Israel Serang Iran Dinilai Upaya Netanyahu Selamatkan Kekuasaan
Jumat, 20 Juni 2025 | 16:00 WIB

Ketua PBNU KH Ulil Abshar Abdalla, Pengamat Timur Tengah Dina Y Sulaeman, Jurnalis Senior Bidang Timur Tengah Mustafa Abdul Rahman, dan Ahmad Rozali (kanan ke kiri), di acara Pojok Kramat, di Gedung PBNU Lantai 1, Jalan Kramat Raya 164, Jakarta, Jumat (20/6/2025). (Foto: NU Online/Suwitno)
Jakarta, NU Online
Pengamat Timur Tengah Dina Y Sulaeman menyebut tuduhan Israel terhadap Iran soal pengembangan senjata nuklir tidak berdasar. Laporan lembaga di bawah PBB yang mengawasi proyek nuklir global—kecuali Israel menyatakan tidak ditemukan bukti bahwa Iran sedang membangun senjata nuklir.
"Tuduhan Netanyahu ini tidak baru. Sudah sejak 1996 narasi soal senjata nuklir Iran terus diulang," ujar Dina dalam Forum Kramat bertajuk Perang Iran–Israel: Sekadar Ancaman Kawasan atau Ancaman Global? yang digelar di Gedung Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), Jalan Kramat Raya 164, Jakarta, Jumat (20/6/2025).
Dina melihat indikasi kuat bahwa serangan ke Iran berkaitan dengan kepentingan politik dalam negeri. Beberapa jam sebelum serangan, parlemen Israel tengah melakukan pemungutan suara yang menentukan kelanjutan kekuasaan Netanyahu.
"Netanyahu sedang terjepit secara politik. Penolakan terhadap dirinya masif, termasuk lewat demonstrasi besar-besaran. Jika terguling, ia berisiko masuk penjara karena kasus korupsi," tambahnya.
Menurut Dina, perang dilancarkan untuk menyatukan opini publik Israel yang terpecah, dengan menciptakan musuh bersama di luar negeri. "Itulah sebabnya narasi kita harus bersatu melawan Iran terus digaungkan," jelasnya.
Ia juga menyoroti eskalasi di Gaza yang kian memanas, membuat tekanan internasional terhadap Israel makin besar. Melalui perang ini, Netanyahu dinilai mencoba mengalihkan perhatian dunia dari krisis Gaza.
Sementara itu, Jurnalis Senior Desk Timur Tengah Mustafa Abdul Rahman menyebut keterlibatan Amerika tak lepas dari pernyataan Presiden Donald Trump yang menyerukan Iran untuk menyerah.
"Ucapan Trump tidak berdiri sendiri. Ada lobi kuat dengan Israel di baliknya. Itu sebabnya narasi ini terus menguat," kata Mustafa.
Ia menambahkan bahwa pertempuran satu pekan antara Iran dan Israel menunjukkan lahirnya konsep baru dalam teori militer.
"Selama ini, diajarkan bahwa pihak yang menguasai langit dengan armada tempur canggih akan menang perang. Dan itu selalu membuat Israel di atas angin," tuturnya.
Dalam kesempatan yang sama, Ketua PBNU KH Ulil Abshar Abdalla mengatakan peran media sosial dalam membentuk opini publik soal perang Israel-Iran sangat penting.
"Platform yang paling bebas saat ini adalah X. Meski tidak semua informasi di sana akurat, ia tetap jadi sumber penting, walau penuh propaganda,” kata Gus Ulil, sapaan akrabnya.