Nabi Muhammad SAW Diutus sebagai Guru
NU Online · Jumat, 25 Desember 2020 | 12:45 WIB

Rasulullah SAW menyebut betapa besar dan mulia kedudukan guru. “Aku diutus sebagai seorang muallim atau guru,” sabda Rasulullah SAW.
Alhafiz Kurniawan
Penulis
Masyarakat Indonesia memperingati dua kali hari guru. Pertama, hari guru sedunia pada 5 Oktober. Kedua, hari guru nasional pada 25 November. Hal ini menunjukkan tingginya kedudukan guru bagi masyarakat Indonesia yang penduduknya mayoritas beragama Islam.
Kedudukan guru juga memiliki posisi penting dan mulia dalam Islam. Kompetensi, perilaku keseharian, dan genealogi (sanad) guru juga mendapatkan perhatian yang begitu besar dalam agama Islam. Pada sejumlah riwayat, Rasulullah menganjurkan umatnya untuk menghormati guru.
وروي عن النبي صلى الله عليه وسلم أنه قال من استخف بأستاذه ابتلاه الله تعالى بثلاثة أشياء نسي ما حفظ وكلّ لسانه وافتقر في آخره
Artinya, “Diriwayatkan dari Nabi Muhammad SAW, ia bersabda, ‘Siapa saja yang meremehkan ustadznya, niscaya Allah turunkan bala pada tiga hal. Pertama, ia menjadi lupa terhadap hafalannya. Kedua, terkelu lidahnya. Ketiga, pada akhirnya ia akan membutuhkan ustadznya,’” (Syekh M Nawawi Banten, Salalimul Fudhala, [Indonesia, Al-Haramain Jaya: tanpa tahun), halaman 84).
Pada hadits yang diriwayatkan Ad-Darimi, Rasulullah SAW menyebut betapa besar dan mulia kedudukan guru. “Aku diutus sebagai seorang muallim atau guru,” sabda Rasulullah SAW.
Kalimat ini diucapkan setelah Rasulullah melihat dan bergabung dengan sebuah forum pengajian di mana seorang guru menyampaikan pengetahuan di mana suatu hari Rasulullah SAW keluar dari rumah menuju Masjid Nabawi.
Di dalam masjid, Rasulullah SAW mendapati dua majelis yang berbeda. Pertama, majelis zikir. Kedua majelis taklim di mana agama diajarkan dengan baik. "Kedua majelis ini sama-sama baik. Tetapi majelis yang satu lebih utama," kata Rasulullah SAW sambil menunjuk kepada majelis taklim.
Mereka, kata Rasulullah SAW sambil menunjuk kepada majelis zikir, berdoa dan berharap kepada Allah SWT. Jika Allah menghendaki, Dia akan mengabulkan permohonan mereka. Tetapi jika Allah berkehendak lain, Dia tidak memenuhi permintaan mereka.
Adapun mereka, kata Rasulullah SAW menunjuk majelis taklim di sisi lain masjid, tengah belajar (ketentuan agama). Mereka juga mengajarkan orang-orang yang awam.
إِنَّمَا بُعِثْتُ مُعَلِّمًا
Artinya, "Sungguh, aku hanya diutus sebagai muallim (guru/pengajar). Mereka ini yang lebih utama," kata Rasulullah SAW. Rasulullah SAW kemudian melangkah lalu duduk dan bergabung bersama mereka di majelis taklim. (HR Ad-Darimi).
Hadits ini menunjukkan betapa besar dan mulia kedudukan seorang guru. Tentu saja, Rasulullah tidak pernah berguru kepada manusia, karena Allah yang menjadi gurunya.
Pengakuan dan pilihan Rasulullah untuk duduk di majelis mana menunjukkan bahwa Rasulullah SAW menjadi bagian dari majelis tersebut dan majelis tersebut adalah bagian dari (ridha) Rasulullah SAW di samping kebutuhan mereka pada pengajaran Rasulullah SAW. Wallahu a’lam. (Alhafiz Kurniawan)
Terpopuler
1
KH Miftachul Akhyar: Menjadi Khalifah di Bumi Harus Dimulai dari Pemahaman dan Keadilan
2
Amerika Bom 3 Situs Nuklir Iran, Ekskalasi Perang Semakin Meluas
3
Houthi Yaman Ancam Serang Kapal AS Jika Terlibat dalam Agresi Iran
4
Nota Diplomatik Arab Saudi Catat Sejumlah Kesalahan Penyelenggaraan Haji Indonesia, Ini Respons Dirjen PHU Kemenag
5
Menlu Iran Peringatkan AS untuk Tanggung Jawab atas Konsekuensi dari Serangannya
6
PBNU Desak Penghentian Perang Iran-Israel, Dukung Diplomasi dan Gencatan Senjata
Terkini
Lihat Semua