Khutbah

Khutbah Jumat: Kewajiban Melunasi Utang

Kamis, 8 Agustus 2024 | 14:00 WIB

Khutbah Jumat: Kewajiban Melunasi Utang

Ilustrasi terlilit utang. Sumber: Freepik

Utang adalah bagian dari dinamika kehidupan ekonomi yang sering kali tidak terhindarkan. Namun, di balik keterlibatan dalam utang, terdapat tanggung jawab moral dan hukum yang harus dipenuhi. Dalam Islam, melunasi utang diartikan sebagai kewajiban yang harus ditunaikan.

 

Naskah khutbah Jumat berikut ini dengan judul, “Khutbah Jumat: Kewajiban Melunasi Utang”. Untuk mencetak naskah khutbah Jumat ini, silakan klik ikon print berwarna merah di atas atau bawah artikel ini (pada tampilan desktop). Semoga bermanfaat!

 

Khutbah I

الْحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِي تَفَرَّدَ فِي أَزَلِيَّتِهِ بِعِزِّ كِبْرِيَائِهِ، وَتَوَحَّدَ فِي صَمَدِيَّتِهِ بِدَوَامِ بَقَائِهِ، وَنَوَّرَ بِمَعْرِفَتِهِ قُلُوْبَ أَوْلِيَائِهِ، الدَّاعِي اِلَى بَابِهِ وَالْهَادِي لِأَحْبَابِهِ وَالْمُتَفَضِّلِ بِإِنْزَالِ كِتَابِهِ، تَبْصِرَةً وَذِكْرَى لِلْاِسْتِعْدَادِ لِيَوْمِ لِقَائِهِ. فَسُبْحَانَ مَنْ تَقَرَّبَ بِرَأْفَتِهِ وَرَحْمَتِهِ، وَتَعَرَّفَ اِلىَ عِبَادِهِ بِمَحَاسِنِ صِفَاتِهِ، فَانْبَسَطُوْا لِذِكْرِهِ وَدُعَائِهِ. أَحْمَدُهُ حَمْدَ مُعْتَرِفٍ بِالْعَجْزِ عَنْ آلائِهِ، مُنْتَظِرٍ زَوَائِدَ بِرِّهِ وَوَلاَئِهِ


‎أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَٰهَ اِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، شَهَادَةً ضَمِنَ الْحُسْنَى لِقَائِلِهَا يَوْمَ لِقَائِهِ. وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ خَاتَمُ أَنْبِيَائِهِ وَسَيِّدُ أَصْفِيَائِهِ. اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلىَ أَلِهِ وَأَصْحَابِهِ، وَمَنِ اقْتَفَى أثَرَهُمْ اِلىَ يَوْمِ الدِّيْنِ فَفَازَ بِاقْتِفَائِهِ. أَمَّا بَعْدُ: فَيَا عِبَادَ اللهِ أُوْصِيْكُمْ وَاِيَايَ أَوَّلاً بِتَقْوَى اللهِ تَعَالىَ وَطَاعَتِهِ، بِامْتِثَالِ أَوَامِرِهِ وَاجْتِنَابِ نَوَاهِيْهِ. قَالَ اللهُ تَعَالَى فِيْ كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ: يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اِذَا تَدَايَنْتُمْ بِدَيْنٍ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى فَاكْتُبُوْهُۗ


Syukur Alhamdulillah kita panjatkan kepada Allah swt yang telah memberikan nikmatnya kepada kita. Shalawat beserta salam semoga tercurah kepada junjungan kita Nabi Muhammad saw yang mengajarkan agar senantiasa hidup dalam kesederhanaan dan kecukupan, serta menghindari foya-foya dan berlebihan. Pada kesempatan kali ini, izinkan kami untuk berwasiat khususnya kepada diri kami sendiri dan kepada jamaah semua agar senantiasa bertakwa kepada Allah ta'ala.

 

Hadirin Sidang Jumat yang Dimuliakan Allah

Ayat terpanjang dalam Al-Qur’an adalah ayat tentang uutang piutang atau diistilahkan dengan nama ayat al-Mudayanah. Ayat tersebut ialah ayat 282 dari Surat Al-Baqarah. Jika para jamaah membaca Al-Qur’an, pasti akan mendapati ayat tersebut memenuhi satu halaman penuh pada juz III.

 

Panjangnya ayat tersebut memberikan pertanda kepada kita tentang seriusnya Al-Qur’an membahas persoalan utang piutang. Setidaknya, ada tiga persoalan utama yang dibahas dalam ayat tersebut, yaitu: pentingnya bukti tertulis dalam persoalan utang, pentingnya keberadaan saksi, dan pentingnya saling percaya serta menjunjung sikap amanah. Berikut ini akan kami bacakan ayatnya:

 

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اِذَا تَدَايَنْتُمْ بِدَيْنٍ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى فَاكْتُبُوْهُۗ وَلْيَكْتُبْ بَّيْنَكُمْ كَاتِبٌۢ بِالْعَدْلِۖ وَلَا يَأْبَ كَاتِبٌ اَنْ يَّكْتُبَ كَمَا عَلَّمَهُ اللّٰهُ فَلْيَكْتُبْۚ وَلْيُمْلِلِ الَّذِيْ عَلَيْهِ الْحَقُّ وَلْيَتَّقِ اللّٰهَ رَبَّهٗ وَلَا يَبْخَسْ مِنْهُ شَيْـًٔاۗ فَاِنْ كَانَ الَّذِيْ عَلَيْهِ الْحَقُّ سَفِيْهًا اَوْ ضَعِيْفًا اَوْ لَا يَسْتَطِيْعُ اَنْ يُّمِلَّ هُوَ فَلْيُمْلِلْ وَلِيُّهٗ بِالْعَدْلِۗ وَاسْتَشْهِدُوْا شَهِيْدَيْنِ مِنْ رِّجَالِكُمْۚ فَاِنْ لَّمْ يَكُوْنَا رَجُلَيْنِ فَرَجُلٌ وَّامْرَاَتٰنِ مِمَّنْ تَرْضَوْنَ مِنَ الشُّهَدَۤاءِ اَنْ تَضِلَّ اِحْدٰىهُمَا فَتُذَكِّرَ اِحْدٰىهُمَا الْاُخْرٰىۗ وَلَا يَأْبَ الشُّهَدَۤاءُ اِذَا مَا دُعُوْاۗ وَلَا تَسْـَٔمُوْٓا اَنْ تَكْتُبُوْهُ صَغِيْرًا اَوْ كَبِيْرًا اِلٰٓى اَجَلِهٖۗ ذٰلِكُمْ اَقْسَطُ عِنْدَ اللّٰهِ وَاَقْوَمُ لِلشَّهَادَةِ وَاَدْنٰىٓ اَلَّا تَرْتَابُوْٓا اِلَّآ اَنْ تَكُوْنَ تِجَارَةً حَاضِرَةً تُدِيْرُوْنَهَا بَيْنَكُمْ فَلَيْسَ عَلَيْكُمْ جُنَاحٌ اَلَّا تَكْتُبُوْهَاۗ وَاَشْهِدُوْٓا اِذَا تَبَايَعْتُمْۖ وَلَا يُضَاۤرَّ كَاتِبٌ وَّلَا شَهِيْدٌ ەۗ وَاِنْ تَفْعَلُوْا فَاِنَّهٗ فُسُوْقٌۢ بِكُمْۗ وَاتَّقُوا اللّٰهَۗ وَيُعَلِّمُكُمُ اللّٰهُۗ وَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ ۝٢٨٢


Artinya, "Wahai orang-orang yang beriman, apabila kamu berutang piutang untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu mencatatnya. Hendaklah seorang pencatat di antara kamu menuliskannya dengan benar. Janganlah pencatat menolak untuk menuliskannya sebagaimana Allah telah mengajar-kan kepadanya. Hendaklah dia mencatat(-nya) dan orang yang berutang itu mendiktekan(-nya). Hendaklah dia bertakwa kepada Allah, Tuhannya, dan janganlah dia menguranginya sedikit pun. Jika yang berutang itu orang yang kurang akalnya, lemah (keadaannya), atau tidak mampu mendiktekan sendiri, hendaklah walinya mendiktekannya dengan benar. Mintalah kesaksian dua orang saksi laki-laki di antara kamu. Jika tidak ada (saksi) dua orang laki-laki, (boleh) seorang laki-laki dan dua orang perempuan di antara orang-orang yang kamu sukai dari para saksi (yang ada) sehingga jika salah seorang (saksi perempuan) lupa, yang lain mengingatkannya. Janganlah saksi-saksi itu menolak apabila dipanggil. Janganlah kamu bosan mencatatnya sampai batas waktunya, baik (utang itu) kecil maupun besar. Yang demikian itu lebih adil di sisi Allah, lebih dapat menguatkan kesaksian, dan lebih mendekatkan kamu pada ketidakraguan, kecuali jika hal itu merupakan perniagaan tunai yang kamu jalankan di antara kamu. Maka, tidak ada dosa bagi kamu jika kamu tidak mencatatnya. Ambillah saksi apabila kamu berjual beli dan janganlah pencatat mempersulit (atau dipersulit), begitu juga saksi. Jika kamu melakukan (yang demikian), sesungguhnya hal itu suatu kefasikan padamu. Bertakwalah kepada Allah, Allah memberikan pengajaran kepadamu dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu." (QS Al-Baqarah [2]: 282).

 

Hadirin Sidang Jumat yang Dimuliakan Allah

Setidaknya ada dua pihak utama dalam persoalan utang piutang ini, yakni pemberi dan penerima utang, serta ada pihak ketiga sebagai saksi. Kepada pihak pemberi utang, Rasulullah saw menekankan tentang keutamaan seseorang yang memberikan utang dengan niat membantu saudara sesama muslim. 

 

Begitu mulianya derajat seseorang yang tulus membantu saudaranya dengan cara memberikan utang, hingga bahkan diceritakan bahwa dalam perjalanan isra’ mi’raj, Rasulullah saw melihat di pintu surga tertulis bahwa sedekah dibalas oleh Allah 10 kali lipat, sementara memberikan utang pahalanya 18 kali lipat. Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Anas bin Malik, Rasulullah menceritakan:

 

رَأَيْتُ لَيْلَةً أُسْرِيَ بِي عَلَى بَابِ الْجَنَّةِ مَكْتُوبًا الصَّدَقَةُ بِعَشْرِ أَمْثَالِهَا وَالْقَرْضُ بِثَمَانِيَةَ عَشَرَ فَقُلْتُ يَا جِبْرِيلُ مَا بَالُ الْقَرْضِ أَفْضَلُ مِنْ الصَّدَقَةِ قَالَ لِأَنَّ السَّائِلَ يَسْأَلُ وَعِنْدَهُ وَالْمُسْتَقْرِضُ لَا يَسْتَقْرِضُ إِلَّا مِنْ حَاجَةٍ. 

 

Artinya, "Saya melihat di malam saat saya di-isra'-kan, pada pintu surga tertulis: sedekah dilipatgandakan sepuluh kali lipat, memberi hutang dilipatkan 18 kali lipat. Kemudian saya bertanya kepada Jibril, 'Bagaimana orang yang memberi hutang lebih utama dari pada bersedekh?'. Kemudian Jibril menjawab: 'Karena orang yang meminta, (secara umum) dia itu meminta, sedangkan dia sendiri dalam keadaan mempunyai harta. Sedangkan orang yang berutang, ia tidak akan berutang kecuali dalam keadaan butuh'." (HR Ibnu Majah).


Sebaliknya, pada pihak yang berutang, Rasulullah saw memberikan peringatan agar jangan terlalu gampang berutang jika tidak dalam kondisi darurat. Diriwayatkan dari ‘Uqbah bin Amir, Rasulullah saw bersabda:

 

لاَ تُخِيْفًوْا أَنْفُسَكُمْ بَعْدَ أَمْنِهَا. قَالًوْا: وَمَا ذَاكَ يَا رَسُوْلَ اللهِ؟ قَالَ: اَلدَّيْنُ

 

Artinya: “Jangan kalian meneror diri kalian sendiri, padahal sebelumnya kalian dalam keadaan aman. Para sahabat bertanya: 'Apakah itu, wahai Rasulullah?'. Rasulullah menjawab: 'Itulah hutang!'" (HR. Ahmad).

 

Hadits di atas menegaskan bahwa utang bisa menjadi teror yang mengancam keamanan kita, padahal sebelumnya kita berada dalam kondisi aman. Ketika kita berutang, maka menjadi wajib bagi kita untuk melunasinya berdasarkan tempo yang telah disepakati.

 

Hal tersebut merupakan suatu amanat yang mesti kita tunaikan. Oleh karena itu Rasulullah saw mengajarkan kepada umatnya agar jangan mudah berutang karena dengan berhutang, Allah menjadikan ada hak bagi pemilik harta untuk menagihnya.

 

Rasulullah bahkan memberikan peringatan yang tegas kepada orang-orang yang mati dalam keadaan masih memiliki tanggungan utang yang tidak terselesaikan, maka di akhirat nanti ia terancam harus membayarnya dengan amal kebaikannya:

 

مَنْ مَاتَ وَعَلَيْهِ دَيْنٌ ، فَلَيْسَ ثَمَّ دِيْنَارٌ وَلاَ دِرْهَمٌ ، وَلَكِنَّهَا الْحَسَنَاتُ وَالسَّيِّئَاتُ

Artinya: “Barangsiapa yang mati dalam keadaan masih punya hutang, maka kelak (di hari kiamat) tidak ada dinar dan dirham untuk melunasinya. Namun yang ada hanyalah kebaikan atau keburukan (untuk melunasinya)” (HR. Ibnu Majah).

 

Oleh karena itu, sudah seyogyanya jika kita berutang, saat sudah jatuh tempo dan kita memiliki harta untuk melunasinya, maka secepatnya kita lunasi utang tersebut. Jika kita tidak segera menyelesaikannya, kita terancam dicap oleh Rasulullah sebagai orang yang zalim:

 

مَطْلُ الغَنِيِّ ظُلْمٌ 

Artinya: “Penundaan (pembayaran utang bagi) orang yang mempunyai harta adalah kezaliman.” (HR Bukhari dan Muslim).

 

Hadirin Sidang Jumat yang Dimuliakan Allah
Sebenarnya, lebih banyak lagi hadits yang menjelaskan bahaya seseorang yang berhutang dan tidak mau membayar. Namun karena keterbatasan waktu, dalam khutbah Jumat kali ini, kami hanya menyebutkan sebagiannya saja sebagai pengingat bahwa kita harus berhati-hati dalam berutang dan bersegera menyelesaikan utang tersebut.

 

Sayangnya, kesadaran semacam itu tampaknya masih minim di Indonesia ini. Karena berdasarkan laporan dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK), nilai penyaluran pinjaman online saja di bulan Maret 2024 mencapai Rp. 22, 76 triliunan. Dari jumlah tersebut, kemudian pada bulan Mei 2024, ditemukan kasus gagal bayar senilai Rp. 1,88 triliun.

 

Data ini baru mencakup pinjaman online yang legal. Belum memasukkan data pinjaman kredit dan gagal bayar di Bank belum juga memasukkan data dari berbagai lembaga koperasi simpan pinjam di berbagai daerah, dan belum memasukkan data dari pinjaman online ilegal yang kabarnya lebih menjamur lagi ketimbang yang legal.

 

Mengaca pada keadaan ini, kami mengingatkan kepada diri kami sendiri dan kepada jamaah bahwa sudah saatnya bagi kita untuk kembali kepada ajaran kehidupan sebagaimana yang dicontohkan oleh Nabi Muhammad saw. yakni hidup secara sederhana, mengutamakan kebutuhan ketimbang keinginan, tidak berlebihan pada segala  sesuatu dan tidak memaksakan agar semua keinginan harus tercapai dengan cara sabar dan tawakal.


Hadirin Sidang Jumat yang Dimuliakan Allah
Akhirnya, marilah kita bersama berdoa agar kita semua terbebas dari kebutuhan atau keinginan yang memaksa untuk berutang. Jika pun kita pada akhirnya terpaksa berutang, semoga Allah anugerahkan kepada kita kemampuan untuk melunasi utang tersebut. Amin ya rabbal alamin.


بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِيْ هَذَا الْيَوْمِ الْكَرِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَاِيَاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الصَّلَاةِ وَالصَّدَقَةِ وَتِلَاوَةِ الْقُرْاَنِ وَجَمِيْعِ الطَّاعَاتِ، وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ جَمِيْعَ أَعْمَالِنَا إِنَّهُ هُوَ الْحَكِيْمُ الْعَلِيْمُ، أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ، اِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ
 

Khutbah II

‎اَلْحَمْدُ للهِ حَمْدًا كَمَا أَمَرَ. أَشْهَدُ أَنْ لَااِلَهَ اِلَّا الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، اِلٓهٌ لَمْ يَزَلْ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ وَكِيْلًا. وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ وَحَبِيْبُهُ وَخَلِيْلُهُ، أَكْرَمُ الْأَوَّلِيْنَ وَالْأَخِرِيْنَ، اَلْمَبْعُوْثُ رَحْمَةً لِلْعَالَمِيْنَ. اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلىَ أٓلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ كَانَ لَهُمْ مِنَ التَّابِعِيْنَ، صَلَاةً دَائِمَةً بِدَوَامِ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضِيْنَ


‎أَمَّا بَعْدُ: فَيَا أَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَذَرُوْا الْفَوَاحِشَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ. وَحَافِظُوْا عَلَى الطَّاعَةِ وَحُضُوْرِ الْجُمْعَةِ وَالْجَمَاعَةِ وَالصَّوْمِ وَجَمِيْعِ الْمَأْمُوْرَاتِ وَالْوَاجِبَاتِ. وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ بِنَفْسِهِ. وَثَنَّى بِمَلَائِكَةِ الْمُسَبِّحَةِ بِقُدْسِهِ. إِنَّ اللّٰهَ وَمَلائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيماً


‎اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى أٓلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى أٓلِ سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى أٓلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى أٓلِ سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ فِيْ العَالَمِيْنَ اِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وِالْأَمْوَاتِ. اَللّٰهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا الْبَلَاءَ وَالْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالْفَحْشَاءَ وَالْمُنْكَرَ وَالْبَغْيَ وَالسُّيُوْفَ الْمُخْتَلِفَةَ وَالشَّدَائِدَ وَالْمِحَنَ، مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، مِنْ بَلَدِنَا هَذَا خَاصَةً وَمِنْ بُلْدَانِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَةً، اِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ


‎عِبَادَ اللهِ، اِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْاِحْسَانِ وَاِيْتَاءِ ذِيْ الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوْا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرُكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ

Dr Muhammad Ibnu Sahroji atau Ustadz Gaes.