Khutbah

Khutbah Jumat: Larangan Keras Menelantarkan Anak

Rabu, 8 Mei 2024 | 20:00 WIB

Khutbah Jumat: Larangan Keras Menelantarkan Anak

Ilustrasi anak. (Foto: NU Online/Freepik)

Salah satu karunia besar yang Allah swt berikan kepada setiap orang tua adalah adanya anak. Ia menjadi amanah dan tanggung jawab yang harus dijaga dengan baik dan benar. Semua kebutuhannya harus terpenuhi. Sayangnya, akhir-akhir ini banyak orang tua yang menelantarkan anaknya dengan faktor yang berbeda-beda. Padahal, keberadaan anak merupakan anugerah yang harus dijaga dengan baik dan benar.

 

Naskah khutbah Jumat berikut ini dengan judul, “Khutbah Jumat: Larangan Keras Menelantarkan Anak”. Untuk mencetak naskah khutbah Jumat ini, silakan klik ikon print berwarna merah di atas atau bawah artikel ini (pada tampilan desktop). Semoga bermanfaat!

 

Khutbah I

 

الْحَمْدَ ِللهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِن سَيّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ ، أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلٰهَ إِلاَّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنّ مُحَمّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، اَللَّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن، أمَّا بَعْدُ
فَيَاعِبَادَ الرَّحْمٰنِ، فَإنِّي أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَى اللهِ المَنَّانِ، الْقَائِلِ فِي كِتَابِهِ الْقُرْآنِ: يَاأَيّهَا الّذَيْنَ آمَنُوْا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ، وَقَالَ: الْمَالُ وَالْبَنُونَ زِينَةُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَالْبَاقِيَاتُ الصَّالِحَاتُ خَيْرٌ عِندَ رَبِّكَ ثَوَابًا وَخَيْرٌ أَمَلًا

 

Ma’asyiral Muslimin jamaah Jumat yang dirahmati oleh Allah

Sebagai pembuka dalam khutbah Jumat ini, mari kita awali dengan sanjungan syukur kepada Allah swt, dengan senantiasa melafalkan kalimat al-hamdulillahi rabbil alamin, atas segala nikmat dan karunia yang telah diberikan kepada kita semua, terkhusus nikmat Islam dan iman yang terus tertanam dalam hati kita, sehingga kita bisa terus istiqamah dalam beribadah kepada-Nya. Semoga ibadah yang kita lakukan bisa diterima oleh Allah swt.

 

Shalawat dan salam tak henti-hentinya kita haturkan kepada junjungan kita, Nabi Muhammad saw, allahumma shalli ‘alâ Muhammad wa ‘alâ alih wa sahbih, sebagai teladan sempurna dalam semua aspek kehidupan kita bersama, termasuk dalam konsistensinya tentang tanggung jawab kepada keluarga dan anak-anaknya. Mudah-mudahan kita semua bisa diakui sebagai umatnya dan bisa mendapatkan syafaatnya kelak di hari kiamat. Amin ya rabbal âlamin.

 

Selanjutnya, sudah menjadi kewajiban bagi kami selaku khatib, untuk senantiasa mengajak diri sendiri, keluarga dan semua jamaah yang hadir pada pelaksanaan shalat Jumat ini untuk terus mengajak pada kebaikan dan ketakwaan. Karenanya, kami mengajak kepada semua jamaah untuk terus meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah swt, dengan cara terus berusaha untuk meningkatkan ibadah dan ketakwaan, serta meninggalkan semua larangan-larangan-Nya.

 

Ma’asyiral Muslimin jamaah Jumat yang dirahmati oleh Allah

Salah satu cara untuk meningkatkan keimanan dan ketakwaan adalah dengan cara mengindahkan segala tanggung jawab dan amanah yang telah Allah swt berikan kepada kita semua, termasuk merawat anak dengan baik dan benar. Sebab, keberadaan merupakan salah satu amanah besar yang harus kita indahkan, dan semua orang akan ditanya kelak perihal tanggung jawab dan kepemimpinannya. Berkaitan dengan hal ini, Rasulullah saw bersabda:

 

كُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ الْإِمَامُ رَاعٍ وَمَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ وَالرَّجُلُ رَاعٍ فِي أَهْلِهِ وَهُوَ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ وَالْمَرْأَةُ رَاعِيَةٌ فِي بَيْتِ زَوْجِهَا وَمَسْئُولَةٌ عَنْ رَعِيَّتِهَا

 

Artinya, “Setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap pemimpin akan dimintai pertanggungjawaban atas yang dipimpinnya. Imam adalah pemimpin yang akan diminta pertanggungjawaban atas rakyatnya. Seorang suami adalah pemimpin dan akan dimintai pertanggungjawaban atas keluarganya. Seorang isteri adalah pemimpin di dalam urusan rumah tangga suaminya, dan akan dimintai pertanggungjawaban atas urusan rumah tangga tersebut.” (HR Bukhari dan Muslim).
 

 

Ma’asyiral Muslimin jamaah Jumat yang dirahmati oleh Allah

Hadits di atas menjadi sebuah bukti betapa pentingnya mengindahkan dan menunaikan semua amanah dan tanggung jawab yang telah Allah swt titipkan kepada semua manusia. Sebab semuanya akan diminta pertanggungjawaban kelak di akhirat, termasuk dalam merawat anak. Orang tua akan ditanya perihal tanggung jawabnya kepada anak.

 

Seorang kepala negara merupakan pemimpin dalam negaranya. Maka ia memiliki tugas dan tanggung jawab untuk menyejahterakan rakyatnya, menjaga keamanan dan menciptakan keadilan bagi mereka semua. Begitu juga orang tua, suami misalnya, ia merupakan pemimpin keluarganya, ia memiliki tanggung jawab untuk memastikan semua kebutuhan istri dan anak-anaknya terpenuhi dengan baik.

 

Karena itu, menelantarkan anak sangat tidak dibenarkan dalam Islam dan orang tua akan berdosa. Sebab, ia telah menyia-nyiakan amanah yang telah Allah swt berikan. Amanah yang seharusnya kita jaga dan kita penuhi dengan baik, justru kita sia-siakan begitu saja. Berkaitan dengan larangan ini, Rasulullah saw bersabda:

 

كَفَى بِالْمَرْءِ إِثْمًا أَنْ يُضَيِّعَ مَنْ يَقُوتُ

 

Artinya, “Cukuplah orang itu dianggap berdosa jika menyia-nyiakan orang yang menjadi tanggung jawabnya.” (HR An-Nasa’i).

 

Dalam riwayat yang lain, Rasulullah saw bersabda:

 

كَفَى بِالمَرْءِ إثْمَاً أنْ يحْبِسَ عَمَّنْ يَمْلِكُ قُوتَهُ

 

Artinya, “Cukuplah orang itu dianggap berdosa jika ia menahan makan pada orang yang menjadi tanggungannya.” (HR Muslim).

 

Penelantaran anak bisa saja terjadi dalam beberapa hal, misal di antaranya adalah dengan meninggalkan mereka tanpa makanan, pakaian, tempat tinggal, tidak memberikan kasih sayang yang layak ia dapatkan, juga tidak menyekolahkan atau tidak memberikan pendidikan yang ia butuhkan saat itu.

 

Hal-hal di atas sudah seharusnya tidak terjadi bagi anak-anak kita. Mereka sudah sepantasnya mendapatkan semua hak-hak mereka, dan memang kewajiban kita sebagai orang tua adalah memenuhi semua kebutuhan-kebutuhan itu. Karena itu, Allah memerintahkan kepada setiap orang untuk mengindahkan amanah yang telah mereka terima. Hal ini sebagaimana telah ditegaskan dalam Al-Qur’an, Allah swt berfirman:

 

إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُكُمْ أَنْ تُؤَدُّوا الأَمَانَاتِ إِلَى أَهْلِهَا

 

Artinya, “Sungguh, Allah menyuruhmu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya.” (QS An-Nisa’ [4]: 58).

 

Tidak hanya itu, sebagai umat Islam kita juga harus yakin dan percaya bahwa semua kebutuhan-kebutuhan anak pada hakikatnya sudah ditanggung oleh Allah swt. Sebab, Allah akan mencukupi semua kebutuhan mereka. Hal ini sebagaimana telah ditegaskan dalam Al-Qur’an, yaitu:

 

وَلاَ تَقْتُلُواْ أَوْلادَكُمْ خَشْيَةَ إِمْلاقٍ نَّحْنُ نَرْزُقُهُمْ وَإِيَّاكُم إنَّ قَتْلَهُمْ كَانَ خِطْءًا كَبِيرًا

 

Artinya, “Dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena takut miskin. Kamilah yang memberi rezeki kepada mereka dan kepadamu. Membunuh mereka itu sungguh suatu dosa yang besar.” (QS Al-Isra’ []: 31).

 

Ma’asyiral Muslimin jamaah Jumat yang dirahmati oleh Allah

Demikian adanya khutbah Jumat perihal larangan keras menelantarkan anak bagi setiap orang tua. Semoga bisa membawa manfaat dan keberkahan bagi kita semua, dan digolongkan sebagai hamba yang istikamah dalam menjalankan semua tanggung jawab dan menjauhi larangan-Nya. Amin ya rabbal alamin.

 

أَعُوذُ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ. بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ: يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِيْ هَذَا الْيَوْمِ الْكَرِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَاِيَاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الصَّلَاةِ وَالصَّدَقَةِ وَتِلَاوَةِ الْقُرْاَنِ وَجَمِيْعِ الطَّاعَاتِ، وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ جَمِيْعَ أَعْمَالِنَا إِنَّهُ هُوَ الْحَكِيْمُ الْعَلِيْمُ، أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ، اِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ

 

Khutbah II

 

اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ حَمْدًا كَثِيْرًا كَمَا أَمَرَ، أَشْهَدُ أَنْ لَا اِلَهَ اِلَّا الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ إِرْغَامًا لِمَنْ جَحَدَ بِهِ وَكَفَرَ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ سَيِّدُ الْخَلَائِقِ وَالْبَشَرِ، اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى أَلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الْمَحْشَرِ، أَمَّا بَعْدُ. فَيَا أَيُّهَا النَّاسُ أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ. فَقَالَ اللهُ تَعَالَى: إِنَّ اللهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يٰأَيُّها الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدَنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى أَلِ سَيِّدَنَا مُحَمَّدٍ

 اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ، اَلْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ. اَللّٰهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتَنِ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا إِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ بُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عامَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. اَللّٰهُمَّ أَرِنَا الْحَقَّ حَقًّا وَارْزُقْنَا اتِّبَاعَهُ وَأَرِنَا الْبَاطِلَ بَاطِلًا وَارْزُقْنَا اجْتِنَابَهُ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. وَاَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ


عٍبَادَ اللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتاءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشاءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ، وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ، وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرْ

 

Ustadz Sunnatullah, Pengajar di Pondok Pesantren Al-Hikmah Darussalam Durjan Kokop Bangkalan Jawa Timur.