Opini

Islam Agama Cinta

Sab, 6 Mei 2017 | 11:01 WIB

Oleh Muhammad Ali Wafa
Umat Nabi Muhammad SAW adalah umat yang dirahmati. Setiap orang yang memegang bithaqah (kartu) la ilaha illa Allah wajib dihormati dan dihargai. Sedangkan sikap dan paham mereka yang berbeda adalah konskuensi yang harus diterima sebagai makhluk-Nya. Tuhan menciptakan makhluk tidak sama, berbeda, dan beraneka ragam. Itulah fitrah manusia dan sunnatullah.

Itulah fitrah yang melekat dan menempel kuat pada setiap makhluk. Karenanya setiap yang membawa bithaqah la ilaha illa Allah harus dihormati dan dihargai, sebab dalam bingkai itu mereka semua sama. Dalam masalah ushul (pokok), umat Islam harus sama. Tetapi dalam masalah furu‘ (cabang), perbedaan terbuka lebar dan tidak bisa dihindari. Likulli ra'sin ra'yun, di setiap kepala ada otak dan pikiran yang berbeda. Pendapat dan sudut pandang itu boleh berbeda. Kita harus menghargai dan menghormati itu.

Maka hentikan kecongkakan pada Allah dengan menuduh umat-Nya dengah tuduhan kafir atau tuduhan lainnya. Rasulullah SAW tidak mengajarkan umatnya untuk menuduh dan mencurigai saudaranya. Yang beliau minta adalah sifat lembut, halus, kasih, sayang, saling mempercayai, dan saling menguatkan. Api dilawan dengan air, bukan api dilawan dengan api. Rasulullah SAW selalu bersikap santun terhadap setiap orang, sekalipun terhadap orang yang membenci dan memusuhinya. Bahkan saat dizalimi, beliau tidak membalas tetapi justru mendoakannya.

Kana khuluquhu Al-Qur'an, akhlak Rasulullah SAW adalah akhlak Al-Qur'an. Tutur kata beliau halus tidak menyakiti dan sikap beliau lembut penuh kasih sayang. Tidaklah Rasulullah SAW diutus kecuali sebagai rahmat bagi semesta alam, wama arsalnaka illa rahmatan lil alamin. Inilah pedoman akhlak Rasulullah SAW yang bersumber dari wahyu Tuhannya, Al-Qur'an. Oleh karena itu, ajaran Nabi Muhammad SAW adalah Islam yang penyayang, bukan kebengisan membabi buta yang penuh kebencian. Islam berarti damai dan memberi selamat. Dalam makna ini kebencian tidak mendapat ruang sedikitpun dalam Islam.

Ada rahasia penting mengapa bismillah menjadi pembuka Surat Al-Fatihah dan surat-surat lainnya. Di sana kita diminta untuk senantiasa bersikap rahman dan rahim. Saat aura kebencian merasuk, lawanlah dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih (Rahman) dan Maha Penyayang (Rahim). Jangan sekali-kali kita menghianatinya dengan kemarahan dan kebencian. Ini tidak menghormati dan menghargai bismillahir rahmanir rahim sebagai pondasi amal kebajikan.

Rasulullah SAW mengajarkan bahwa dalam setiap perbuatan baik harus (sunah) diawali dengan bacaan basmalah, jika tidak kebaikan tersebut menjadi terputus atau menjadi tidak bernilai. Ini selaras dengan pesan moral bismillahir rahmanir rahim yang menyuarakan nilai-nilai kesantunan, kasih dan sayang. Sebaliknya, basmalah tidak boleh (dilarang) menjadi pembuka perbuatan tercela. Artinya, tidak ada toleransi mengawali perbuatan buruk dengan mengatasnamakan Tuhan. Sikap benci, marah, dan sikap negatif lain adalah bagian dari perbuatan tercela. Maka dalam Islam tidak ada toleransi bagi sikap benci dan marah.

Takfir (mengkafirkan) saudara seiman termasuk bagian perbuatan tercela yang tidak mencerminkan sikap rahmatan lil alamin yang diajarkan Tuhan. Selain itu, takfir juga hampa dari nilai-nilai basmalah yang santun itu. Islam menuntut sikap ramah bukan marah. Sebagaimana Rasulullah SAW yang ramah dan selalu menjaga amarah. Karena itulah jargon utama Muhammad SAW sebagai sebagai nabi dan rasul Tuhan adalah rahmatan lil alamin, menjadi rahmat yang membawa kesejukan, ketenteraman, kedamaian, dan kerukunan yang tidak terbatas pada manusia semata, tetapi pada seluruh makhluk dan alam semesta. Karena itu, Islam tidak hanya ramah sikap dan perilaku, tetapi juga harus ramah lingkungan. Di sinilah Islam dikenal sebagai agama cinta.

Oleh karena itu Rasulullah SAW bersabda:

الرَّاحِمُونَ يَرْحَمُهُمُ الرَّحْمَنُ ارْحَمُوا مَنْ فِى الأَرْضِ يَرْحَمكُمْ مَنْ فِى السَّمَاءِ

Artinya, "Orang-orang yang penyayang (ramah, sopan, santun, dan penuh kasih) akan disayang oleh Allah (Ar-Rahman). Maka sayangilah penduduk bumi, niscaya (Allah) yang di atas langit pun akan menyayangi (bersikap ramah, sopan, santun, dan penuh kasih) kalian,” (HR Abu Dawud, At-Tirmidzi, dan Ahmad).

Ajaran Islam rahmatan lil alamin ini yang dewasa ini semakin ditinggalkan banyak orang. Mari kita buang jauh-jauh sikap congkak dan sombong. Mari kita tebarkan kesejukan dan kedamaian pada umat. Menjadi tempat berteduh yang nyaman, yang melindungi mereka dari keburukan dan kejahatan.

Jadilah awan yang putih dan jernih yang memberikan kecerahan. Jangan jadi awan gelap yang mencekam dan menakutkan. Islam rahmatan lil alamin. Wallahu a‘lam bis shawab.

*) Muhammad Ali Wafa, Peneliti Ali Mustafa Yaqub Institute dan Pengajar di Darus Sunnah.