Daerah

Dua Benteng Bisikan Setan ke Dalam Jiwa Manusia

Jum, 11 Mei 2018 | 12:00 WIB

Dua Benteng Bisikan Setan ke Dalam Jiwa Manusia

Ulil Abshar Abdalla, di Banyuwangi

Banyuwangi, NU Online
Setiap perjalanan kehidupan anak adam setan selalu mengiringi. Tentu iringan ini untuk mengajak di lembah kemaksiatan. Usah risau, masih ada dua langkah untuk menangkal bisikan-bisikan setan tersebut.

Hal yang diungkapkan oleh cendekiawan muslim Indonesia Ulil Abshar Abdalla  saat mengisi kopdar Ihya Ulumuddin di Aula Kantor PCNU Banyuwangi. Jawa Timur, Kamis (10/5) malam.

Dzikir adalah benteng pertama, tegas Ulil, karena dengan dzikir ini mengingatkan hati dan fikiran anak adam menuju kehadirat Allah SWT, dan shalat merupakan puncak dzikir terbesar.

"Sedangkan poin kedua adalah memurnikan diri. Artinya fikiran dan hati kita harus terfokus mengingat dan merasakan kehadirat-Nya. Dalam istilah lain jamak dikenal dengan ikhtima'," kata Ulil.

Dijelaskan, di dalam diri anak adam selalu dibarengi dengan setan. Dimana setiap anak adam dilahirkan, maka di sanalah juga muncul setan yang mengikuti.

"Kedua benteng ini saling bersinergi antara dzikir dengan ikhtima'. Jika tidak, secara otomatis akan sia-sia. Bukankah banyak di antara kita melaksanakan sholat sementara fikiran dan hati tidak terfokus kehadirat-Nya, terfokus kepada urusan duniawi, sehingga ibadah kita menjadi cacat," sambungnya.

Tentunya ini menjadi tantangan yang tidak ringan. Karena tumbuh kembang jasad dan fikiran manusia, setan pun sama.

"Jika anda santri, maka setan pembisiknya juga sekelas santri. Jika anda kiai, setan pembisiknya juga sekelas kiai. Sampai, ketika anda masuk NU, maka setan juga senantiasa mengikuti langkah masuk NU," kelakarnya yang disambut riuh para hadirin.

"Tak lain kita harus selalu waspada, dan kita harus tingkatkan keilmuan dan ketaqwaan agar kelak diselamatkan kehidupan dunia dan akhirat," harapnya.

Sementara dalam kesempatan yang sama, Pengasuh Pondok Pesantren Manba'ul Ulum, Muncar, KH Yusuf Nuris menegaskan, ketika Ulil mampu membaca kitab sesuai dengan kemampuan gramatikal tata bahasa arabnya yang mumpuni, siapa yang berani katakan dia liberal.

"Karena itu, ada banyak pembelajaran dalam diskusi bersama ini. Al-Ghazali adalah ulama yang sangat produktif dalam karya kitabnya. Sebuah teladan bagi kita untuk terus belajar dan memberikan manfaat," jelas Gus Yus, sapaan KH Yusuf Nuris (M Sholeh Kurniawan/Muiz)