Tasawuf/Akhlak

4 Jalan Riyadhah Menurut Imam Al-Ghazali

Jum, 4 Februari 2022 | 14:00 WIB

4 Jalan Riyadhah Menurut Imam Al-Ghazali

4 jalan riyadhah menurut Imam Al-Ghazali

Riyadhah merupakan proses penempaan diri untuk penguatan spiritual. Kamus Besar Bahasa Indonesia menyebutnya riadat yang secara harfiah latihan, yaitu perihal bertapa dengan mengekang hawa nafsu (memantang berbagai makanan dan sebagainya).


Imam Al-Ghazali menyebut empat jalan laku riyadhah. Empat jalan tersebut berkaitan dengan pengendalian konsumsi makanan, pengurangan jam tidur, pembatasan hasrat untuk bicara di luar kepentingan, dan menelan pahitnya tindakan orang lain yang tidak menyenangkan.


والرياضة على أربع أوجه القوت من الطعام والغمض من المنام والحاجة من الكلام وحمل الأذى من جميع الأنام فيتولد من قلة الطعام موت الشهوات ومن قلة المنام صفو الإرادات ومن قلة الكلام السلامة من الآفات ومن احتمال الأذى البلوغ إلى الغايات


Artinya, “Riyadhah ditempuh dengan empat jalan, yaitu (memenuhi) makanan pokok, memejamkan mata dari tidur, dan menelan pahit perilaku menyakitkan dari orang lain. Sedikit makan meredam gejolak syahwat. Sedikit minum dapat menyucikan kehendak dan pikiran. Sedikit bicara membawa keselamatan dari bencana dan kecelakaan. Menelan pahit perilaku menyakitkan dari orang lain (yang tidak masuk pidana) dapat menyampaikan kita pada tujuan-tujuan spiritual,” (Abu Hamid Al-Ghazali, Ihya’ Ulumiddin, [Beirut, Darul Fikr: 2018 M/1439 H-1440 H], juz III, halaman 70-71).

 


Riyadhah dan mujahadah tidak mudah. Ia memerlukan kekuatan batin dalam menghadapi berbagai ujian. Misalnya, bagaimana seseorang menahan diri untuk membalas tindakan yang kurang menyenangkan dan tidak ramah terhadap dirinya.


وليس على العبد شيء أشد من الحلم عند الجفاء


Artinya, “Tidak ada sesuatu yang lebih berat bagi seorang hamba selain bersikap pemaaf (lapang dada) ketika diperlakukan tidak bersahabat,”(Al-Ghazali, 2018 M/1439 H-1440 H: III/70).


Yahya bin Muadz mengumpamakan nafsu sebagai lawan perang. Sedangkan senjata ampuh dalam menghadapi nafsu adalah riyadhah. “Yahya bin Muadz Ar-Razi mengatakan, perangi nafsumu dengan ‘pedang’ riyadhah,”(Al-Ghazali, 2018 M/1439 H-1440 H: III/70).


Riyadhah dan mujahadah merupakan kunci dalam mengendalikan hawa nafsu. Riyadhah dan mujahadah sangat diperlukan dalam menghadapi tekanan-tekanan dalam diri kita. Tanpa pengendalian atas dorongan-dorongan nafsu, kita akan terbawa pada perbuatan tercela yang membuat kita menyesal.


قال الله تعالى ونهى النفس عن الهوى فإن الجنة هي المأوى وقال تعالى أولئك الذين امتحن الله قلوبهم للتقوى قيل نزع منها محبة الشهوات وقال صلى الله عليه و سلم المؤمن بين خمس شدائد مؤمن يحسده ومنافق يبغضه وكافر يقاتله وشيطان يضله ونفس تنازعه فبين أن النفس عدو منازع يجب عليه مجاهدتها


Artinya, “Allah berfirman, ‘Ia menahan nafsu dari dorongan-dorongan. Sungguh, surga menjadi tempatnya,’ (Surat An-Naziat ayat 40-41). ‘Mereka adalah orang yang ditempa hatinya oleh Allah untuk bertakwa,’ (Surat Al-Hujurat ayat 3). Rasulullah bersabda, ‘Orang beriman berada dalam lima tantangan, yaitu saudara seiman yang mendengkinya, orang munafik yang membencinya, orang kafir yang memusuhinya, setan yang (berusaha) menyesatkannya, dan nafsu yang bertikai dengannya,’ (HR Abu Bakar bin Lal). Rasulullah menyebut bahwa nafsu adalah musuh yang selalu mengajak untuk bertikai yang wajib diperangi,” (Al-Ghazali, 2018 M/1439 H-1440 H, III/70).

 


Suatu hari Nabi Muhammad saw menyambut sekelompok pasukan yang pulang dari peperangan, ‘Selamat datang, kalian pulang dari perang kecil menuju perang besar.’ ‘Wahai Rasulullah, apakah perang besar itu?’ tanya seorang sahabat. ‘Perang melawan nafsu,’ jawab Rasulullah,” (HR Baihaqi). (Al-Ghazali, 2018 M/1439 H-1440 H: III/70).


وقال صلى الله عليه وسلم المجاهد من جاهد نفسه في طاعة الله عز وجل 


Artinya, “Rasulullah saw bersabda, ‘Pejuang adalah orang yang berjuang melawan nafsunya dalam ketaatan kepada Allah swt,’ (HR At-Tirmidzi yang disahihkan oleh Ibnu Hibban).” (Al-Ghazali, 2018 M/1439 H-1440 H: III/70).

 


Dengan bahasa lain, Al-Hasan Al-Bashri mengatakan, ‘Tidak ada “binatang liar” yang paling membutuhkan kekang kuat selain nafsumu,’ (Abu Hamid Al-Ghazali, Ihya’ Ulumiddin, [Beirut, Darul Fikr: 2018 M/1439 H-1440 H], juz III, halaman 70).


Adapun empat jalan riyadhah yang disebutkan Imam Al-Ghazali merupakan proses penempaan diri agar kita terlatih dalam mengendalikan nafsu dengan berbagai bentuknya. 4 jalan ini terbilang ampuh, jalan riyadhah yang telah digunakan oleh umat-umat rasul terdahulu. Wallahu a’lam. (Alhafiz Kurniawan)