Hikmah

Kisah Orang yang Masuk Surga Berkat Singkirkan Duri Jalanan

Sel, 24 Januari 2023 | 08:00 WIB

Kisah Orang yang Masuk Surga Berkat Singkirkan Duri Jalanan

Islam menghitung kebaikan seremeh apapun, termasuk menyingkirkan duri jalanan. (Ilustrasi: NU Online)

Rasulullah saw mengabarkan kepada kita semua, keimanan itu memiliki tujuh puluh bagian. Bagian tertinggi adalah kalimat tauhid lāilāha illallāh, sedangkan bagian terendah adalah menyingkirkan duri jalanan. Melalui hadits berikut ini, Nabi saw hendak mengisahkan seorang pria yang dimasukkan Allah ke dalam surga-Nya karena telah menyingkirkan sebuah dahan berduri di jalan yang biasa dilalui banyak orang.


Hadits yang mengisahkannya ada beberapa redaksi, di antaranya tiga redaksi berikut:


بَيْنَمَا رَجُلٌ يَمْشِي بِطَرِيقٍ وَجَدَ غُصْنَ شَوْكٍ عَلَى الطَّرِيقِ فَأَخَّرَهُ، فَشَكَرَ اللَّهُ لَهُ فَغَفَرَ لَهُ


Artinya: “Saat seorang pria sedang berjalan, tiba-tiba ia mendapati sebuah dahan berduri yang menghalangi jalan. Kemudian ia menyingkirkannya. Maka Allah bersyukur kepadanya dan mengampuni dosa-dosanya,” (HR. Ahmad).


مَرَّ رَجُلٌ بِغُصْنِ شَجَرَةٍ عَلَى ظَهْرِ طَرِيقٍ، فَقَالَ: وَاللهِ لَأُنَحِّيَنَّ هَذَا عَنِ الْمُسْلِمِينَ لَا يُؤْذِيهِمْ فَأُدْخِلَ الْجَنَّةَ


Artinya, “Dikisahkan ada seorang pria melewati dahan sebuah pohon di badan jalan. Ia lantas berkata, ‘Demi Allah, aku akan menyingkirkan dahan ini agar tidak menghalangi kaum Muslimin.’ Berkat amal itu, ia dimasukkan ke surga,” (HR. Muslim).


لَقَدْ رَأَيْتُ رَجُلًا يَتَقَلَّبُ فِي الْجَنَّةِ، فِي شَجَرَةٍ قَطَعَهَا مِنْ ظَهْرِ الطَّرِيقِ، كَانَتْ تُؤْذِي النَّاسَ


Artinya. “Aku melihat seorang pria yang mendapatkan kenikmatan di surga karena sebuah pohon yang dipotongnya di badan jalan karena akan melukai orang lain,” (HR. al-Baihaqi).


Beberapa hadits di atas mengisahkan seorang pria yang melintas di sebuah jalan. Namun ia menemukan dahan berduri yang menghalangi diri dan pengguna jalan lain. Ia kemudian memotong dahan tersebut dan menyingkirkannya dari badan badan jalan.


Tujuannya agar tidak membahayakan orang-orang yang melintas di sana, terutama sesama muslim. Maka Allah pun mengampuni dosa-dosanya dan memasukkannya ke dalam surga. Berkat amalnya itu, Rasulullah saw melihatnya sedang mendapatkan kenikmatan di dalam surga.


Dari kisah di atas, kita mengetahui bahwa pria itu hanya mengerjakan amal kecil, namun dibalas dengan balasan besar nan istimewa. Sungguh besar dan luasnya rahmat Allah. Karunia-Nya begitu agung. Pantas Rasulullah saw selalu mengingatkan, “Singkirkanlah duri dari jalan kaum Muslimin.” Demikian sebagaimana yang semakna dengan hadits Muslim.


Di sisi lain, beliau juga memperingatkan kita agar jangan pernah mengganggu apalagi mencelakakan sesama muslim, sebagaimana yang terungkap dalam hadits berikut, “Siapa yang membahayakan kaum Muslimin, maka wajib atasnya kutukan mereka,” (HR Musa bin Ja’far).


Banyak sekali nash yang berbicara soal ini. Semua menunjukkan betapa mulianya kaum Muslimin yang mengamalkan dan menjunjung tinggi ajaran Islam. Alih-alih mengotori dan merusak jalan, mereka selalu menjaga kebersihan. Pasalnya, mereka paham dan patuh terhadap anjuran rasul mereka.


Seperti itulah kaum Muslimin diajarkan oleh agamanya. Seperti  itu pula mereka diajarkan untuk selalu membantu sesama, tidak menyepelekan amal kecil, dan tertarik dengan rida Allah dan balasan besar-Nya.


Pelajaran penting:

1. Bagian tertinggi keimanan adalah mengikrarkan kalimat tauhid Lailahaillallah, sedangkan bagian terendah adalah menyingkirkan duri di jalan.


2. Betapa besarnya keutamaan amal baik walau hanya menyingkirkan sebuah duri di jalanan.


3. Betapa luasnya rahmat Allah. Betapa agungnya balasan dari-Nya. Dia telah memberikan balasan surga kepada seorang hamba-Nya yang takwa dan selalu berbuat kebaikan. Sekacil apa pun amal kebaikan itu.


4. Sayangnya, masih banyak orang yang tak peduli dengan kebersihan jalan. Bahkan, masih seenaknya membuang sampah di jalan akibat lemahnya internalisasi dan implementasi nilai-nilai agama.


5. Pohon yang mengganggu boleh ditebang, dipotong, atau dirapikan. Sementara pohon yang memberikan manfaat, seperti pohon rindang dan menjadi pelindung, sebaiknya dipelihara.


6. Jangan bertindak semena-mena terhadap alam dan tumbuhan. Sebab, dampak buruknya akan kembali kepada manusia itu sendiri, seperti bencana longsor, banjir, dan susah air bersih di musim kemarau.


7. Orang yang semena-mena menebang pohon yang berguna juga diancam Rasulullah saw dalam haditsnya, “Orang yang memotong sebuah pohon, yang dengannya Allah melindungi kepalanya, maka ia akan berada dalam siksa api neraka.” (HR. al-Baihaqi).


8. Jangan pernah menyepelekan kebaikan, sekecil apa pun, baik kepada sesama muslim, sesama manusia, maupun sesama makhluk Allah.  Sebab, Allah tidak melihat kecilnya seorang hamba. (Lihat: Umar Sulaiman, al-Qashash an-Nabawi, Terbitan Darun-Nafais, halaman 241).


Ustadz M. Tatam Wijaya, Penyuluh dan Petugas KUA Sukanagara-Cianjur, Jawa Barat.