Sirah Nabawiyah

Hari Raya Umat Terdahulu Menurut Syekh Abdul Qadir 

Senin, 31 Maret 2025 | 19:00 WIB

Hari Raya Umat Terdahulu Menurut Syekh Abdul Qadir 

Ilustrasi lebaran. Sumber: Canva/NU Online.

Takbir berkumandang menandakan tibanya Hari Raya Idul Fitri. Seperti yang kita ketahui, Idul Fitri adalah hari raya yang dirayakan umat Islam di seluruh dunia setiap tahun. Namun, adakah perayaan serupa di kalangan umat terdahulu?


Syekh Abdul Qadir al-Jailani dalam al-Ghunyah li Thalibi Thariqil Haq menjelaskan empat macam hari raya yang pernah dirayakan oleh umat-umat terdahulu. Berikut penjelasannya.


Hari Raya Umat Nabi Ibrahim

Menurut Syekh Abdul Qadir al-Jailani, keterangan tentang perayaan hari raya kaumnya Nabi Ibrahim a.s. terdapat dalam firman Allah SWT dalam Surah Ash-Shaffat ayat 88-89, yang berbunyi:


فَنَظَرَ نَظْرَةً فِى النُّجُوْمِۙ ۝٨٨ فَقَالَ اِنِّيْ سَقِيْمٌ ۝٨٩


Artinya: “Lalu, dia (Ibrahim) memandang sekilas ke arah bintang-bintang, kemudian dia berkata, “Sesungguhnya aku sakit,” (QS. ash-Shaffat: 88-89)


Kisah ini bermula ketika kaumnya Nabi Ibrahim a.s. keluar rumah untuk merayakan hari raya mereka. Nabi Ibrahim tidak ikut serta dan memberikan alasan tertentu. Ia melakukan hal ini karena keyakinannya berbeda dengan yang dianut oleh kaumnya.


Saat seluruh penduduk pergi merayakan hari raya, Nabi Ibrahim a.s. memanfaatkan kesempatan itu untuk menghancurkan berhala-berhala mereka dengan kapak. Setelah semuanya hancur, ia meletakkan kapak tersebut di leher berhala yang paling besar.


Ketika penduduk kembali dari perayaan dan melihat berhala-berhala mereka hancur, mereka pun berkata, sebagaimana dikisahkan oleh Allah SWT dalam Surah Ash-Shaffat ayat 59-62:


قَالُوْا مَنْ فَعَلَ هٰذَا بِاٰلِهَتِنَآ اِنَّهٗ لَمِنَ الظّٰلِمِيْنَ ۝٥٩ قَالُوْا سَمِعْنَا فَتًى يَّذْكُرُهُمْ يُقَالُ لَهٗٓ اِبْرٰهِيْمُۗ ۝٦٠ قَالُوْا فَأْتُوْا بِهٖ عَلٰٓى اَعْيُنِ النَّاسِ لَعَلَّهُمْ يَشْهَدُوْنَ ۝٦١ قَالُوْٓا ءَاَنْتَ فَعَلْتَ هٰذَا بِاٰلِهَتِنَا يٰٓاِبْرٰهِيْمُۗ ۝٦٢


Artinya: “Siapakah yang melakukan (perbuatan) ini terhadap tuhan-tuhan kami? Sesungguhnya dia termasuk orang-orang zalim.” Mereka (para penyembah berhala yang lain) berkata, “Kami mendengar seorang pemuda yang mencela mereka (berhala-berhala). Dia dipanggil dengan nama Ibrahim.” Mereka berkata, “(Kalau demikian,) bawalah dia dengan diperlihatkan kepada orang banyak agar mereka menyaksikan(-nya).” Mereka bertanya, “Apakah engkau yang melakukan (perbuatan) ini terhadap tuhan-tuhan kami, wahai Ibrahim?” (QS. Ash-Shaffat: 59-62).


Mendengar hal tersebut, Nabi Ibrahim as. pun kemudian menyerahkan diri sepenuhnya kepada Tuhan pemilik semesta. Lalu, Allah SWT pun mengabulkan permintaan beliau dengan diberi beberapa mukjizat, salah satunya yaitu tangannya dapat menghidupkan burung yang telah mati tak bernyawa. Selain itu, dari keturunan beliau juga akan terlahir Nabi akhir zaman, yakni Nabi Muhammad saw.


Hari Raya Umat Nabi Musa

Menurut Syekh Abdul Qadir al-Jailani, keterangan tentang perayaan hari raya kaumnya Nabi Musa a.s. terdapat dalam firman Allah SWT dalam Surah Thaha ayat 59, yang berbunyi:


مَوْعِدُكُمْ يَوْمُ الزِّيْنَةِ


Artinya: "Waktumu (untuk bertemu dengan kami) ialah hari raya." (QS. Thaha: 59)


Hari raya kaumnya Nabi Musa a.s. disebut يَوْمُ الزِّيْنَةِ (Yaumuz Ziinah), yang berarti hari perhiasan. Disebut demikian karena pada hari itu Allah SWT memberikan kemenangan kepada Nabi Musa a.s. dan kaumnya dengan mengalahkan musuh mereka, yaitu Fir’aun beserta bala tentaranya.


Menurut Syekh Abdul Qadir al-Jailani, pada hari tersebut, Nabi Musa a.s. berhadapan dengan Fir’aun dan bala tentaranya, yang mengerahkan 72 hingga 73 tukang sihir. Mereka membawa sekitar 600 ribu tongkat dan tali yang telah diberi air raksa di tengahnya, sehingga tampak seperti ular yang bergerak.


Kerumunan besar berkumpul di bawah terik matahari untuk menyaksikan peristiwa tersebut. Pada akhirnya, Fir’aun dan bala tentaranya mengalami kekalahan, dan sekitar 50 ribu orang tewas dalam kejadian tersebut.


Hari Raya Umat Nabi Isa

Menurut Syekh Abdul Qadir al-Jailani, keterangan mengenai perayaan hari raya kaumnya Nabi Isa tertera dalam Firman Allah SWT surat al-Maidah ayat 114, yang berbunyi:


اللّٰهُمَّ رَبَّنَآ اَنْزِلْ عَلَيْنَا مَاۤىِٕدَةً مِّنَ السَّمَاۤءِ تَكُوْنُ لَنَا عِيْدًا لِّاَوَّلِنَا وَاٰخِرِنَا وَاٰيَةً مِّنْكَ


Artinya: “Ya Allah Tuhan kami, turunkanlah kepada kami hidangan dari langit (yang hari turunnya) akan menjadi hari raya bagi kami, yaitu bagi orang-orang yang sekarang bersama kami maupun yang datang setelah kami, dan menjadi tanda bagi kekuasaan-Mu.” (QS. al-Maidah: 114)


Pada suatu ketika, kaum hawariyyun (sahabat setia Nabi Isa as) bertanya kepada Nabi Isa, “Wahai Nabi Isa as. dapatkah Tuhanmu memberikan makanan kepadamu dari langit jikalau kau meminta-Nya?” Mendengar pertanyaan tersebut, Nabi Isa lantas menjawab, “Takutlah kalian semua kepada Allah! Janganlah kalian meminta kepada-Nya diberikan suatu bala, jika kamu semua orang-orang yang beriman.”


Hal tersebut karena jika kalian semua meminta kepada-Nya, lalu malah kalian mendustakannya, maka kalian akan mendapatkan siksa”. Papar Nabi Isa memberikan sebuah alasan.


Mereka lalu berkata, “Kami ingin makan darinya (hidangan itu) karena kami merasa lapar, dan agar tenteram hati kami (yakni agar hati kami menjadi tenteram terhadap apa yang kami minta dan menjadi beriman serta membenarkanmu) serta agar kami yakin bahwa engkau telah berkata benar kepada kami, (yakni bahwa engkau adalah seorang Nabi dan Rasul) dan atasnya (hidangan itu) kami termasuk orang-orang yang menjadi saksi (yakni terhadap Bani Israil ketika kami telah kembali kepada mereka lagi.


Di akhir cerita Nabi Isa berdoa kepada Allah, seperti yang dikisahkan oleh surat al-Maidah ayat 114, yang berbunyi:


اللّٰهُمَّ رَبَّنَآ اَنْزِلْ عَلَيْنَا مَاۤىِٕدَةً مِّنَ السَّمَاۤءِ تَكُوْنُ لَنَا عِيْدًا لِّاَوَّلِنَا وَاٰخِرِنَا وَاٰيَةً مِّنْكَ


Artinya: “Ya Allah Tuhan kami, turunkanlah kepada kami hidangan dari langit (yang hari turunnya) akan menjadi hari raya bagi kami, yaitu bagi orang-orang yang sekarang bersama kami maupun yang datang setelah kami, dan menjadi tanda bagi kekuasaan-Mu,” (QS. al-Maidah: 114).


Maksudnya, tulis Syekh Abdul Qadir, makanan tersebut dapat menjadi ‘hari raya’ bagi orang-orang yang sezaman dengan Nabi Isa. As saat turunnya hidangan tersebut, dan dapat juga menjadi hari raya bagi orang-orang yang datang setelah zamannya Nabi Isa as tersebut. Selain itu, hidangan tersebut juga sebagai tanda kekuasaan-Nya, karena hanya Allah lah sebaik-baik pemberi rezeki.


Hari Raya Umatnya Nabi Muhammad

Adapun hari raya umatnya Nabi Muhammad saw yang dimaksud adalah Hari Raya Idul Fitri dan Idul Adha.,(Syekh Abdul Qadir al-Jailani, al-Ghunyah li Tholibi Thariqil Haq [Beirut: Darul Kutub al-‘Ilmiyyah: 1997 M], juz. 2, hal. 30-33).


Demikianlah beberapa perayaan hari raya umat-umat terdahulu yang dapat kami paparkan. Semoga paparan tersebut menambah wawasan pengetahuan kita. Amin. Walahu a’lam. Selamat Hari Raya Idul Fitri 1446 H. Minal ‘aidin wal faizin, mohon maaf lahir dan batin.


Ustadz Muhammad Ryan Romadhon, Alumni Ma’had Aly Al-Iman Bulus, Purworejo, Jawa Tengah.