NUCare Global dan Microsoft Berdayakan 100 Ribu Perempuan Indonesia dengan Pelatihan PandAI
Kamis, 3 Juli 2025 | 21:00 WIB
Jakarta, NU Online
NUCare Global dari LAZISNU dan Microsoft telah memberdayakan lebih dari 100 ribu perempuan Indonesia melalui Program Perempuan Pandai AI atau PandAI. Program ini digelar selama enam bulan, dimulai dari Januari hingga Juni 2025. Program ini merupakan bagian dari inisiatif elevAIte Indonesia, sebuah upaya kolaboratif antara Microsoft dan Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia (Kemkominfo) untuk membangun ekosistem kecerdasan bautan yang inklusif dan berkelanjutan.
Pelatihan dilaksanakan secara daring maupun luring, sehingga perempuan dari berbagai latar belakang dan usia di seluruh Indonesia dapat dengan mudah mengikutinya. Bahkan, banyak Pekerja Migran Indonesia (PMI) yang turut ambil bagian dalam pelatihan ini.
Chief Strategy Consultant NUCare Global, Meka Shafa menyampaikan bahwa hingga 30 Juni 2025, jumlah peserta mencapai total 100.445 orang. “Capaian ini menunjukkan tingginya minat masyarakat terhadap peningkatan literasi digital yang inklusif,” katanya.
Meka mengapresiasi para peserta yang sangat antusias selama pelatihan berlangsung, mulai dari mendengarkan secara seksama hingga aktif dalam sesi diskusi. “Jumlah peserta bertambah signifikan setiap bulan, didorong oleh kekuatan komunitas yang menjadi penggerak utama penyebaran informasi. Kami melihat bagaimana trust terhadap program ini tumbuh secara organik melalui komunikasi dari mulut ke mulut di akar rumput,” ujarnya.
Ia menyampaikan bahwa pelatihan ini berhasil membuka akses literasi AI secara luas dan inklusif bagi perempuan. "Dengan pendekatan berbasis komunitas, program ini tidak hanya memberi pemahaman dasar AI, tetapi juga menumbuhkan kesadaran kritis tentang pemanfaatan teknologi yang aman, etis, dan relevan dalam kehidupan,” ucapnya.
Meka juga menambahkan bahwa pelatihan ini tidak berhenti sampai sini, tetapi akan ada program lanjutan yang dirancang untuk menjangkau komunitas lebih luas. "Tidak hanya bagi perempuan tetapi juga bagi laki-laki, agar literasi teknologi dan AI bisa menyentuh berbagai lapisan masyarakat,” ujarnya.
Tanggapan Pengajar PandAI
Pengajar asal Sumatera Utara, Yanti Kumala Sembiring mengungkapkan ketertarikannya menjadi pengajar PandAI karena pelatihan ini memberdayakan perempuan yang kerap dianggap sebagai kaum marginal.
“Saya paham program ini sangat baik, sangat bagus,” ungkapnya.
Yanti menjelaskan bahwa selama pelatihan, materi yang diajarkan meliputi pengenalan dan pemanfaatan AI dalam berbagai bidang, serta menjelaskan etika dan dampak negatif penggunaan AI.
"Membagikan beberapa tips dan trilk penulisan prompt writing. Karena perempuan kerap menjadi target utama untuk kejahatan seperti cyber crime, cyber phishing, dan sebagainya,” ujarnya.
Senada, Pengajar asal Jawa Barat, Dany Laksana menyampaikan bahwa materi yang didapat selama pelatihan dapat meningkatkan keterampilan kepemimpinan dan penggunaan teknologi AI dalam berbagai bidang pekerjaan, di antaranya pelaku usaha, pengajar, pelajar, penulis, hingga ibu rumah tangga.
"Dengan pelatihan ini, mereka jadi lebih memahami langkah-langkah yang sistematis dan bisa mengoptimalkan waktu serta tenaga dalam menjalankan usahanya,” katanya.
Dany berharap para peserta yang telah mengikuti pelatihan ini dapat menerapkan dalam kehidupan sehari-hari dan menyebarkan pengetahuannya secara luas.
"Mereka dapat bisa terus dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari dan bisa menjadi bekal untuk berbagi pengetahuan dengan lingkungan sekitar. Dengan begitu, literasi AI bisa menyebar lebih luas dan menciptakan dampak sosial yang positif,” ujarnya.
Antusias Peserta
Salah satu peserta, ibu rumah tangga asal Sintang, Kalimantan Barat, Diana Putri mengungkapkan bahwa setelah mengikuti pelatihan ini, pengetahuannya mengenai teknologi AI meningkat dan sangat membantu aktivitas sehari-harinya, seperti parenting, mencari resep makanan, hingga membantu tugas anak sekolah.
"AI itu bisa meringankan banyak pekerjaan kita, dari mencari informasi hingga merangkum hal-hal yang dibutuhkan. Dengan menggunakan AI, waktu kita bisa lebih efisien,” ujarnya.
Bagi Diana, AI bukan hanya tentang teknologi, tetapi juga bagaimana ia bisa mengelola berbagai aspek kehidupan dengan optimal dan bermakna, terutama bagi perempuan dengan banyak kesibukan.
“Dengan AI, kita bisa lebih efisien dalam menjalani aktivitas sehari-hari. Untuk perempuan-perempuan hebat lainnya yang disibukkan dengan berbagai kegiatan, mari mulai belajar dan mengenal teknologi yang bisa kita manfaatkan sehari-hari,” ungkapnya.
Peserta lainnya, mahasiswa asal Manokwari, Papua Barat Daya mengungkapkan bahwa PandAI sangat membantu para perempuan muda, terutama Orang Asli Perempuan (OAP) dalam memahami dan mengenal teknologi AI.
"Ini sangat membantu teman-teman saya, terkhusus anak-anak OAP yang kurang mengetahui AI,” ujarnya.
Natalia menyampaikan bahwa teknologi AI dapat membantu para pelajar dalam proses pembelajaran selama di sekolah dan kuliah, seperti mencari referensi buku.
“Jadi di AI memberikan petunjuk jurnalnya (menjadi) lebih cepat, lalu saya buka jurnal (versi) lengkapnya,” katanya.
Pelaku UMKM bidang fashion dan makanan, Aspiyah mengungkapkan hal yang serupa. Ia berharap bahwa pelatihan ini tidak berhenti pada bulan Juni 2025, melainkan dapat terus berlanjut agar lebih banyak peserta mendapatkan ilmu mengenai teknologi AI untuk mendukung usaha mereka.
"Saya berharap ke depannya ada lebih banyak pelatihan lanjutan, karena PandAI ini mengajarkan (teori) langsung masuk ke inti, sehingga memudahkan kami yang masih awam dengan dunia teknologi," ungkap perempuan asal Jakarta itu.