Hikmah

Kucing Malang Pendatang Rahmat Allah

NU Online  ยท  Jumat, 17 April 2015 | 02:01 WIB

Jasad Syekh Abu Bakr Asy-Syibli memang terkubur dalam tanah sejak tahun 946 silam. Tapi nasihat santri Imam Junaid al-Baghdadi ini seakan terus mengalir kepada generasi-generasi sesudahnya. Salah satunya lewat kisah dalam mimpi, sebagaimana terekam dalam kitab Nashaihul Ibadย  karya Syekh Nawawi al-Bantani.
<>
Dalam sebuah mimpi seeseorang, Imam Asy-Syibli yang telah wafat itu ditanya Allah, โ€œKamu tahu, apa yang membuat-Ku mengampuni dosa-dosamu?โ€

โ€œAmal shalihku.โ€

โ€œBukan.โ€

โ€œKetulusanku dalam beribadah.โ€

โ€œBukan.โ€

โ€œHajiku, puasaku, shalatku.โ€

โ€œJuga bukan.โ€

โ€œPerjalananku kepada orang-orang shalih dan untuk menimba ilmu.โ€

โ€œBukan.โ€

โ€œYa Ilahi, lantas apa?โ€ tanya Imam Asy-Syibli.

Allah kemudian menjawabnya dengan mengacu pada kisah pertemuan Imam Asy-Syibli dengan seekor kucing di jalanan kota Baghdad. Kucing kecil itu loyo oleh ganasnya hawa dingin, menyudut ke suatu tempat, berharap kondisi bisa membaik.

Imam Asy-Syibli yang tergerak hatinya lantas memungut binatang malang itu, kemudian menghangatkannya di dalam jubah yang ia kenakan.

โ€œLantaran kasih sayangmu kepada kucing itulah, Aku memberikan rahmat kepadamu.โ€

Cerita hidup para sufi kerap menyibak hal-hal istimewa dari perkara-perkara yang tampak remeh. Sepele di mata manusia tak selalu rendah menurut Tuhan. Kisah di atas seolah mengajari kita tentang pentingnya sikap tawaduk atas segenap kesalehan ibadah betapapun hebatnya; juga keutamaan melembutkan hati dan mengulurkan bantuan, termasuk kepada binatang, apalagi manusia. (Mahbib)