Tasawuf/Akhlak Al-Hikam

Ini 3 Orang Saleh yang Paling Jauh dari Allah

Sen, 28 Februari 2022 | 06:15 WIB

Ini 3 Orang Saleh yang Paling Jauh dari Allah

Tentu saja Ibnu Ajibah tidak sedang menganjurkan masyarakat untuk berhenti menuntut ilmu, berhenti ibadah, dan melepas kezuhudan. Syarah Al-Hikam Ibnu Ajibah ini bermaksud untuk mengingatkan syahwat spiritual yang menghinggapi kelompok ini agar lebih waspada

Ilmu, ibadah, dan kezuhudan memang dibutuhkan dalam kehidupan beragama. Hanya saja capaian ilmu, ibadah, dan kezuhudan dapat menjauhkan seseorang dari Allah jika tidak dibarengi dengan semangat kerendahan hati.


Sikap tinggi hati karena merasa cukup dengan ilmu, ibadah, dan kezuhudan memiliki dampak buruk bagi spiritualitas seseorang. Sikap tinggi hati dan merasa pemegang kebenaran tunggal dapat menjauhkannya dari tujuan ilmu, ibadah, dan kezuhudan itu sendiri.


قال بعض العارفين أشد الناس حجاباً عن الله العلماء ثم العباد ثم الزهاد لوقوفهم مع علمهم وعبادتهم وزهدهم


Artinya, “Sebagian ahli makrifat berkata: orang yang paling tebal hijabnya adalah kalangan ulama, kemudian ahli ibadah, dan selanjutnya orang-orang yang zuhud karena mereka merasa selesai dengan ilmu, ibadah, dan kezuhudannya,” (Syekh Ibnu Ajibah Al-Hasani, Iqazhul Himam fi Syarhil Hikam, [Beirut, Darul Fikr: tanpa catatan tahun], juz I, halaman 67).


Menurut Ibnu Ajibah, dorong atau obsesi (hawa) terbagi dua, yaitu hawa nafsu dan hawal qalbi. Hawa nafsu berkaitan dengan syahwat jasmani, yaitu kelezatan makanan, minuman, pakaian, perkawinan, dan tempat tinggal. Sedangkan hawal qalbi berkaitan dengan syahwat rohani, yaitu kesenangan pangkat, kekuasaan, kemegahan, pujian, keistimewaan, keramat, maqam ibad, maqam zuhad, dan kesenangan pada ilmu lahiriyah.


Menurut Ibnu Ajibah, syahwat ketiga orang ini tersembunyi. Allah “menyesatkan” mereka melalui pengetahuan atas ayat-ayat-Nya. Sedangkan mereka mengira telah berbuat sesuatu yang baik. Allah menyesatkan mereka melalui jalur khusus. Sedangkan selain mereka tersesat melalui jalan umum.


Ulama-ulama zahir meyakini bahwa tidak ada keutamaan di atas ilmu mereka sampai aku–kata Ibnu Ajibah–mendengar sebagian mereka mengatakan, “Maqam ihsan (yang disebut dalam hadits) itu adalah maqam mereka, yang mengamalkan Al-Qur’an dan hadits secara harfiah, dan mengira tidak ada lagi maqam di atas itu.”


Adapun ahli ibadah dan orang-orang yang zuhud merasa bahwa aktivitas mereka itu adalah puncak cinta dan ketaatan kepada Allah. Padahal keramat-keramat lahiriyah itu menambah mereka jauh dari-Nya. Hijab mereka dan Allah bertambah tebal. Sedangkan orang awam yang biasa-biasa saja justru lebih dekat pada ketaatan dan kedekatan dengan Allah secara hakikat.


وفي الحديث عنه صلى الله عليه وسلم قال أكثر أهل الجنة البله أي المغفلون


Artinya, “Dalam hadits dari Rasulullah saw, ia bersabda, ‘Kebanyakan penduduk surga adalah kalangan al-bulhu,’ yaitu orang-orang awam (yang biasa-biasa saja, tanpa syahwat qalbi/tanpa merasa saleh),” (Syekh Ibnu Ajibah: II/281).


Menurut Ibnu Ajibah, syahwat rohani lebih sulit diobati dibanding syahwat jasmani. Ia mengilustrasikan masalah ini dengan kisah Nabi Adam dan Iblis. Nabi Adam memiliki syahwat jasmani, berupa keinginan makan buah khuldi, lalu Allah memberikan inayat kepadanya. Sedangkan Iblis memiliki syahwat di hatinya, yaitu kesombongan “Aku lebih baik darinya,” lalu Allah menjauhinya hingga hari kiamat.


Kalangan ulama, ahli ibadah, dan orang-orang yang zuhud termasuk kelompok yang memiliki syahwatul qalbi. Kalau tidak menjaga jarak dengan dirinya sendiri dan mewaspadai syahwatnya, kelompok ini akan terjebak pada tipu daya spiritual yang membuat mereka semakin jauh dari Allah karena hijab mereka yang bertambah tebal.


Tentu saja Ibnu Ajibah tidak sedang menganjurkan masyarakat untuk berhenti menuntut ilmu, berhenti ibadah, dan melepas kezuhudan. Syarah Al-Hikam Ibnu Ajibah ini bermaksud untuk mengingatkan syahwat spiritual yang menghinggapi kelompok ini agar lebih waspada. Wallahu a’lam. (Alhafiz Kurniawan)