Khutbah

Khutbah Jumat: Maulid Nabi Muhammad dan 5 Tugas Kenabian

Kamis, 28 Agustus 2025 | 09:00 WIB

Khutbah Jumat: Maulid Nabi Muhammad dan 5 Tugas Kenabian

Ilustrasi Nabi Muhammad Saw. (Foto: NU Online/Mahbib)

Memperingati Maulid Nabi Muhammad saw bukan hanya mengenang kelahiran beliau, tetapi juga menjadi momen untuk memahami sekaligus meneladani tugas-tugas kenabiannya. Dengan menghidupkan semangat dakwah dan akhlak Rasulullah dalam kehidupan sehari-hari, kita berharap mampu menjaga iman, menebar kedamaian, serta menjadi cahaya kebaikan bagi sesama.

 

Teks khutbah Jumat berikut ini berjudul: “Khutbah Jumat: Maulid Nabi Muhammad dan 5 Tugas Kenabian”. Untuk mencetak naskah khutbah Jumat ini, silakan klik ikon print berwarna merah di atas atau bawah artikel ini (pada tampilan desktop). Semoga bermanfaat!

 

Khutbah I

 

اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ، وَبِهِ نَسْتَعِيْنُ عَلَى أُمُوْرِ الدُّنْيَا وَالدِّيْنِ، وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى أَشْرَفِ اْلأَنْبِيَاءِ وَالْمُرْسَلِيْنَ، نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعَلَى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَالتَّابِعِيْنَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلىَ يَوْمِ الدِّيْنِ، أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا الله وَحْدَهُ لَاشَرِيْكَ لَهُ الْمَلِكُ الْحَقُّ اْلمُبِيْن. وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَـمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ صادِقُ الْوَعْدِ اْلأَمِيْن. أَمَّا بَعْدُ فَيَا أَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ. اِتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوْتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ. فَقَالَ اللهُ تَعَالَى : لَقَدْ جَاۤءَكُمْ رَسُوْلٌ مِّنْ اَنْفُسِكُمْ عَزِيْزٌ عَلَيْهِ مَا عَنِتُّمْ حَرِيْصٌ عَلَيْكُمْ بِالْمُؤْمِنِيْنَ رَءُوْفٌ رَّحِيْمٌ فَاِنْ تَوَلَّوْا فَقُلْ حَسْبِيَ اللّٰهُ لَآ اِلٰهَ اِلَّا هُوَ ۗ عَلَيْهِ تَوَكَّلْتُ وَهُوَ رَبُّ الْعَرْشِ الْعَظِيْمِࣖ 

 

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,

Mengawali khutbah Jumat pada kesempatan mulia ini, khatib mengajak kepada jamaah wabil khusus kepada diri khatib pribadi untuk senantiasa menguatkan ketakwaan kepada Allah swt dengan cara menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Di antara perintah yang saat ini menemukan momentumnya adalah perintah untuk memperbanyak bershalawat kepada Nabi Muhammad saw.

 

Sebagaimana kita tahu bersama bahwa, saat ini kita sudah berada di bulan Rabiul Awwal yang merupakan bulan kelahiran Rasulullah Muhammad saw. Pada bulan ini kita dianjurkan untuk memperbanyak shalawat kepada sosok mulia yang telah membawa penerang kehidupan dunia dari sebelumnya penuh dengan kejahiliyahan dan kegelapan.

 

Shalawat sendiri merupakan ibadah yang sangat istimewa. Bukan hanya kita manusia yang diperintahkan untuk bershalawat. Allah yang memberi perintah bershalawat, termasuk juga para Malaikat Allah, pun bershalawat kepada Nabi Muhammad saw. Hal ini jelas termaktub dalam Al-Qur’an surat Al-Ahzab ayat 56:

 

اِنَّ اللّٰهَ وَمَلٰۤىِٕكَتَهٗ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّۗ يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا 

 

Artinya: “Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Wahai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam dengan penuh penghormatan kepadanya.”

 

Rasulullah juga telah mengungkapkan keistimewaan dan keutamaan bershalawat kepadanya di antaranya akan membalas umatnya yang bershalawat kepadanya. Dalam haditsnya disebutkan:

 

 مَنْ صَلَّى عَلَىَّ وَاحِدَةً صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ عَشْرًا 

 

Artinya, “Siapa saja yang bershalawat kepadaku sekali, niscaya Allah bershalawat kepadanya sepuluh kali,” (HR Muslim).

 

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,

Momentum bulan Rabiul Awal menjadi saat yang tepat untuk memperbanyak shalawat dengan memperingati kelahiran Nabi Muhammad. Peringatan Maulid Nabi merupakan wujud cinta dan penghormatan kepada beliau. Peringatan maulid juga bukan hanya sekadar mengenang kelahirannya, tetapi juga menjadi momentum untuk meneladani sosok penting dalam terciptanya kehidupan dunia ini. 

 

Dalam sebuah lirik Qashidatul Burdah, Imam Al-Bushiri menyatakan bahwa Nabi Muhammad saw lah yang menjadi sebab penciptaan dunia. Hal ini selaras juga dengan sebuah hadits qudsi yang diriwayatkan oleh Al-Hakim dan Al-Baihaqi dalam kitab Hasyiyatul Baijuri ala Matnil Burdah halaman 21:

 

وَكَانَ رَأَى عَلَى قَوَائِمِ الْعَرْشِ مَكْتُوبًا: لَا إِلٰهَ إِلَّا اللهُ مُحَمَّدٌ رَسُولُ اللهِ، سَأَلْتَنِي بِحَقِّهِ أَنْ أَغْفِرَ لَكَ، وَلَوْلَاهُ مَا خَلَقْتُكَ

 

Artinya: “Nabi Adam AS ketika itu melihat catatan ‘Lâ ilâha illallâh, Muhammadur Rasûlullâh’ pada tiang-tiang Arasy. Allah menjawab; ‘Kau meminta dengan namanya (Nabi Muhammad SAW) agar Aku mengampunimu. Sungguh, kalau bukan karenanya, Aku tidak akan menciptakanmu.’

 

Dari hadits ini bisa kita pahami bahwa jika bukan karena Nabi Muhammad saw, niscaya Allah takkan menciptakan Nabi Adam. Jika Nabi Adam tidak diciptakan oleh Allah, maka niscaya keturunan Nabi Adam takkan diciptakan. Pada kenyataannya, Allah menciptakan Nabi Adam As dan anak keturunannya. Allah juga menciptakan alam semesta ini hanya untuk keperluan manusia. Jadi, hanya karena Nabi Muhammad saw Allah menciptakan alam semesta raya ini.

 

Adapun hadirnya Rasulullah ke muka bumi ini telah di sebutkan dalam Al-Quran surat Al-Ahzab ayat 45-46. Dalam ayat ini dijelaskan lima tugas utama yang diemban Rasulullah sebagai Nabi terakhir. Allah berfirman:

 

يٰٓاَيُّهَا النَّبِيُّ اِنَّآ اَرْسَلْنٰكَ شَاهِدًا وَّمُبَشِّرًا وَّنَذِيْرًاۙ ۝٤٥ وَّدَاعِيًا اِلَى اللّٰهِ بِاِذْنِهٖ وَسِرَاجًا مُّنِيْرًا

Artinya: “Wahai Nabi (Muhammad), sesungguhnya Kami mengutus engkau untuk menjadi saksi, pemberi kabar gembira, dan pemberi peringatan. dan untuk menjadi penyeru kepada (agama) Allah dengan izin-Nya serta sebagai pelita yang menerangi.”

 

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,

Dalam tafsir Ibnu Katsir dijelaskan bahwa tugas pertama Nabi Muhammad adalah sebagai شَاهِدًا  “Syahidan” (saksi). Maksud dari saksi ini adalah menyaksikan keesaan Allah dan bahwa tidak ada Tuhan selain Allah. Nabi Muhammad juga menjadi saksi terhadap umat manusia tentang amal perbuatan kita kelak di hari kiamat. Hal ini selaras dengan Al-Qur’an surat Al-Baqarah ayat 143:

 

لِّتَكُوْنُوْا شُهَدَاۤءَ عَلَى النَّاسِ وَيَكُوْنَ الرَّسُوْلُ عَلَيْكُمْ شَهِيْدًاۗ 

 

Artinya: “agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Nabi Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu.”

 

Tugas kedua adalah sebagai مُبَشِّرًا  (Mubasysyiran) pembawa kabar gembira. Rasulullah diutus untuk menyampaikan berita gembira kepada orang-orang mukmin dengan pahala yang berlimpah yang diberikan Allah atas ketaatan pada perintah Allah swt. Tugas ketiga adalah نَذِيْرًاۙ (Nadziran) pemberi peringatan. Rasulullah diamanahi oleh Allah swt untuk mengingatkan kepada orang-orang kafir bahwa siksaan Allah sangatlah mengerikan dan pedih.

 

Tugas Nabi Muhammad keempat adalah menjadi  دَاعِيًا اِلَى اللّٰهِ (Daiyan ilallah) penyeru manusia kepada Agama Allah. Maksud penyeru adalah menyeru kepada semua makhluk untuk menyembah Tuhan, Allah swt. Kemudian tugas Nabi yang kelima adalah menjadi سِرَاجًا مُّنِيْرًا (Sirajan Muniran) cahaya penerang yakni kebenaran yang sangat jelas dan terang benderang. Kebenaran ini seperti sinar matahari yang tiada seorang pun mengingkarinya kecuali orang yang membangkang dan tidak mau tunduk kepada kebenaran.

 

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,

Mengakhiri khutbah ini, khatib mengajak kepada jamaah untuk terus menguatkan cinta kepada Rasulullah sekaligus bisa memahami tugas Rasulullah untuk dijadikan rambu-rambu dalam menjalani kehidupan ini. Mari kita perbanyak shalawat kepada Nabi Muhammad dengan menggelar peringatan Maulid Nabi sekaligus meneladani sikap Rasulullah dalam menegakkan kebenaran, menyebarkan kedamaian, serta menjadi cahaya bagi lingkungan sekitar. 

 

Dengan menjadikan Rasulullah sebagai teladan hidup, kita berharap dapat meraih kebahagiaan dunia dan akhirat serta termasuk dalam golongan orang-orang yang mendapat syafaat beliau kelak di yaumil akhir. Amin.

 

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ، وَتَقَبَلَّ اللهُ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ، إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ، أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرّحِيْمِ

 

Khutbah II

 

اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِيْ أَمَرَنَا بِاْلاِتِّحَادِ وَاْلاِعْتِصَامِ بِحَبْلِ اللهِ الْمَتِيْنِ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ، إِيَّاهُ نَعْبُدُ وَإِيَّاُه نَسْتَعِيْنُ. وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، اَلْمَبْعُوْثُ رَحْمَةً لِلْعَالَمِيْنَ. اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ. اِتَّقُوا اللهَ مَا اسْتَطَعْتُمْ وَسَارِعُوْا إِلَى مَغْفِرَةِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ. إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يَاأَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. وَصَلَّى الله عَلَى سَيِّدَنَا وَمَوْلَانَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ

 

اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَالْمُسْلِمِيْنَ وَ الْمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْاَمْوَاتْ إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ وَيَا قَاضِيَ الْحَاجَاتِ بِرَحْمَتِكَ يَا اَرْحَمَ الرَّحِمِيْنَ

 

اللَّهُمَّ إِنَّا نَعُوذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ جَهَنَّمَ وَنَعُوذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ وَنَعُوذُ بِكَ مِنْ فِتْنَةِ الْمَسِيْحِ الدَّجَّالِ وَنَعُوذُ بِكَ مِنْ فِتْنَةِ الْمَحْيَا وَالْمَمَاتِ، اللَّهُمَّ إِنَّا نَعُوذُ بِكَ مِنْ الْهَمِّ وَالْحَزَنِ وَنَعُوذُ بِكَ مِنْ الْعَجْزِ وَالْكَسَلِ وَ نَعُوذُ بِكَ مِنْ الْجُبْنِ وَالْبُخْلِ وَنَعُوذُ بِكَ مِنْ غَلَبَةِ الدَّيْنِ وَقَهْرِ الرِّجَالِ، رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

 

عِبَادَ اللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُكُمْ بِالْعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيتَآئِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَآءِ وَالْمُنكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَادْعُوْهُ يَسْتَجِبْ لَكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ

 

H Muhammad Faizin, Ketua PCNU Kabupaten Pringsewu, Lampung.