Hamas Setujui Bebaskan 10 Tawanan Israel, Trump Katakan Gencatan Senjata Belum Pasti
Kamis, 10 Juli 2025 | 13:30 WIB
Jakarta, NU Online
Pejabat Hamas Taher al-Nunu menyampaikan bahwa kelompoknya menyetujui usulan gencatan senjata terbaru serta telah sepakat untuk membebaskan 10 tawanan Israel sebagai bagian dari upaya berkelanjutan untuk mencapai gencatan senjata di Jalur Gaza.
"Kami menawarkan fleksibilitas yang diperlukan untuk melindungi rakyat kami, menghentikan kejahatan genosida, dan mengizinkan masuknya dan mengalirnya bantuan secara bebas dan bermartabat kepada rakyat kami hingga kami mencapai akhir perang yang sesungguhnya," ujarnya dikutip NU Online dari Al-Jazeera, Kamis (10/7/2025).
Taher menambahkan bahwa wilayah yang harus dituju pasukan Israel sebagai bagian dari fase pertama gencatan senjata harus dirancang sedemikian rupa sehingga tidak mempengaruhi kehidupan warga Palestina dan membuka jalan bagi perundingan di fase kedua.
Namun, pihaknya juga mengatakan perundingan yang sedang berlangsung tetap sulit karena Presiden Amerika Serikat Donald Trump masih menunggu dan melihat peluang bagus mencapai kesepakatan gencatan senjata dalam beberapa hari.
Sebelumnya, di Washington, DC, Trump, yang telah bertemu Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu di Gedung Putih pekan ini, mengatakan adanya peluang yang sangat besar akan terjadinya gencatan senjata di Gaza. Namun komentar terbarunya tampak meragukan.
"Saya rasa kita punya peluang minggu ini atau minggu depan. Belum pasti. Belum ada kepastian tentang perang, Gaza, dan semua tempat lain yang begitu sering kita tangani," ujar Trump kepada para wartawan.
"Tapi ada kemungkinan besar kita akan mencapai penyelesaian, semacam kesepakatan, minggu ini dan mungkin minggu depan jika tidak," lanjutnya.
Meski begitu, melansir Al Jazeera utusan khusus Trump untuk Timur Tengah, Steve Witkoff, mengatakan kesepakatan gencatan senjata di Gaza hampir tercapai dan diharapkan bisa terlaksana pada akhir pekan ini.
“Kami berharap pada akhir minggu ini, akan mencapai kesepakatan yang akan membawa kami ke gencatan senjata 60 hari. Sepuluh sandera yang masih hidup akan dibebaskan. Sembilan korban tewas akan dibebaskan,” kata Witkoff dalam rapat Kabinet Trump.
Namun, Netanyahu menegaskan bahwa operasi militer Israel di Gaza belum selesai. Ia mengatakan bahwa para negosiator sedang bekerja menuju gencatan senjata, tetapi tugas utama Israel masih harus diselesaikan.
“Kami masih harus menyelesaikan pekerjaan di Gaza, membebaskan semua sandera kami,” tandas Netanyahu.
Sementara itu, melansir dari Al-Arabiya kepala militer Israel Eyal Zamir mengatakan dalam pidato yang disiarkan televisi bahwa kondisi telah diciptakan untuk kemajuan kesepakatan yakni dengan membebaskan 10 tawanan yang masih hidup dan sembilan jenazah lainnya.
"Berkat kekuatan operasional yang telah kami tunjukkan, kondisi telah tercipta untuk memajukan kesepakatan pembebasan para sandera. Kami telah mencapai banyak hasil signifikan, kami telah menyebabkan kerusakan besar pada pemerintahan dan kemampuan militer Hamas," ujar Panglima Angkatan Bersenjata Eyal Zamir dalam pidato yang disiarkan televisi pada Rabu (9/7/2025).
Sebelumnya pada hari yang sama, Menteri Luar Negeri Israel, Gideon Saar, menyuarakan keyakinannya tentang tercapainya gencatan senjata dan kesepakatan pembebasan sandera di Gaza, meskipun belum ada tanda-tanda langsung adanya terobosan dalam perundingan yang sedang berlangsung dengan Hamas.
Gideon menegaskan bahwa Israel serius ingin mencapai kesepakatan untuk mengakhiri pertempuran sengit selama 21 bulan di wilayah yang hancur tersebut, dan yakin bahwa hal itu dapat dicapai.
"Jika gencatan senjata sementara tercapai, kami akan berunding mengenai gencatan senjata permanen," tambahnya dalam pidato di ibu kota Slovakia, Bratislava, saat perundingan tidak langsung antara kedua pihak memasuki hari keempat di Doha.
Meskipun ada prospek gencatan senjata, pasukan Israel terus menyerang berbagai bagian daerah kantong itu, dan menewaskan sedikitnya 74 orang pada hari Rabu (9/7/2025). Delapan di antaranya meninggal saat menunggu makanan di titik distribusi Yayasan Kemanusiaan Gaza (GHF) yang didukung Israel dan AS.