Syariah

Mengenal Macam-macam Pujian: Manfaat dan Bahayanya

NU Online  ยท  Jumat, 4 Maret 2016 | 04:09 WIB

Olehย Khifni Nasif

Pujian adalah pernyataan rasa kagum dan penghargaan kepada sesuatu yang dianggap baik, indah dan sebagainya. Memang wajar jika kita memuji kepada seseorang atas prestasinya atau kebaikan-kebaikanya. Apalagi jika orang tersebut punya hubungan dekat dengan kita, misalnya sahabat, kerabat, orang tua, anak dan sebagainya. Pujian jika dilihat dari objeknya ada dua macam.ย Pertamaย untuk diri sendiriย keduaย untuk orang lain.

Pertama,ย pujian untuk diri sendiri. dalam hal ini Imam An-Nawawi di dalam kitabย Al-Adzkarย membagi dua macam hukum memuji diri sendiri:

1.ย ย ย ย ย Madzmumย (tercela) jika dilakukan untuk membanggakan diri sendiri, menunjukkan keluhuran diri sendiri, serta membedakan dari orang lain dan semacamnya. Allah berfirman dalam Surat An-Najm ayat 31:

ููŽู„ุง ุชูุฒูŽูƒู‘ููˆุง ุฃูŽู†ู’ููุณูŽูƒูู…ู’ (ุงู„ู†ุฌู… 31)

Dalam tafsirย Al-Wajizย potongan ayat tersebut ditafsiri dengan:

ย ูู„ุง ุชู…ุฏุญูˆุง ุงู†ูุณูƒู… ูˆู„ุง ุชุจุฑุฆูˆู‡ุง ู…ู† ุงู„ุฐู†ูˆุจ

โ€œMaka janganlah kalian memuji diri kalian dan jangan merasa bersih dari dosa.โ€

Begitu pula dalam Surat An-Nisaโ€™ 49:

ุงู„ู… ุชุฑ ุงู„ู‰ ุงู„ุฐูŠู† ูŠุฒูƒูˆู† ุฃู†ูุณู‡ู… ุจู„ ุงู„ู„ู‡ ูŠุฒูƒู‰ ู…ู† ูŠุดุงุก ูˆู„ุง ูŠุธู„ู…ูˆู† ูุชูŠู„ุง (ุงู„ู†ุณุงุก 49)

Apakah kamu tidak memperhatikan orang yang menganggap dirinya bersih? Sebenarnya Allah membersihkan siapa yang dikehendakinya dan mereka tidak dianiaya sedikitpun.ย (QS. An-nisaโ€™ 49).

Ayat tersebut menggambarkan orang-orang yang memuji terhadap diri dan amal perbuatanya serta merasa diriya suci dan jauh dari kejelekan, sebagaimana orang-orang Yahudi dan Nasrani, bahkan mereka sangat kelewat dalam memuji dirinya sendiri dengan ucapan merekaย ู†ุญู† ุงุจู†ุงุก ุงู„ู„ู‡ ูˆุงุญุจุงุคู‡ย (kita adalah anak-anak Allah dan para kekasihnya).ย Maha suci Allah dari apa yang mereka ucapkan.

2.ย ย Mahbubย (terpuji) jika demi kemaslahatan. seperti amar makruf nahi munkar, mendamaikan antara dua orang yang bertikai, memberikan nasihat, mendidik, dan sebagainya.ย Dalam hal ini boleh memuji diri sendiri dengan menuturkanย kebaikan diri sendiri disertai dengan adanya tujuan kemaslahatan tersebut. Sehingga dengan menutur kebaikan diri sendiri, ucapan atau nasihatnya akan lebih mudah diterima serta lebih meyakinkan orang lain, sebagaimana ucapan nabi Yusuf As terhadap penguasa saat itu yang terekam dalam Al-Qurโ€™an suratย ย yusuf 55:

ู‚ุงู„ ุงุฌุนู„ู†ู‰ ุฎุฒุงุฆู† ุงู„ุงุฑุถ ุงู†ู‰ ุญููŠุธ ุนู„ูŠู…

โ€œYusuf berkata: jadikanlah aku bendaharawan Negara (mesir), sesungguhnya aku adalah orang yang pandai menjaga lagi berpengetahuan.โ€

Nabi Yusuf menyebut kebaikan dirinya diย hadapan penguasa agar penguasa tersebut mau mengangkatnya sebagai bendaharawan negara, sehingga Nabi Yusuf bisa menegakkan hukum-hukum Allah serta menegakkan kebenaran dan keadilan, dan tidak ada yang mampu melakukan semua itu melainkan hanya beliau.

Begitu pula kisah Rasulullahย shallallahu โ€˜alaihi wasallamย ketika beliau membagikanย ghanimahย (harta rampasan perang), diย antara orang munafik ada yang menganggap Rasulullah tidak adil dalam membaginya sehinggaย Rasulullahย berkata:

ูˆุงู„ู„ู‡ ุฅู†ูŠ ู„ุฃู…ูŠู† ููŠ ุงู„ุณู…ุงุก ุฃู…ูŠู† ููŠ ุงู„ุฃุฑุถ

โ€œDemi Allah sesungguhnya aku adalah sejujur-jujurnya orang diย langit dan diย bumi.โ€

Diย antara sahabatย Nabiย yangย pernahย memuji dirinya sendiri dalam rangkaย taโ€™limย (pendidikan) adalahย Abu hamid al-Saโ€™idi. Saat menyampaikan bagaimana shalat Rasulullah kepada para sahabat lain, ia berkata:

ย ุฃู†ุง ุฃุนู„ู…ูƒู… ุจุตู„ุงุฉ ุฑุณูˆู„ ุงู„ู„ู‡ ุตู„ู‰ ุงู„ู„ู‡ ุนู„ูŠู‡ ูˆุณู„ู…

โ€œSaya adalah orang yang paling tahu mengenai shalat Rasulullah shallallahu โ€˜alaihi wasallam.โ€

Keduaย pujian untuk orang lain. Imam Al-Ghazali di dalamย Ihyaโ€™ Ulumiddinย menjelaskan bahwa di antara malapetaka yang disebabkan lisan adalah sebuah pujian. Oleh karena itu memuji kepada orang lain tidak sepenuhnya dianjurkan, bahkan terkadang pujian tersebut dilarang karena bisa menimbulkan dampak negatif yang sangat membahayakan, baik bagi orang yang memuji maupun orang yang menerima pujian.ย Malapetaka tersebut menurutnya ada enam,ย yang empatย bisa membahayakan orang yang memuji dan yang dua membahayakan orang yang menerima pujian.

Bagi orang yang memuji, bahaya atau petakaย itu antara lainย sebagai berikut:

Pertama,ย terkadang dia berlebihan (lebay) dalam memuji orang lain, sehingga ia terjerumus dalam kedustaan. Kholid bin Maโ€™dan berkata:

ู…ู† ู…ุฏุญ ุฅู…ุงู…ุง ุฃูˆ ุฃุญุฏุง ุจู…ุง ู„ูŠุณ ููŠู‡ ุนู„ู‰ ุฑุคูˆุณ ุงู„ุฃุดู‡ุงุฏ ุจุนุซู‡ ุงู„ู„ู‡ ูŠูˆู… ุงู„ู‚ูŠุงู…ุฉ ูŠุชุนุซุฑ ุจู„ุณุงู†ู‡

Barangsiapa memuji seorang pemimpin atau seseorang di muka orang banyak dengan sesuatu yang tidak ada padanya, niscaya dibhari kiamat Allah akan membangkitkanya dengan tergelincir disebabkan lisannya.

Keduaย dia memuji dengan berpura-pura menampakkan rasa cinta atau simpati yang tinggi, padahal sesungguhnya diย dalam hatinya tidak. Dalam hal ini dia berbuat hipokrit (munafiq) serta mencari muka (riya).

Ketigaย dia menyatakan sesuatu yang tidak sesuai dengan realita. Sehingga pernyataanya adalah sebuah kebohongan atau bualan belaka.

ุนูŽู†ู’ ุนูŽุจู’ุฏู ุงู„ุฑู‘ูŽุญู’ู…ูŽู†ู ุจู’ู†ู ุฃูŽุจูู‰ ุจูŽูƒู’ุฑูŽุฉูŽ ุนูŽู†ู’ ุฃูŽุจููŠู‡ู ุฃู† ุฑุฌู„ุง ุฐูƒุฑ ุนูู†ู’ุฏูŽ ุงู„ู†ู‘ูŽุจูู‰ู‘ู - ุตู„ู‰ ุงู„ู„ู‡ ุนู„ูŠู‡ ูˆุณู„ู… โ€“ ูุงุซู†ู‰ ุนู„ูŠู‡ ุฑุฌู„ ุฎูŠุฑุง ููŽู‚ูŽุงู„ูŽ ุงู„ู†ุจูŠ ุตู„ู‰ ุงู„ู„ู‡ ุนู„ูŠู‡ ูˆุณู„ู… ยซ ูˆูŽูŠู’ู„ูŽูƒูŽ ู‚ูŽุทูŽุนู’ุชูŽ ุนูู†ูู‚ูŽ ุตูŽุงุญูุจููƒูŽ ุŒ ยป. ูŠู‚ูˆู„ู‡ ู…ูุฑูŽุงุฑู‹ุง - ยซ ุงู† ูƒุงู† ุงุญุฏูƒู… ู…ุงุฏุญุง ู„ุง ู…ูŽุญูŽุงู„ูŽุฉูŽ ููŽู„ู’ูŠูŽู‚ูู„ู’ ุฃูŽุญู’ุณูุจู ูƒุฐุง ูˆูƒุฐุง ุŒ ุงู† ูƒุงู† ูŠุฑู‰ ุงู†ู‡ ูƒุฐุงู„ูƒ ูˆุญุณูŠุจู‡ ุงู„ู„ู‡ ูˆู„ุง ูŠุฒูƒู‰ ุนู„ู‰ ุงู„ู„ู‡ ุงุญุฏุง ยปย ุฑูˆุงู‡ ุงู„ุจุฎุงุฑูŠ

Dari Abdirrahman bin Abi Bakroh dari ayahnya berkata sesungguhnya seorang lelaki disebut di dekat Rasulullah SAW. lalu lelaki yang lain memujinya maka Rasulullah berkata (berulang-ulang),โ€œCelaka, kamu telah menebas leher temanmu.โ€ โ€œJika salah satu di antara kalian harus (terpaksa) memuji maka hendaklah ia berkata, โ€œSaya kira si fulan demikian kondisinya, jika dia menganggapnya demikian, dan yang mengetahui kondisi sebenarnya adalah Allah dan janganlah menyucikan seseorang di hadapan Allah.. HR. Bukhori.

Begitu pula Sayyidina Umarย suatu saat pernah mendengar seorang lelaki melontarkan pujian pada orang lain, lalu beliau berkata pada orang tersebut:

โ€œApakah kamu pernah bepergian dengannya?โ€

Lelaki tersebut menjawabnya,ย โ€œTidak.โ€

โ€œApakah kamu pernah berinteraksi denganya dalam masalah jual beli dan muโ€™amalah lainya?โ€

โ€œTidak.โ€

โ€œApakah kamu bertetangga denganya diย waktu pagi dan sore?โ€ Tanya Umar lagi.

โ€œTidak.โ€

Sayyidina Umarย berkata, โ€œDemi Allah yang tiada tuhan selain-Nyaย kamu tidak mengenal orang tersebut.โ€

Keempat,ย kadang-kadang dengan pujiannya, dia menyenangkan orang yang dipuji, padahal orang yang dipuji tersebut adalah orang dzalim atau fasik. sedangkan memuji orang dzalim atau orang fasik tidak diperbolehkan. Sebagaimana sabda Rasulullah:

ุฅู† ุงู„ู„ู‡ ุชุนุงู„ู‰ ูŠุบุถุจ ุงุฐุง ู…ุฏุญ ุงู„ูุงุณู‚ (ุฑูˆุงู‡ ุงุจู† ุงุจู‰ ุงู„ุฏู†ูŠุง ูˆุงู„ุจูŠู‡ู‚ูŠ)

Sesungguhnya Allah SWTย murka apabila ada orang fasik dipuji. (HR. Ibnu Abiddunya dan Al Baihaqi.)


Adapun dua bahaya atau petaka yang bisa menimpa orang yang dipuji akibat pujian adalah:

Pertama: menculnya sifat takabbur (sombong) dan uโ€™jub (bangga diri) pada orang yang di puji, sehingga memandang orang lain berada di bawahnya. Keduanya adalah sifat yang bisa membinasakan. Al-Hasan radliyallahu โ€˜anh berkata, Suatu saat Sayyidina Umar radliyallahu โ€˜anh duduk bersama orang-orang, dan beliau memegang sebuah cemeti, lalu tiba-tiba datanglah Jarud bin Al-Mundzir dan salah seorang dari mereka mengatakan, โ€œOrang ini adalah kepala suku Rabiโ€™ah.โ€

Perkataan tersebut didengar oleh Sayyidina Umar ra dan orang-orang disekitarnya termasuk Al Jarud bin Al-mundzir, ketika Al-Jarud mendekati Sayyidina Umar ra beliau memukulnya dengan cemeti. Al-Jarud pun berkata, โ€œApa yang terjadi antara saya dan engkau wahai Amirul Mukminin? Sayyidina Umar pun menjawab, โ€œApa yang terjadi antara saya dan kamu? Bukankah kamu mendengar ucapan tadi?โ€ Al-Jarud menjawab, โ€œIya saya mendengarnya. Lalu Sayyidina Umar berkata, saya khawatir perkataan tadi bercampur dengan hatimu, lalu aku ingin menundukkan kepalamu.

Kedua, dengan dipuji kebaikanya, maka dia akan merasa senang, puas dan bangga akan kebaikan tersebut, sedangkan orang yang membanggakan dirinya (atas kebaikanya) maka dia akan lengah atau teledor dalam beribadah kepada Allah, karena hanya orang yang memandang dirinya masih kurang amal kebaikanyalah yang selalu waspada dan bergegas dalam beribadah kepada Allah.

Namun jika pujian tersebut tidak membahayakan baik bagi pelaku maupun penerima pujian, maka pujian semacam itu tidaklah dilarang, bahkan terkadang dianjurkan. Karena itulah Rasulullah Saw pernah memuji sahabatnya antara lain sahabat Abu Bakar dengan ucapanya, โ€œJikalau iman Abu Bakar dan iman manusia seluruh alam ditimbang niscaya akan lebih berat iman Abu bakar.โ€ Begitu pula pujian yang lain kepada para sahabat lainya.

Adapun bagi orang yang dipuji, Imam Al-Ghazali juga mengingatkan agar selalu waspada terhadap pujian dengan menjaga dirinya dari sifat sombong, membanggakan diri, serta menjaga dirinya agar tidak teledor terhadap amal-amal ibadahnya. Dan semua itu tidak dapat tercapai melainkan dengan cara memandang dirinya dengan pandangan hina dan lemah serta merenungkan akibat yang akan timbul seperti lembutnya riya dan bahaya yang lain, sesungguhnya dialah yang mengetahui pada dirinya tentang apa-apa yang tidak diketahui oleh orang yang memujinya. Dan hendaknya orang yang dipuji juga menampakkan ketidaksukaanya saat ia dipuji (kepada orang yang memujinya) jika pujian tersebut tidak sesuai dengan apa yang ada pada dirinya, Rasulullah bersabda:

ย ุงุญุซูˆุง ุงู„ุชุฑุงุจ ูู‰ ูˆุฌูˆู‡ ุงู„ู…ุฏุงุญูŠู†

โ€œTaburkanlah debu pada wajah orang yang berlebihan dalam memuji.โ€ (HR. Abu Dawud)

Serta hendaknya merasa malu terhadap pujian tersebut. sebagaimana dikatakan pula oleh Imam Athaโ€™illah:

ุงู„ู…ุคู…ู† ุฅุฐุง ู…ุฏุญ ุงุณุชุญูŠุง ู…ู† ุงู„ู„ู‡ ุฃู† ูŠุซู†ู‰ ุนู„ูŠู‡ ุจูˆุตู ู„ุง ูŠุดู‡ุฏู‡ ู…ู† ู†ูุณู‡

Orang mukmin sejati adalah apabila mendapatkan pujian dia merasa malu terhadap Allah atas pujian yang diterimanya, jika sifat tersebut tidak dimilikinya sama sekali.

Begitu pula jika dia mendapat pujian yang telah terlontar dari mulut orang yang memuji hendaknya pula dia mengucapkan ucapan sebagaimana diucapkan Sayyidina Ali ketika menerima pujian:

ุงู„ู„ู‡ู… ุงุบูุฑ ู„ู‰ ู…ุง ู„ุง ูŠุนู„ู…ูˆู† ูˆู„ุง ุชุคุงุฎุฐู†ู‰ ุจู…ุง ูŠู‚ูˆู„ูˆู† ูˆุงุฌุนู„ู†ู‰ ุฎูŠุฑุง ู…ู…ุง ูŠุธู†ูˆู†

โ€œYa Allah ampunilah diriku karena sesuatu yang tidak mereka ketahui, dan janganlah Engkau menyiksa diriku karena apa yang mereka katakana dan jadikanlah diriku lebih baik dari apa yang mereka sangka.โ€

Dari uraian di atas bisa kita pahami bahwa suatu pujian bagaikan pedang bermata dua, yang bisa membahayakan, baik bagi pelaku maupun penerima pujian. Oleh karena itu kita harus bijak dan selektif ketika akan melontarkan pujian dan tidak terlalu murah mengobralnya, karena bisa saja kita sebagai orang yang melontarkan pujian bisa terhindar dari bahaya tersebut di atas, namun belum tentu bagi orang yang kita puji, sehingga maksud hati kita akan mengutarakan penghormatan atau penghargaan pada orang lain tapi justru kenyataanya kita malah menebas lehernya. Wallahu aโ€™lam.

Terkait

Syariah Lainnya

Lihat Semua