Hikmah

Membuat Kebaikan tanpa Menjelekkan Orang Lain

Ahad, 7 Mei 2017 | 02:00 WIB

Suatu ketika saat mengajar di kelas, ahli Matematika, filsuf dan peletak dasar ilmu mantiq, Aristoteles membuat sebuah garis. Ia lalu berkata kepada para muridnya, “Wahai muridku, siapa yang bisa memperpendek garis yang aku buat ini?”

Para murid lalu maju satu per satu dan mencoba memecahkan teka-teki yang diberikan gurunya. Ada seorang murid yang segera menghapus setengah dari garis itu. Melihat itu, sang guru tampak belum membenarkan jawaban si murid.

Lalu majulah murid yang lain. Murid ini juga menghapus setengah dari garis yang sudah dihapus, sehingga sekarang garis itu tinggal seperempat panjangnya dari garis yang dibuat Aristoteles.

Ternyata jawaban itu pun belum dianggap tepat oleh sang guru. Aristoteles pun kembali menantang muridnya. Hingga majulah salah satu muridnya yang tak lain adalah Iskandar Zulkarnain.

Berbeda dari murid-murid sebelumnya yang mengambil penghapus dan segera menghapus garis yang ada, Iskandar Zulkarnain malah membuat garis yang lain yang lebih panjang daripada yang dibuat gurunya. Dibandingkan dengan garis baru ini, tampaklah garis yang dibuat Aristoteles semakin pendek.

Melihat garis yang dibuat Iskandar Zulkarnain, barulah sang guru terlihat puas. Jawaban Iskandar Zulkarnain sebagai jawaban yang benar.

Kejadian tersebut membawa pesan bahwa untuk mengatasi persoalan atau menghadirkan maslahat, tak harus dengan merusak. Kita dapat membuat kebaikan tanpa menjelek-jelekkan orang lain. Kita juga bisa memperoleh kebahagiaan tanpa harus menyakiti sedikit pun perasaan orang lain.

Di dalam Islam, kita diperintahkan untuk berlomba-lomba dalam kebaikan (fastabiqul khairat). Dan demikianlah hendaknya yang selalu kita lakukan dan terapkan dalam kehidupan sehari-hari. (Kendi Setiawan)


(Cerita ini disarikan dari ceramah Ajengan Yayan Bunyamin pada pengajian Rijalul Ansor yang digelar PAC GP Ansor Rajapolah, Tasikmalaya, Jawa Barat pada 14 April 2017)