Syariah

Inilah Tiga Metode Baca Al-Quran

Rab, 14 Juni 2017 | 02:02 WIB

Pada bulan Ramadhan, semangat dan atmosfer beribadah kaum Muslimin bertambah. Selain puasa yang sudah diwajibkan, di sana-sini banyak dilantunkan bacaan Al-Quran, dilaksanakan shalat tarawih, kegiatan santunan dan buka bersama, serta banyak lagi amalan-amalan masyarakat untuk menghidupkan Islam dalam suasana Ramadhan. Tentu hal yang sedemikian amat menggembirakan.

Dari sekian amalan itu, salah satu juga yang paling diutamakan adalah memperbanyak membaca Al-Quran di bulan Ramadhan. Bulan ini adalah bulan awal diturunkannya Al-Quran untuk umat manusia, dan meskipun masih terdapat khilafiyah, sebagian ulama menyebutkan bahwa Nuzulul Qur’an, awal turunnya Al-Qur’an adalah pada 17 Ramadhan. Tentu saja menyemarakkan Al Quran adalah pilihan baik di bulan baik ini.

Membaca Al-Quran jelas memiliki faedah dan keistimewaan tersendiri. Setiap hurufnya, kita tahu, diganjar dengan sepuluh kebajikan. Setiap seseorang membaca Al-Quran, hal itu telah dinilai sebagai ibadah. Di masyarakat kita pun rupanya ada yang membaca perlahan-lahan, atau dengan cara cepat. Di kalangan ulama ahli qiraat Al-Quran, cara membaca Al-Quran memiliki tiga metode yang biasa diamalkan oleh pembaca Al-Quran.

Sayyid Muhammad bin Alwi Al-Maliki dalam Qowaidul Asasiyyah fi Ulumil Qur’an menyebutkan bahwa dalam membaca Al-Quran itu ada tiga cara.

Pertama, yang disebut tahqiq. Metode membaca secara tahqiq ini mengusahakan makharijul huruf dan pelafalan huruf hijaiyah dengan tepat, memenuhi panjang pendeknya bacaan, juga memperjelas hamzah dan harakatnya. Selain itu, kaidah tajwid terkait izhar, idgham, serta hukum-hukum lainnya terkait huruf "nun" dan "mim" yang diberi harakat sukun juga diperhatikan betul. Dan tak lupa dicermati kaidah waqaf, saktah, juga letak-letak pemberhentian ayat. Dengan cara yang demikian, lisan dibiasakan membaca Al-Quran sesempurna mungkin.

Menurut Sayyid Muhammad bin Alwi Al-Maliki, bacaan semacam ini dianjurkan betul bagi para pelajar Al-Quran, utamanya di tingkat pemula. Tujuannya supaya bacaan orang tersebut tidak melewati batas yang dapat mencederai bacaan Al-Quran sendiri saat kelak sudah lebih lanyah, lancar membaca Al-Quran.

Kedua, cara membaca yang disebut hadr. Cara ini mempercepat bacaan dengan memperpendek bacaan-bacaan mad, tetapi tetap dengan memperhatikan tanda baca untuk menepati tatabahasa Arab dan memantapkan lafalnya. Cara yang paling sering diamalkan juga adalah mengurangi ghunnah, atau mengurangi panjang bacaan mad. Yang jelas, bacaan ini tidak mencapai cara membaca Al-Quran yang sempurna sebagaimana tahqiq.

Ketiga adalah metode tadwir. Cara ini merupakan pertengahan antara cara tahqiq yang begitu pelan dan mantap dan hadr yang begitu ringkas dan cepat. Untuk metode tadwir ini, hal yang terpenting adalah bacaan-bacaan mad yang tidak dipenuhkan, seperti pada mad ja’iz munfashil, tidak sampai panjang enam ketukan. Tidak terlalu pelan, tetapi juga tidak disempurnakan betul.

Hal yang terpenting dari ketiga bacaan itu, adalah pentingnya memahami tajwid dan pemberhentian baca Al-Quran (waqaf). Tentu di sekitar kita, baik saat tadarusan, atau khataman Al-Quran, ada yang membaca Al-Quran dengan cepat, atau pelan-pelan. Sebaiknya bacaan ini disesuaikan dengan kebutuhan dan target yang ingin dicapai. Semisal pada even khataman, tentu para hafizh Al-Quran memiliki cara membaca sendiri untuk mengkhatamkan lebih cepat.

Pun di sekitar kita ada yang mungkin masih belum lancar dan tergagap-gagap membacanya, hal itu tak menghalangi perolehan kemuliaan belajar membaca Al-Quran. Asal tetap bersemangat untuk terus membaca, memaknai, dan memahami Al-Quran, semoga itu menjadi wasilah agar Al-Quran kelak menjadi penolong di Hari Kiamat. Wallahu a’lam. (M Iqbal Syauqi)

Terkait

Syariah Lainnya

Lihat Semua