Daerah

Kenapa Mualaf Tak Punya Dosa, Ini Jawabannya

Rab, 26 Juni 2019 | 05:30 WIB

Jember, NU Online
Mungkin mualaf paling enaknya orang. Kenapa? Sebab, sejak hidup tak pernah shalat, puasa dan sebagainya, namun ketika masuk Islam, ia bersih dari dosa. Ia tidak punya dosa, baik dosa ‘ibadah’ maupun segala jenis  dosa yang lain.

“Itulah Islam, dan itulah kemaha besaran Allah,” tukas Ketua Pengurus Cabang (PC) LBMNU (Lembaga Bahtsul Masail Nahdlatul Ulama) Kabupaten Jember, Kiai Muhammad Syukri Rifa’ie saat mengisi pengajian di Desa  Kaliwining, Kecamatan Rambipuji, Jember, Selasa (25/6).

Menurutya, setebal apapun dosa manusia, bahkan seisi langit dan bumi sekalipun, pintu ampunan masih dibuka oleh Allah, kecuali syirik (kafir). Asalkan dia sungguh-sungguh ingin bertaubat, yakni memenuhi paling tidak tiga kriteria. Yaitu menghentikan perbuatan dosa yang diperbuatnya,  menyesal karena telah melakukan dosa, bukan karena takut akibatnya, dan punya kemauan kuat untuk tidak mengulangi perbuatan dosanya lagi.

“Kalau syirik, taubatnya ya masuk islam (mualaf), dan memenuhi tiga kriteria tadi. Itu ampunan Allah lebih dahsyat lagi, karena semua dosanya langung dibersihkan,” ujarnya.

Kiai Syukri lalu bercerita panjang  lebar kasus masuk islamnya Wahsyi, seorang budak (kafir), pembunuh paman Nabi Muhammad, Sayyidina Hamzah bin Adul Muthalib dalam perang Uhud. Wahsyi tergolong orang yang kejam berlipat-lipat. Ia tidak puas hanya membunuh Hamzah dengan tombaknya. Wahsyi juga membelah dada Sayyidina Hamzah, mengeluarkan jantungnya, memotong hidung, telinga, bibir dan mencungkil kedua matanya, lantas dibawakan kepada Hindun, majikannya.

“Saya kira tidak ada orang sejahat wahsyi, dia kafir, pembunuh, juga pezina,” ujarnya.

Terkait dengan mualaf, lanjut Kiai Syukri, Allah sudah menegaskan alam  Al-Quran, surat Al-Anfaal ayat 38 yang berbunyi: Katakanlah kepada orang-orang yang kafir itu, ‘jika mereka berhenti (dari kekafirannya), niscaya Allah akan mengampuni dosa-dosa mereka yang sudah lalu; dan jika mereka kembali lagi, sesungguhnya akan berlaku (kepada mereka) sunnah (ketetapan Allah) terhadap orang-orang dahulu’.

Intinya, telaga ampunan Allah begitu luas, luas sekali. Allah selalu mendorong bagi manusia untuk tidak putus asa terhadap rahmat (ampunan) Allah, sebagaimana firman-Nya dalam Surah Az-Zumar ayat 53 yang berbunyi Katakanlah: Hai hamba-hamba-Ku yang malampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

“Ayat ini turun  sebagai jawaban Nabi Muhammad atas keraguan Wahysi untuk untuk bertaubat (masuk Islam),” jelas Kiai Syukri.

Walaunpun demikian, ia berharap agar siapapun tidak mengandalkan mualaf sebagai penebus dosa. Misalnya dengan membiarkan diri semasa muda kafir sambil berbuat dosa semaunya dengan harapan jika sudah tua mau masuk Islam.

“Tidk bisa seperti itu. Sebab orang masuk Islam itu terkait dengan hidayah. Kalau tak dapat hidayah, tidak bisa meski sudah seperti apa,” pungkansya. (Aryudi AR).