Khutbah Jumat: Bulan Maulid, Meneladani Sifat Adil Rasulullah
Kamis, 12 September 2024 | 20:15 WIB
Salah satu teladan yang dapat kita ambil dari sosok Nabi Muhammad saw ialah sifat adil Nabi dalam menyikapi berbagai permasalahan. Termasuk dalam bersikap adil terhadap sesama manusia tanpa memandang golongan, ras ataupun keyakinan.
Pada momen bulan Maulid ini, marilah kita meneladani sifat-sifat luhur Nabi Muhammad saw sebagai representasi nilai luhur Islam. Materi khutbah Jumat kali ini berjudul “Khutbah Jumat: Bulan Maulid, Meneladani Sifat Adil Rasulullah.”
Untuk mencetak silakan klik fitur download warna merah pada desktop di bagian atas naskah khutbah ini. Semoga bermanfaat!
Khutbah I
اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ، اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِيْ حَمْدًا يُوَافِيْ نِعَمَهُ وَيُكَافِئُ مَزِيْدَهُ، يَا رَبَّنَا لَكَ الْحَمْدُ كَمَا يَنْبَغِيْ لِجَلَالِ وَجْهِكَ وَلِعَظِيْمِ سُلْطَانِكَ سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ لَا أُحْصِيْ ثَنَاءَكَ عَلَيْكَ أَنْتَ كَمَا أَثْنَيْتَ عَلَى نَفْسِكَ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ وَصَفِيُّهُ وَخَلِيْلُهُ، خَيْرُ نَبِيٍّ أَرْسَلَهُ اللهُ إِلَى الْعَالَمِ كُلِّهِ بَشِيْرًا وَنَذِيْرًا.
اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى أَلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَاةً وَسَلَامًا مُتَلَازِمَيْنِ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ أَمَّا بَعْدُ, فَيَا أَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ اِتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوْتُنَّ اِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ
قَالَ اللهُ تَعَالَى فِي الْقُرْاٰنِ الْعَظِيْمِ، أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ، بِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْم: لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِيْ رَسُوْلِ اللّٰهِ اُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَنْ كَانَ يَرْجُوا اللّٰهَ وَالْيَوْمَ الْاٰخِرَ وَذَكَرَ اللّٰهَ كَثِيْرًاۗ
Jamaah shalat Jumat yang dimuliakan Allah
Segala puji bagi Allah swt yang telah memberikan kita berbagai macam kenikmatan sehingga kita dapat memenuhi panggilan-Nya untuk menunaikan shalat Jumat. Nikmat yang harus digunakan dalam rangka memenuhi syariat yang telah ditetapkan-Nya.
Shalawat beserta salam, mari kita haturkan bersama kepada Nabi Muhammad saw, juga kepada para keluarganya, sahabatnya, dan semoga melimpah kepada kita semua selaku umatnya. Aamiiin ya Rabbal ‘alamin.
Di hari Jumat pada momen bulan maulid yang penuh berkah ini, marilah kita meningkatkan ketakwaan kita kepada Allah swt dengan selalu menjalankan perintah-perintah-Nya dan menjauhi larangan-larangan-Nya, dengan selalu berpegang teguh serta mengikuti sunnah-sunnah Nabi-Nya.
Jamaah shalat Jumat yang dimuliakan Allah
Islam merupakan agama yang paripurna. Ajaran Islam bukan hanya berfokus pada persoalan spiritual saja, melainkan mencakup segala lini kehidupan, mengatur dan menuntun para pemeluknya menuju jalan yang diridhai Allah swt.
Dalam praktiknya, semua nilai-nilai keislaman yang nyata dapat kita lihat dan amati dari kehidupan Nabi Muhammad saw sebagai tauladan umat. Perilaku keseharian Nabi Muhammad saw dapat menjadi cerminan tidak hanya dilihat dari sisi spiritual, melainkan dari segala aspek kehidupan. Allah ta’ala berfirman:
لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِيْ رَسُوْلِ اللّٰهِ اُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَنْ كَانَ يَرْجُوا اللّٰهَ وَالْيَوْمَ الْاٰخِرَ وَذَكَرَ اللّٰهَ كَثِيْرًاۗ
Artinya: “Sungguh, pada (diri) Rasulullah benar-benar ada suri teladan yang baik bagimu, (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari Kiamat serta yang banyak mengingat Allah”. (Qs. Al-Ahzab: 21)
Surat Al-Ahzab ayat 21 di atas secara garis besar menjelaskan Rasulullah saw sebagai suri tauladan umat untuk mengarungi kehidupan di dunia bagi orang yang mengharapkan rahmat Allah dan mempersiapkan bekal diri dari kedatangan hari akhir.
Imam Ibnu Katsir dalam Tafsirul Qur'anul Azhim juz VI hal 350 menjelaskan bahwa ayat ini menetapkan Nabi Muhammad SAW sebagai contoh teladan yang sempurna dalam segala hal, baik dalam ucapan, perbuatan, maupun keadaan.
Karena itu, Allah memerintahkan umat manusia untuk menjadikan Nabi SAW sebagai contoh terutama dalam situasi-situasi sulit seperti saat terjadinya Perang Ahzab. Dalam konteks ini, Nabi Muhammad menunjukkan kesabaran yang luar biasa, keterhubungan yang kuat dengan Allah, dan kesungguhan yang tinggi dalam menunggu solusi dari Tuhan.
Jamaah shalat Jumat yang dimuliakan oleh Allah
Salah satu teladan yang dapat kita ambil dari sosok Nabi Muhammad saw ialah sifat adil beliau dalam menyikapi berbagai permasalahan. Termasuk dalam bersikap adil terhadap sesama manusia tanpa memandang golongan, ras ataupun keyakinan. Allah ta’ala berfirman dalam surat An-Nisa ayat 105:
اِنَّآ اَنْزَلْنَآ اِلَيْكَ الْكِتٰبَ بِالْحَقِّ لِتَحْكُمَ بَيْنَ النَّاسِ بِمَآ اَرٰىكَ اللّٰهُۗ وَلَا تَكُنْ لِّلْخَاۤىِٕنِيْنَ خَصِيْمًاۙ
Artinya, “Sesungguhnya Kami telah menurunkan Kitab (Al-Qur’an) kepadamu (Nabi Muhammad) dengan hak agar kamu memutuskan (perkara) di antara manusia dengan apa yang telah Allah ajarkan kepadamu. Janganlah engkau menjadi penentang (orang yang tidak bersalah) karena (membela) para pengkhianat”. (Qs. An-Nisa: 105)
Jamaah shalat Jumat yang dimuliakan oleh Allah
Surat An-Nisa ayat 105 di atas merupakan penegasan Allah kepada Nabi Muhammad saw agar bersikap adil kepada sesama manusia tanpa memandang golongan, ras ataupun keyakinan tertentu.
Syekh Ahmad Ash-Shawi dalam Hasyiah Ash-Shawi ‘ala Tafsir Jalalain juz I hal 229, menjelaskan bahwa ayat di atas berkenaan dengan peristiwa penyebaran fitnah hoaks yang terjadi pada masa Nabi Muhammad saw.
Hal itu bermula ketika seorang muslim Anshar dari kalangan Bani Dzufr yang bernama Thi’mah bin Ubairiq yang mencuri baju perang dari rumah tetangganya yang bernama Qatadah.
Thi’mah pada saat itu kurang memperhatikan bahwa baju perang yang ia curi dari tempat tepung meninggalkan bekas tepung yang tercecer. Thi’mah yang panik setelah mengetahui ada bekas tepung yang tercecer itu kemudian menitipkan baju perang tadi pada seorang Yahudi bernama Zaid bin As-Samin. Di sinilah “Hoaks” atau fitnah itu terjadi.
Qatadah (pemilik baju perang) yang mengetahui baju perangnya telah dicuri, mendapati jejak tepung dan mengikutinya, hingga sampai di tempat si Zaid (Yahudi) tadi.
Zaid yang tidak tahu menahu baju perang itu adalah hasil curian pun bingung, dan mengatakan baju itu adalah titipan dari Thi’mah. Apa yang dikatakan Zaid dibenarkan oleh kaumnya.
Kaum Thi’mah yang mengetahuinya mengatakan: “Bagaimana kalau kita pergi ke Rasulullah dan meminta pendapat beliau”. Kaum Thi’mah pada saat itu berencana berbohong terhadap Nabi dengan mengatakan bahwa Zaid si Yahudi lah yang mencurinya.
Nabi yang belum mengetahui akar dari fitnah atau hoaks tersebut hampir percaya hingga kemudian Allah menurunkan ayat surat An-Nisa ayat 105 di atas. Setelah dipustukan bahwa yang bersalah adalah Thi’mah melalui ayat tersebut, Thi’mah pun melarikan diri ke kota Mekkah dan keluar dari agama Islam.
Jamaah shalat Jumat yang dimuliakan Allah
Dari kejadian tersebut kita dapat menyimpulkan beberapa hal diantaranya:
Pertama, betapa mengerikannya hoaks yang terstruktur sampai hampir membuat seorang penjahat lolos dan menyalahkan orang yang tidak bersalah.
Kedua, Nabi Muhammad diperintahkan untuk bersikap adil kepada siapa pun, termasuk terhadap Non-Muslim. Hal ini menunjukkan bahwa Islam adalah agama yang tidak memandang rendah agama lain. Bersikap tegas dan adil terhadap siapa pun, dari agama manapun.
Ketiga, sifat adil yang dicerminkan Nabi Muhammad saw menjadi bagian teladan beliau yang dapat kita aplikasikan di kehidupan sehari-hari.
Demikian khutbah yang dapat khatib sampaikan. Pada momen bulan Maulid ini, semoga kita diberikan keberkahan hidup dengan berusaha semaksimal mungkin meneladani berbagai macam sikap mulia Nabi Muhammad saw yang mencerminkan nilai-nilai luhur Islam, termasuk sikap adil yang dicontohkannya.
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْاٰنِ الْعَظِيْمِ وَنَفَعَنِي وَاِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الْاٰيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلَاوَتَهُ اِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ. وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ فَيَا فَوْزَ الْمُسْتَغْفِرِيْنَ وَيَا نَجَاةَ التَّائِبِيْنَ
Khutbah II
اَلْحَمْدُ للهِ الَّذِيْ أَنْعَمَنَا بِنِعْمَةِ الْاِيْمَانِ وَالْاِسْلَامِ. وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ خَيْرِ الْأَنَامِ. وَعَلٰى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ الْكِرَامِ. أَشْهَدُ اَنْ لَا اِلٰهَ اِلَّا اللهُ الْمَلِكُ الْقُدُّوْسُ السَّلَامُ وَأَشْهَدُ اَنَّ سَيِّدَنَا وَحَبِيْبَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ صَاحِبُ الشَّرَفِ وَالْإِحْتِرَامِ
أَمَّا بَعْدُ. فَيَاأَيُّهَا النَّاسُ أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ. فَقَالَ اللهُ تَعَالَى اِنَّ اللهَ وَ مَلَائِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ يٰأَيُّهَا الَّذِيْنَ أٰمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَ سَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا.
اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَ عَلٰى أٰلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلٰى سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلٰى اٰلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلٰى سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ وَعَلٰى اٰلِ سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ فْي الْعَالَمِيْنَ اِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ
اَللّٰهُمَّ وَارْضَ عَنِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ. وَعَنْ اَصْحَابِ نَبِيِّكَ اَجْمَعِيْنَ. وَالتَّابِعِبْنَ وَتَابِعِ التَّابِعِيْنَ وَ تَابِعِهِمْ اِلٰى يَوْمِ الدِّيْنِ.
اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ. اَللّٰهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا الْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالطَّاعُوْنَ وَالْاَمْرَاضَ وَالْفِتَنَ مَا لَا يَدْفَعُهُ غَيْرُكَ عَنْ بَلَدِنَا هٰذَا اِنْدُوْنِيْسِيَّا خَاصَّةً وَعَنْ سَائِرِ بِلَادِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا اٰتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَ فِي الْاٰخِرَةِ حَسَنَةً وَ قِنَا عَذَابَ النَّارِ.
عِبَادَ اللهِ اِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْاِحْسَانِ وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ. يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ. وَاشْكُرُوْهُ عَلٰى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ. وَلَذِكْرُ اللهِ اَكْبَرُ
Ustadz Alwi Jamalulel Ubab, Alumni Khas Kempek dan Mahad Aly Jakarta