Daerah

Walisongo Mengenalkan Agama Tanpa Menimbulkan Gesekan

Kam, 11 Mei 2017 | 06:30 WIB

Surabaya, NU Online
Walisongo memiliki kearifan dalam berdakwah sehingga mampu mengembangkan Islam menjadi agama mayoritas tanpa gesekan.

"Nilai lebih dari kiprah para penyebar Islam di Indonesia adalah mengenalkan agama tanpa menimbulkan gesekan di akar rumput," kata KH Djazuli Noer, sebelum membuka acara Seminar Nasional dan Bahtsul Masail Kebangsaan di Masjid Agung Sunan Ampel Surabaya, Kamis (11/5).

Menghargai tradisi masyarakat setempat bahkan melakukan akulturasi budaya sehingga dapat memperkokoh persatuan bangsa. Itulah dakwah ala Walisongo.

"Budaya lokal bisa menyatu dan menjadi tradisi yang bisa diterima masyarakat," kata Wakil Rais Syuriah PWNU Jatim ini. Budaya lokal itu adalah tradisi tahlilan, dan sekatenan. 

"Menyerap budaya setempat, sambil diisi dengan nuansa keagamaan Islam yang kental," tegasnya. 

Kiai Djazuli mengajak pada semua kalangan, khususnya umat Islam untuk bisa belajar dari dakwah yang dilakukan para wali di tanah air. 

"Kita harus melakukan revitalisasi terhadap apa yang telah dilakukan para wali sehingga mampu mengembangkan ajaran untuk membela kesejahteraan umat," pintanya.

Kiai asal Bangkalan, Madura ini mengapresiasi apa yang dilakukan PW Lembaga Bahtsul Masail dalam menyelenggarakan kegiatan ini. "Apalagi kegiatan ini dilaksanakan di lingkungan pemakaman Sunan Ampel," ungkapnya. 

Dengan kesederhanaan, lembaga bahtsul masail masih mempunyai kepedulian dengan masalah keagamaan serta kebangsaan. "Meski mereka bersarung terkadang tidak memakai celana dalam tapi bisa memberikan sumbangsih kepada negeri ini," tuturnya disambut tawa para hadirin.

Seminar Nasional dihadiri KH Ma'ruf Amin dan H As'ad Said Ali. Usai seminar, kegiatan dilanjutkan dengan bahtsul masail yang mengupas sejumlah persoalan keagamaan, kebangsaan dan kenegaraan. (Rof Maulana/Zunus)