Perjalanan Kaligrafer Aceh hingga Menjuarai Banyak Kompetisi Internasional
Rabu, 23 Juli 2025 | 08:00 WIB

Juara harapan Kompetisi Kaligrafi Internasional Ke-13 IRCICA Fadil Pujiarsa. (Foto: dokumentasi pribadi)
Jakarta, NU Online
Dari Desa Sukaraja, Kecamatan Darul Makmur, Kabupaten Nagan Raya, Aceh, seorang pemuda bernama Fadil Pujiarsa menembus panggung seni kaligrafi Internasional.
Ia menjadi salah satu pemenang dari Indonesia dalam Kompetisi Kaligrafi Internasional Ke-13 yang didekasikan untuk M Abdul Aziz Al-Rifa’i. Ajang bergengsi ini diselenggarakan oleh Pusat Penelitian Sejarah, Seni dan Budaya Islam (IRCICA) yang berkedudukan di Istanbul, Turki. Dalam kompetisi tersebut, Fadil meraih Juara Harapan untuk kategori Tsuluts Jali.
Kecintaan Fadil terhadap kaligrafi berawal sejak ia duduk di bangku sekolah dasar. Ia kerap melihat karya seni kaligrafi yang terpampang di dinding sekolah. Dari sinilah, ia menggemari kaligrafi.
“Awal mula suka kaligrafi dulu ketika masih SD. Kebetulan wali kelas saya dulu yang bernama Ismail adalah salah satu juri MTQ kabupaten. Dengan banyaknya karya beliau yang dipajang di dinding sekolah, dari situlah muncul keinginan untuk belajar khat,” ujarnya pada Selasa (22/7/2025).
Bagi Faldil, kaligrafi bukan sekadar karya seni, tetapi juga sebagai wasilah dakwah melalui tulisan. Proses ketertarikannya pada dunia khat itu dimulai sejak SD dan terus berlanjut. Kini, Fadil sedang menempuh pendidikan di Universitas Al-Azhar, Kairo, Mesir.
Perjalanan akademiknya juga mengakar kuat pada institusi-institusi pendidikan Islam di Aceh. Ia adalah alumnus SDN 1 Alue Bili, Nagan Raya; MTsN Nurul Falah, Meulaboh, Aceh Barat; MA Darul Ihsan Abu Hasan Krueng Kalee, Siem, Aceh Besar; hingga Pondok Pesantren Kaligrafi Al-Qur’an Lemka, Sukabumi, Jawa Barat.
Bukan sekali dua kali Fadil menorehkan prestasi internasional. Sebelumnya, ia pernah memperoleh juara kehormatan dalam perlombaan Kaligrafi Internasional Fujairah, Uni Emirat Arab (UEA) pada 2022 yang diadakan dengan dukungan dari Amir Fujairah, Muhammad bin Muhammad Ash-Sharqi.
Kemudian, ia meraih juara 1 dalam perlombaan Kaligrafi Internasional Waritsul Anbiya di Irak pada 2023. Masih di tahun yang sama, ia kembali mendapat juara kehormatan dalam perhelatan lomba Kaligrafi Fujairah, UEA, untuk kali kedua.
Tahun berikutnya, pada 2024, ia kembali menyabet juara kehormatan dalam perlombaan Kaligrafi Internasional yang diadakan oleh Pemerintah Konya, Turki.
Lalu pada 2025, sebelum berhasil di IRCICA, Fadil terlebih dahulu memenangkan juara 1 dalam perlombaan Kaligrafi Internasional Albaraka yang juga diadakan di Turki. Masih di tahun yang sama, ia kembali membawa pulang juara kehormatan atau juara harapan dalam kompetisi yang digelar IRCICA.
Di balik pencapaiannya, Fadil tak lupa menyebut sosok-sosok guru yang berperan penting dalam proses belajarnya.
"Banyak guru-guru yang sudah memberikan sumbangsihnya dalam perjalanan kaligrafi saya. Salah satunya Ustadz Agung Sukoco dan sekarang Ustadz Omar Noer Fouad (Mesir),” tuturnya.
Ia pun menekankan bahwa sabar dan keikhlasan guru adalah kunci untuk menciptakan murid-murid yang hebat. Kesuksesannya juga tak lepas dari dukungan keluarga.
"Mereka sangat mendukung dan mendoakan,” kata Fadil.

Soal proses persiapan mengikuti kompetisi, Fadil mengungkap bahwa waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan satu karya cukup panjang.
“Biasanya perlombaan kaligrafi internasional itu memberikan waktu 3-6 bulan untuk mempersiapkan satu karya. Dan para kaligrafer kurang lebih membutuhkan 1-2 bulan untuk menyelesaikan satu karya, mulai dari mencari bentuk sampai kepada tahap finishing karya di atas kertas muqohhar atau kertas yang terbuat dari serat pisang," kata Fadil.
Ia lantas mengenang momen saat mengetahui dirinya masuk dalam daftar pemenang di kompetisi IRCICA.
“Responsnya deg-degan, nggak nyangka bisa masuk ke dalam nominasi juara. Dan itu menjadi pemacu untuk terus mendalami dan mempelajari kaligrafi sehingga saya bisa terus juara di perlombaan internasional," ujarnya.
Meski telah mengantongi sejumlah penghargaan, Fadil tidak ingin cepat puas.
“Tetap istiqamah, tidak merasa puas terhadap apa yang sudah diraih,” tegasnya.
Fadil berharap agar seni kaligrafi yang ia gemari sejak duduk di bangku sekolah dasar ini, tetap lestari.
"Seni kaligrafi akan terus terjaga, karena dia merupakan salah satu seni Islam yang masih terjaga sampai sekarang dan harus terus dilestarikan," katanya.
Fadil Pujiarsa tidak hanya membawa nama Indonesia ke pentas seni Islam dunia, tetapi juga membawa semangat dakwah yang tenang dan mendalam lewat keindahan goresan huruf Arab.
"Seni ketika dijalani dengan kesungguhan dan keikhlasan, bisa menjadi jalan cahaya," katanya.