Pengelolaan Sampah Berbasis Spiritual Ekologis, Upaya Merawat Jiwa dan Bumi
NU Online · Selasa, 24 Juni 2025 | 13:00 WIB
Rikhul Jannah
Kontributor
Jakarta, NU Online
Anggota Lembaga Penanggulangan Bencana dan Perubahan Iklim Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (LPBI PBNU) Muhammad Arif Rosyid Hasan menyampaikan bahwa pengelolaan sampah berbasis spiritual ekologis menekankan pentingnya kesadaran diri sebagai khalifatullah fil ardi.
Hal tersebut ia jelaskan dalam dalam acara Training of Facilitator Pengelolaan Sampah Berbasis Spiritual Ekologi yang diselenggarakan oleh LPBINU di SMK Ma’arif NU Jakarta, Grogol, Jakarta Barat, Senin (23/6/2025).
Arif menyampaikan bahwa spiritual ekologi menjadi jembatan solusi karena alam merupakan amanah yang harus dirawat, bukan sekadar objek eksploitasi.
“Saya mengutip kalimat Ketua Umum PBNU, Gus Yahya, merawat jagat yang artinya menjaga bumi sebagai ruang hidup dan membangun tatanan kehidupan bersama,” ujar Arif.
Ia menekankan sebagai khalifah di bumi, manusia diajarkan untuk hidup zuhud atau sederhana dan tidak serakah, termasuk dalam memperlakukan alam.
Arif menjelaskan bahwa zuhud dan keadilan ekologis saling berkaitan karena pembangunan tidak boleh merugikan pihak mana pun. Setiap proses pembangunan harus disertai refleksi yang komprehensif.
“Seperti framework 3P dalam sustainability principle, pembangunan harus berkontribusi untuk people, planet, dan profit. Harus melibatkan dan memberi manfaat berkelanjutan untuk masyarakat lokal,” ucapnya.
Ia menyampaikan bahwa terdapat praktik spiritual yang secara nyata mendukung pelestarian lingkungan. Salah satunya adalah tradisi Suku Baduy yang menjalani hidup dengan penuh penerimaan dan kepasrasahan terhadap takdir, serta memiliki larangan untuk mengubah atau mencampuri ketentuan alam dan warisan leluhur.
“Rasulullah saw mengajarkan bahwa hidup di dunia ini ibarat seorang musafir yang hanya berteduh sesaat di bawah pohon, kemudian meninggalkannya. Artinya bahwa kita tidak boleh terlalu terlena dengan kenikmatan duniawi hingga melupakan tujuan utama kita yaitu akhirat,” ucap Arif.
Sementara itu, Direktur CT Arsa Foundation Muhammad Wahib menyampaikan bahwa dalam ajaran Islam, sangat memperhatikan dasar-dasar kebaikan (maslahatan) dan upaya untuk meminimalisir dampak keburukan (mafsadah) yang mungkin timbul.
“Seorang tokoh, Imam Jalauddin as-Suyuthi pernah mengatakan bahwa bahaya itu harus dihilangkan dan dalam Al-Quran juga tegas mengatakan bahwa melarang membuat kerusakan, tertera dalam surah Al-A’raf ayat 56,” ucapnya.
Wahib menyampaikan bahwa manusia seharusnya terus berupaya melestarikan lingkungan hidup dan memandangnya sebagai bagian dari ibadah.
Terpopuler
1
KH Miftachul Akhyar: Menjadi Khalifah di Bumi Harus Dimulai dari Pemahaman dan Keadilan
2
Amerika Bom 3 Situs Nuklir Iran, Ekskalasi Perang Semakin Meluas
3
Nota Diplomatik Arab Saudi Catat Sejumlah Kesalahan Penyelenggaraan Haji Indonesia, Ini Respons Dirjen PHU Kemenag
4
Houthi Yaman Ancam Serang Kapal AS Jika Terlibat dalam Agresi Iran
5
Menlu Iran Peringatkan AS untuk Tanggung Jawab atas Konsekuensi dari Serangannya
6
PBNU Desak Penghentian Perang Iran-Israel, Dukung Diplomasi dan Gencatan Senjata
Terkini
Lihat Semua