الصَّلَاةَ جَامِعَةً
As-shalāta(u) jāmi‘ah.
Artinya, “(Marilah) shalat Idul Fitri berjamaah.”
Bilal dapat menambahkan beberapa kata pada lafal seruan “as-shalāta(u) jāmi‘ah.” Lafal seruan setelah penambahan ini dapat berbeda-beda di masing-masing masjid dan mushalla. Salah satu seruan bilal pada shalat Id adalah sebagai berikut:
الصَّلَاةَ... الصَّلَاةَ... الصَّلَاةَ سُنَّةً لِعِيْدِ الفِطْرِ جَامِعَةً رَحِمَكُمُ اللهُ
الصَّلَاةَ... الصَّلَاةَ... الصَّلَاةَ سُنَّةً لِعِيْدِ الفِطْرِ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ
As-shalāh… As-shalāh… As-shalāta(u) sunnatan li ‘īdil fithri jāmi‘ah rahimakumullāh.
As-shalāh… As-shalāh… As-shalāta(u) sunnatan li ‘īdil fithri lā ilāha illallāh.
Artinya, “(Marilah kita) shalat… (Marilah kita) shalat… (Marilah kita) shalat sunnah Idul Fitri berjamaah. Semoga allah menurunkan rahmat-Nya kepadamu semua.
(Marilah kita) shalat… (Marilah kita) shalat… (Marilah kita) shalat sunnah Idul Fitri berjamaah. Tiada tuhan selain Allah.”
Adapun keterangan terkait seruan bilal pada shalat Idul Fitri dapat ditemukan pada Kitab Al-Muhadzdzab dan syarahnya Al-Majmu’ sebagai berikut:
ولا يؤذن لها ولا يقام لما روى عن بن عباس رضي الله عنهما قال " شهدت العيد مع رسول الله صلي الله عليه وسلم ومع أبي بكر وعمر وعثمان رضي الله عنهم فكلهم صلى قبل الخطبة بغير اذان ولا اقامة " والسنة أن ينادى لها الصلاة جامعة لما روى عن الزهري أنه كان ينادى به
Artinya, “Pada shalat Idul Fitri terdapat kumandang azan dan iqamah sebagaimana riwayat Ibnu Abbas RA ‘Aku menyaksikan shalat Id bersama Rasulullah SAW, Abu Bakar, Umar, dan Ustman RA. Mereka semua melakukan shalat sebelum khotbah tanpa azan dan iqamah.’ (Bilal) Dianjurkan untuk menyeru dengan ‘as-shalāta(u) jāmi‘ah’ sebagaimana riwayat Az-Zuhri RA bahwa ia diseru dengan kalimat demikian.” (Lihat Imam As-Syairazi, Al-Muhadzdzab dalam Kitab Al-Majmu' Syarhul Muhadzdzab, [Kairo, Al-Maktabah At-Taufiqiyyah: 2010 M], juz V, halaman 17).
Menerangkan ungkapan pada Kitab Al-Muhadzdzab ini, Imam An-Nawawi mengatakan bahwa hadits Ibnu Abbas RA diriwayatkan oleh Imam Abu Dawud. Menurut An-Nawawi, Imam Muslim meriwayatkan hadits serupa riwayat Abu Dawud dari sahabat Ibnu Abbas RA dan sahabat Jabir RA. Sedangkan hadits Az-Zuhri diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim. (Lihat Imam An-Nawawi, 2010 M: V/17).
Kata “as-shalāh” dibaca nashab (as-shalāta) karena ighra'. Sedangkan kata “jāmi‘ah” dibaca nashab (jāmi‘atan) sebagai hāl. (An-Nawawi, 2010 M: V/17). Tetapi kedua kata itu dapat dibaca rafa‘ (as-shalātu jāmi‘atun) sebagaimana tersebut pada Kitab Asnal Mathalib karya Syekh Abu Zakariya Al-Anshari dan Kitab Irsyadul Anam karya Sayyid Utsman (mufti Betawi). Wallahu a’lam. (Alhafiz Kurniawan)
Terpopuler
1
Apa Itu Dissenting Opinion dan Siapa Saja Hakim yang Pernah Melakukannya?
2
Khutbah Jumat: Inspirasi Al-Fatihah untuk Bekal Berhaji ke Baitullah
3
Harlah Ke-74: Ini Asas, Tujuan, dan Lirik Mars Fatayat NU
4
Kajian Lengkap Kriteria Miskin bagi Pekerja dalam Bab Zakat
5
3 Hakim Nyatakan Dissenting Opinion, Paslon 01 dan 03 Terima Putusan MK
6
Kasus DBD Melonjak, Berikut Cara Pencegahannya Menurut Dokter
Terkini
Lihat Semua