangsaan kepada anak-anak kami," ucap Khairunisa pada Rabu lalu.


Menurut Khairunisa, kegiatan ini merupakan bagian dari program pembinaan teritorial TNI-AD dalam memperkuat semangat nasionalisme di kalangan generasi muda, khususnya di wilayah.


Di Kota Cirebon, sebanyak 100 murid sekolah rakyat mulai mengikuti pendidikan dan diasramakan. Adapun Sekolah Rakyat (SR) tersebut terletak bersebelahan dengan SMPN 18 Jl Pronggol, Kelurahan Pegambiran, Kecamatan Lemahwungkuk, Kota Cirebon.

 

Sebelumnya, Wakil Ketua Umum Pimpinan Pusat Persatuan Guru Nahdlatul Ulama (Pergunu), Achmad Zuhri menyebut bahwa keterlibatan aparat militer dalam kegiatan orientasi siswa di sekolah atau madrasah berpotensi membahayakan ekosistem pendidikan.


โ€œAda risiko kritis. Pertama, bentuk militerisasi ruang sipil ini akan membahayakan ekosistem di sekolah. Karena bagaimanapun sekolah itu menjadi ruang sipil,โ€ ujar Zuhriย menanggapi MPLSย yang juga melibatkan tentara beberapa waktu lalu.


Kedua, ini bisa menimbulkan kekerasan simbolik. Menurut Zuhri, pendekatan militer yang identik dengan kedisiplinan dan kedisiplinan memang bisa tampak selaras dengan nilai-nilai pendidikan. Namun, ada dimensi lain yang perlu diwaspadai, yakni munculnya kekerasan secara simbolik.


โ€œJadi para siswa misalkan merasa kehadiran TNI itu sebagai bentuk kekerasan simbolik karena ada nilai ketakutan. Memang bisa menimbulkan kepatuhan, tapi kepatuhan inilah yang kemudian tidak berangkat dari nalar natural tapi lebih kepada ketakutan. Inilah kemudian yang dikhawatirkan menimbulkan kekerasan simbolik itu,โ€ tegasnya.


Ketiga, justru ini akan memundurkan otonomi guru. Jadi, kata Zuhri, tugas peran guru akan menjadi mundur ketika eksistensinya diambil alih oleh pihak lain. Mestinya guru yang mengampu, mendidik, menjadi suri tauladan dan seterusnya akan bergeser. Baca Juga 34 Ribu Prajurit TNI Direkrut untuk Program Pangan Dinilai Buka Ruang Militerisasi Urusan Sipilย 


"Saya kira ini menjadi penting bagi kita semua, sebagai pendidik gitu. Bahwasanya nilai kedisiplinan bisa kira tanamkan sesungguhnya dengan sistem yang ada. Tetapi kalau begini kesannya justru akan memundurkan otonomi guru,โ€ lanjutnya.


Zuhri menilai, praktik semacam ini bisa memundurkan peran dan otonomi guru di sekolah. Dikatakannya, ketika fungsi pendidikan diserahkan kepada aparat militer, peran guru sebagai pendidik utama dan teladan bagi peserta didik bisa tergeser.


"Pendidikan berorientasi militer cenderung mendidik warga patuh, bukan warga kritis. Menguatkan cara pikir top-down dan anti-kritik yang bertolak belakang dengan semangat pendidikan modern. Jika rutin dan masif, ini bisa menjadi preseden bahwa masalah sipil selalu butuh pendekatan militer," pungkasnya.