Khutbah

Khutbah Jumat: Inspirasi Al-Fatihah untuk Bekal Berhaji ke Baitullah

Kam, 25 April 2024 | 16:00 WIB

Khutbah Jumat: Inspirasi Al-Fatihah untuk Bekal Berhaji ke Baitullah

Khutbah Jumat tentang inspirasi surat Al-Fatihah untuk bekal berhaji ke Baitullah. (freepik).

Materi khutbah Jumat mengingatkan kepada umat Islam khususnya mereka yang akan melaksanakan ibadah haji untuk mengambil hikmah yang terkandung dalam surat Al-Fatihah, sebagai bekal penting menjalankan rukun Islam yang kelima. Jika diresapi dan ditelaah, tujuh ayat yang terkandung dalam surat Al-Fatihah memiliki hikmah penting agar seseorang yang akan berhaji meraih predikat mabrur.
 

Teks khutbah Jumat berikut berjudul, “Khutbah Jumat: Inspirasi Al-Fatihah untuk Bekal Berhaji ke Baitullah”. Untuk mencetak naskah khutbah Jumat ini, silakan klik ikon print berwarna merah di atas atau bawah artikel ini (pada tampilan desktop). Semoga bermanfaat! 
 


Khutbah I
 

اَلْحَمْدُ لِلَّهِ، اَلْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِيْ جَعَلَ الحَجَّ مَنَارَةَ التَوْحِيْدِ الكُبْرَى، وَمَعْلَمَةَ الإِيْمَانِ وَالتَرْبِيَةِ العُظْمَى، هَدَمَ بِهِ شَعَائِرَ الجَاهَلِيَّةَ وَالوَثَنِيَّةَ، وَأَقَامَ بِهِ المِلَّةَ  الإِبْرَاهِيْمِيَّةَ الحَنِيْفِيَّةَ، لِتَهْتَدِيَ بِهَا جُمُوْعُ البَشَرِيَّةِ. أَحْمَدُهُ سُبْحَانَه وَأَشْكُرُ لَهُ، الَّذِي أَتَمَّ عَلَى الحُجَّاجِ نِعْمَتَهُ. وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُا أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الَّذِي لَا نَبِيَّ بَعْدَهُ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَاةً وَسَلَاماً دَائِمَيْنِ مُتَلَازِمَيْنِ إِلَى يَوْمِ القِيَامَةِ. أَمَّا بَعْدُ، فَإنِّي أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَى اللهِ الْقَائِلِ فِي كِتَابِهِ الْقُرْآنِ: وَاَتِمُّوا الْحَجَّ وَالْعُمْرَةَ لِلّٰهِ ۗ. وَقَالَ أَيْضًا: وَلِلّٰهِ عَلَى النَّاسِ حِجُّ الْبَيْتِ مَنِ اسْتَطَاعَ اِلَيْهِ سَبِيْلًا 
 

Ma'asyiral muslimin jamaah Jumat rahimakumullah

Sebagai bagian dari rukun khutbah Jumat, pada kesempatan mulia ini, Khatib berwasiat kepada jamaah wabil khusus kepada diri khatib pribadi untuk terus meningkatkan dan menguatkan takwa kepada Allah dengan menjalankan segala perintah dan menjauhi segala larangan-Nya.
 

Takwa ibarat rambu-rambu jalan yang akan mengarahkan perjalanan agar kita selamat sampai tujuan. Takwa juga merupakan bekal yang paling baik dalam menjalani kehidupan di dunia dan sukses di akhirat. Takwa menjadikan kita ditempatkan di posisi yang paling mulia di sisi Allah swt. Allah berfirman dalam surat Al-Hujurat ayat 13:
 

اِنَّ اَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللّٰهِ اَتْقٰىكُمْ
 

Artinya, “Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah adalah orang yang paling bertakwa.”
 

Ma'asyiral muslimin jamaah Jumat rahimakumullah

Sebentar lagi, Jamaah haji Indonesia tahun 2024 akan segera berangkat ke Tanah Suci untuk menjalankan rukun Islam yang kelima. Berdasarkan jadwal perjalanan haji 2024 dari Kementerian Agama RI, kloter awal jamaah haji gelombang pertama dijadwalkan masuk asrama haji pada 11 Mei 2024. Mereka akan terbang sehari berikutnya yakni pada 12 Mei 2024, dari embarkasi menuju Bandara Amir Muhammad bin Abdul Aziz (AMAA) Madinah. 
 

Berbagai persiapan pun sudah dilakukan oleh para jamaah di antaranya pelunasan biaya, cek istitha'ah kesehatan, dan juga bimbingan manasik haji. Semua itu dilakukan sebagai ikhtiar agar ibadah yang dilakukan dapat berjalan dengan lancar.
 

Selain persiapan lahir, persiapan batin juga harus benar-benar diperhatikan. Bekal takwa, ilmu, dan mental menjadi bagian penting dan akan berpengaruh pada hasil serta kualitas ibadah haji. Persiapan mental bisa dalam bentuk menata niat dengan baik dan senantiasa bersyukur atas anugerah bisa menyempurnakan Islam dengan berhaji. Terkait bekal dalam berhaji, Allah berfirman dalam QS Al-Baqarah ayat 197:
 

اَلْحَجُّ اَشْهُرٌ مَّعْلُوْمٰتٌ ۚ فَمَنْ فَرَضَ فِيْهِنَّ الْحَجَّ فَلَا رَفَثَ وَلَا فُسُوْقَ وَلَا جِدَالَ فِى الْحَجِّ ۗ وَمَا تَفْعَلُوْا مِنْ خَيْرٍ يَّعْلَمْهُ اللّٰهُ ۗ وَتَزَوَّدُوْا فَاِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوٰىۖ وَاتَّقُوْنِ يٰٓاُولِى الْاَلْبَابِ 
 

Artinya, “(Musim) haji itu (berlangsung pada) bulan-bulan yang telah dimaklumi. Siapa yang mengerjakan (ibadah) haji dalam (bulan-bulan) itu, janganlah berbuat rafaṡ, berbuat maksiat, dan bertengkar dalam (melakukan ibadah) haji. Segala kebaikan yang kamu kerjakan (pasti) Allah mengetahuinya. Berbekallah karena sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa. Bertakwalah kepada-Ku wahai orang-orang yang mempunyai akal sehat." 
 

Karena itu, ma'asyiral muslimin jamaah Jumat rahimakumullah.

Pada kesempatan khutbah kali ini, Khatib mengajak umat Islam, khususnya yang akan berangkat haji untuk membawa bekal berhaji dengan mengambil hikmah yang terkandung dalam surat Al Fatihah. Ayat pertama dalam surat ini adalah:
 

بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ 
 

Artinya, "Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang."
 

Ayat ini mengingatkan para jamaah haji untuk mengawali aktivitas dengan niat yang baik karena Allah swt. Jangan sampai salah niat dalam berhaji semisal untuk menyombongkan diri, ingin dipanggil pak haji atau bu hajjah, dan sejenisnya. Niat harus lillah (karena Allah) untuk meraih haji yang mabrur. Rasulullah bersabda: 
 

الْحَجُّ الْمَبْرُورُ لَيْسَ لَهُ جَزَاءٌ إِلَّا الْجَنَّةُ
 

Artinya, “Tidak ada balasan (yang layak) bagi jamaah haji mabrur selain surga.” (HR Al-Bukhari).
 

Ayat kedua adalah:
 

اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَۙ
 

Artinya, "Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam."
 

Ayat ini mengingatkan agar setiap orang yang akan berhaji memperkuat syukur atas anugerah bisa pergi ke Tanah Suci. Banyak umat Islam yang tidak bisa dan mengimpi-impikan bisa pergi ke baitullah untuk beribadah di Masjidil Haram dan ziarah ke makam Nabi di Masjid Nabawi. Namun apalah daya, Allah belum mengizinkannya.
 

Syukur menjadi bagian yang bisa berhaji bisa diwujudkan dalam bentuk senantiasa menjaga kesehatan dengan baik. Kesehatan merupakan syarat istitha'ah (mampu) dalam berhaji berdasarkan fakta bahwa ibadah haji adalah ibadah fisik. Ibadah yang rukun dan wajib hajinya memerlukan fisik yang prima.
 

Ayat ketiga adalah:
 

الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِۙ
 

Artinya, “Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.”
 

Ayat ini mengingatkan bahwa kita bisa berangkat ke Tanah Suci merupakan wujud nyata sifat rahman dan rahim Allah swt. Banyak orang yang bergelimang harta namun tidak terpanggil untuk berhaji. Sebaliknya, banyak orang yang tidak terlintas sedikitpun bisa berhaji, namun karena kasih sayang Allah ia bisa berangkat haji.
 

Sifat kasih sayang ini juga yang harus terus dipegang kuat dalam diri jamaah saat berhaji dengan senantiasa saling membantu jamaah lain dan bersikap lemah lembut dengan tidak berbuat rafaṡ, berbuat maksiat, dan bertengkar dalam (melakukan ibadah) haji. 
 

Ayat keempat adalah:
 

مٰلِكِ يَوْمِ الدِّيْنِۗ
 

Artinya, “Pemilik hari Pembalasan.”
 

Ayat ini mengingatkan kita bahwa berhaji merupakan miniatur dari janji Allah yang akan mengumpulkan manusia di Padang Mahsyar saat hari kiamat atau hari pembalasan esok. Kita diingatkan dengan ritual wukuf di padang Arafah yang merupakan puncak dari ibadah haji di mana jutaan jamaah dari berbagai penjuru dunia berkumpul di satu titik. Di situ jamaah hanya mengenakan dua helai pakaian umrah berwarna putih sembari berdoa:
 

اللَّهُمَّ لَك صَلَاتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي، وَإِلَيْك مَآبِي وَلَك تُرَاثِي اللَّهُمَّ إنِّي أَعُوذُ بِك مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ وَوَسْوَسَةِ الصَّدْرِ وَشَتَاتِ الْأَمْرِ اللَّهُمَّ إنِّي أَعُوذُ بِك مِنْ شَرِّ مَا تَجِيءُ بِهِ الرِّيحُ
 

Artinya, “Ya Allah, shalatku, ibadahku, hidupku, dan matiku hanya untuk-Mu. Hanya kepada-Mu tempat pulangku. Hanya milik-Mu peninggalanku. Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari siksa kubur, kebimbangan dalam hati, dan berantakannya urusan. Aku berlindung kepada-Mu dari kejahatan yang dibawa oleh angin.”
 

Ayat kelima adalah:
 

اِيَّاكَ نَعْبُدُ وَاِيَّاكَ نَسْتَعِيْنُۗ 
 

Artinya, “Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami memohon pertolongan”.
 

Ayat ini menyadarkan kepada siapapun yang berhaji untuk benar-benar pasrah dan hanya Allah lah Dzat yang bisa menolong dan disembah. Kepergian kita jauh ke Tanah Suci mestilah harus berpisah dengan sanak keluarga, sahabat, dan orang-orang yang kita kenal. Sehingga kita perlu menyadari bahwa pertolongan Allah yang kita harapkan agar kita selamat dari berangkat sampai pulang kembali ke Tanah Air. Ayat ini menjadi pengingat juga bahwa sekuat dan sehebat apapun manusia, semuanya lemah di hadapan Allah. Ia lah yang harus disembah dan segala urusan dunia dan akhirat, Allah lah yang berhak mengaturnya.
 

Ayat keenam adalah:
 

اِهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيْمَۙ
 

Artinya, "Bimbinglah kami ke jalan yang lurus."
 

Ayat ini memberikan inspirasi agar para jamaah senantiasa berdoa dan berusaha untuk senantiasa mengikuti aturan-aturan yang diberikan selama ibadah haji agar selalu berada dalam koridor dan aturan yang ada sehingga tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Untuk mengatur jutaan jamaah yang berhaji, berbagai aturan diberlakukan untuk menjadi panduan bagi para jamaah. Jamaah harus mematuhinya sehingga berada di jalur yang benar dan dapat beribadah dengan baik dan nyaman. 
 

Ayat terakhir adalah:
 

صِرَاطَ الَّذِيْنَ اَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ ەۙ غَيْرِ الْمَغْضُوْبِ عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّاۤلِّيْنَࣖ 
 

Artinya, “(Yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat, bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) orang-orang yang sesat)."
 

Ayat ini menjadi motivasi bagi para jamaah untuk senantiasa menjaga dan memaksimalkan nikmat bisa beribadah haji dengan baik. Jangan sampai jamaah haji kufur pada nikmat dan tidak menjalani ibadah dengan rasa syukur sehingga mendapatkan murka dan tidak mendapatkan hasil ibadah untuk peningkatan kualitas diri.
 

Ma'asyiral muslimin jamaah Jumat rahimakumullah

Demikianlah inspirasi yang bisa diambil dari surat Al-Fatihah sebagai bekal para jamaah haji berangkat ke Tanah Suci. Mudah-mudahan kita diberikan rezeki, kemudahan, dan kelancaran sehingga dapat pergi ke Baitullah melaksanakan ibadah haji. Amin.
 

بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فِي اْلقُرْآنِ اْلعَظِيْمِ وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنْ آيَةِ وَذِكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا فَأسْتَغْفِرُ اللهَ العَظِيْمَ إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَّحِيْم 
 


Khutbah II
 

 اَلْحَمْدُ لِلَّهِ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ ثُمَّ الْحَمْدُ لِلَّهِ. أَشْهَدُ أنْ لآ إلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الَّذِيْ لَا نَبِيّ بعدَهُ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى أَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ القِيَامَةِ

 أَمَّا بَعْدُ
 

فَيَا أَيُّهَا النَّاسُ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ. فَقَالَ اللهُ تَعَالَى: إِنَّ اللهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يٰأَ يُّها الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدَنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى أَلِ سَيِّدَنَا مُحَمَّدٍ
 

اَللّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ، اَلْأَحْياءِ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ. اَللّهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتَنِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا إِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عامَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ
 

اللَّهُمَّ أَرِنَا الْحَقَّ حَقًّا وَارْزُقْنَا اتِّبَاعَهُ وَأَرِنَا الْبَاطِلَ بَاطِلًا وَارْزُقْنَا اجْتِنَابَهُ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ وَاَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ
 

عٍبَادَ اللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتاءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشاءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ، وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ، وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ، وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرْ
 


Ustadz H Muhammad Faizin, Sekretaris MUI Provinsi Lampung