Khutbah

Khutbah Jumat: Silaturahim dan Perdamaian di Tahun Politik

Rab, 3 Januari 2024 | 18:00 WIB

Khutbah Jumat: Silaturahim dan Perdamaian di Tahun Politik

Pemilu di Indonesia. (Foto: NU Online/Freepik)

Materi khutbah Jumat ini mengingatkan kepada jamaah Jumat untuk senantiasa menjaga situasi kondusif dan stabilitas lingkungan di tahun politik dengan senantiasa menguatkan silaturahim. Hal ini penting untuk dilakukan agar di tahun Pemilu, di mana akan banyak ditemukan perbedaan pilihan, tidak mengganggu keberlangsungan kehidupan sosial di masyarakat.


Teks khutbah Jumat ini berjudul: "Khutbah Jumat: Silaturahim dan Perdamaian di Tahun Politik". Untuk mencetak naskah khutbah Jumat ini, silakan klik ikon print berwarna merah di atas atau bawah artikel ini (pada tampilan desktop). Semoga bermanfaat! Cara mencetak, klik tombol download di atas atau bawah naskah khutbah.



Khutbah I


الْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ القَائِلِ فِي كِتَابِهِ الكَرِيمِ "يٰٓاَيُّهَا النَّاسُ اِنَّا خَلَقْنٰكُمْ مِّنْ ذَكَرٍ وَّاُنْثٰى وَجَعَلْنٰكُمْ شُعُوْبًا وَّقَبَاۤىِٕلَ لِتَعَارَفُوْاۚ اِنَّ اَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللّٰهِ اَتْقٰىكُمْۗ اِنَّ اللّٰهَ عَلِيْمٌ خَبِيْرٌ". وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى أَشْرَفِ اْلأَنْبِيَاءِ وَالْمُرْسَلِيْنَ، نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعَلَى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَالتَّابِعِيْنَ. أَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، لَا نَبِيَّ بَعْدَهُ. أَمَّا بَعْدُ فَيَا أَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ المُصَلُّونَ. اِتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوْتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ.


Hadirin sidang Jumat yang dirahmati Allah

Pada kesempatan kali ini, khatib mengangkat tema khutbah berjudul : Silaturahim dan Perdamaian di Tahun Politik. Seperti yang kita ketahui, pada Selasa, 14 November 2023, KPU telah menetapkan nomor urut Calon Presiden dan Wakil Presidan pada kontestasi Pemilu yang akan diselenggarakan pada hari Rabu, 14 Februari 2024. Masyarakat Indonesia memiliki waktu kurang dari 3 bulan untuk menentukan pilihan calon pemimpin bangsa untuk masa bakti 2024-2029.


Jika melihat pada pengalaman Pemilu tahun 2019, masyarakat Indonesia mengalami gejolak perpecahan politik yang sangat kuat, sehingga terpecah menjadi dua kubu antara pendukung masing-masing calon Presiden. Perdebatan isu politik tidak hanya terjadi di kalangan elit politik, bahkan sampai menyentuh masyarakat lapisan bawah yang harus berhadapan dengan keluarga dekat, tetangga rumah, rekan kerja, dan orang-orang yang dikenal. Hal ini mengakibatkan terjadinya putus silaturahmi dan tidak menghormati kepada orang yang berbeda pilihan politik.


Fenomena seperti ini sangat tidak sejalan dengan ajaran agama Islam yang sangat menekankan terwujudnya silaturahmi dan sikap saling menghormati di tengah masyarakat.


Hadirin sidang Jumat yang dirahmati Allah

Menjaga silaturahim di tengah konflik politik dan konteks apapun sangat penting dalam Islam. Dalam surat al-Ra’d, ayat 21, Allah berfirman:


وَالَّذِينَ يَصِلُونَ مَا أَمَرَ اللَّهُ بِهِ أَنْ يُوصَلَ وَيَخْشَوْنَ رَبَّهُمْ وَيَخَافُونَ سُوءَ الْحِسَابِ.


Artinya: “Dan orang-orang yang menghubungkan apa-apa yang Allah perintahkan supaya dihubungkan, dan mereka takut kepada Tuhannya dan takut kepada hisab yang buruk”.


Allah menjelaskan dalam ayat ini, salah satu karakter orang-orang yang cerdas (Ulul Albab), yaitu mereka yang mampu menjalin dan menjaga hubungan baik atau silaturahim kepada pihak-pihak yang dianjurkan oleh Allah. Artinya, kecerdasan sosial seseorang dapat dilihat ketika mampu mengedepankan silaturahim dari pada fanatik terhadap salah satu calon Presiden dalam kontestasi politik.


Selain dari sudut pandang sosial, silaturahim juga menjadi indikator penting untuk mengukur keimanan seseorang. Rasulullah bersabda dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim:


عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَاليَوْمِ الآخِرِ فَلْيُكْرِمْ ضَيْفَهُ، وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَاليَوْمِ الآخِرِ فَلْيَصِلْ رَحِمَهُ، وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَاليَوْمِ الآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُتْ.


Artinya: “Dari Abu Hurairah, dari Nabi Muhammad, ia bersabda: Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia memuliakan tamunya. Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia menjaga hubungan baik silaturahmi dengan kerabatnya. Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia berkata yang baik atau diam”.


Hadirin sidang Jumat yang dirahmati Allah

Selain menjaga silaturahmi, Islam juga memandang pentingnya sikap saling menghormati perdamaian di tengah perbedaan pandangan politik dan perbedaan apapun. Sikap saling menghormati bisa dilakukan dengan menahan diri untuk tidak menghina orang lain yang berbeda pandangan politik. Kita juga tidak boleh menghina tokoh yang didukung seperti yang sudah kita alami pada tahun 2019, ketika muncul istilah Cebong dan Kampret untuk mengungkapkan hinaan kepada orang yang berbeda pilihan politik.

Hal ini sudah secara tegas dilarang oleh Allah dalam surat Al-Hujurat, ayat 11:


يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا يَسْخَرْ قَوْمٌ مِنْ قَوْمٍ عَسَى أَنْ يَكُونُوا خَيْرًا مِنْهُمْ وَلَا نِسَاءٌ مِنْ نِسَاءٍ عَسَى أَنْ يَكُنَّ خَيْرًا مِنْهُنَّ وَلَا تَلْمِزُوا أَنْفُسَكُمْ وَلَا تَنَابَزُوا بِالْأَلْقَابِ بِئْسَ الِاسْمُ الْفُسُوقُ بَعْدَ الْإِيمَانِ وَمَنْ لَمْ يَتُبْ فَأُولَئِكَ هُمُ الظَّالِمُونَ.


Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman, janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang lain (karena) boleh jadi mereka (yang diolok-olokkan itu) lebih baik daripada mereka (yang mengolok-olok) dan jangan pula perempuan-perempuan (mengolok-olok) perempuan lain (karena) boleh jadi perempuan (yang diolok-olok itu) lebih baik daripada perempuan (yang mengolok-olok). Janganlah kamu saling mencela dan saling memanggil dengan julukan yang buruk. Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) fasik setelah beriman. Siapa yang tidak bertobat, mereka itulah orang-orang zalim”.


Prilaku menghina, sebagai bentuk prilaku orang fasik, dikategorikan sebagai prilaku yang berdampak dosa besar. Hal ini senada dengan apa yang disampaikan Rasulullah dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari.


عَنْ عَبْدِ اللَّهِ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: سِبَابُ المُسْلِمِ فُسُوقٌ، وَقِتَالُهُ كُفْرٌ.


Artinya: “Dari Abdullah, ia berkata, Rasulullah bersabda: menghina seorang Muslim adalah kefasikan, sedangkan membunuhnya adalah kekufuran”.


Hadirin sidang Jumat yang dirahmati Allah

Mari kita senantiasa menjaga persatuan bangsa Indonesia dari segala bentuk perpecahan, meskipun hanya perpecahan dalam konteks Pemilu. Kiai Wahab Chasbullah telah memberikan contoh bagi kita semua ketika beliau berupaya menetralisir situasi konflik politik yang berpotensi memecah belah bangsa Indonesia dengan salah satunya melakukan kegiatan Halal bi Halal pada zaman Presiden Soekarno.

Hadirin sidang Jumat yang dirahmati Allah

Semoga hajat bangsa Indonesia dalam memilih pemimpin pada tahun 2024 nanti terlaksana dengan baik, tanpa meninggalkan noda perpecahan dan konflik di tengah masyarakat. Amin, ya Rabb al-‘Alamin.


أَقُوْلُ قَوْلِيْ هٰذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.


Khutbah II


الْحَمْدُ لِلّٰهِ. وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ بنِ عَبدِ الله وَعَلَى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ القِيَامَة. أَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، لَا نَبِيَّ بَعْدَهُ. أَمَّا بَعْدُ فَيَا أَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ المُسلِمُونَ. اِتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَاعلَمُوا إِنَّ ٱللَّهَ مَعَ ٱلَّذِينَ ٱتَّقَواْ وَّٱلَّذِينَ هُم مُّحْسِنُونَ. قَالَ تَعاَلَى إِنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا.

اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ اللهُمَّ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ. اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَا وَإنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ.

عِبَادَاللهِ! إِنَّ اللهَ يَأْمُرُكُم بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَر.


Fatihunnada, Dosen Fakultas Dirasat Islamiyah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta