Hikmah

Tiga Pesan Kemanusiaan Gus Dur

Sel, 18 Desember 2018 | 14:05 WIB

Tiga Pesan Kemanusiaan Gus Dur

Lukisan Gus Dur (Dok. istimewa)

Aspek kemanusiaan menjadi perhatian utama seorang KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) dalam setiap pemikiran, pandangan, dan gerak langkahnya. Maka dari itu, di dalam batu nisannya tertulis here rest a humanist, di sini istirahat seorang humanis. Sosok yang dekat siapa saja sekaligus mencintainya.

Gus Dur pernah berpesan singkat, namun mendalam dan penuh makna. Beliau mengatakan tiga substansi soal hubungan antar-manusia, “Mari kita wujudkan peradaban di mana manusia saling mencintai, saling mengerti, dan saling menghidupi”. Pesan tersebut termaktub dalam buku Fatwa dan Canda Gus Dur anggitan KH Maman Imanulhaq (2010).

Pesan tersebut disampaikan oleh Gus Dur ketika memberikan tanggapan atas kontroversi goyang ngebor yang dilakukan oleh pedangdut Inul Daratista. Tidak sedikit orang yang mengecam goyang tersebut karena menimbulkan dampak moral yang kurang baik untuk generasi muda sehingga apa yang dilakukan Inul perlu dihentikan dan diboikot.

Namun tidak dengan Gus Dur. Menurut Kiai Maman, Gus Dur menekankan bahwa dalam kehidupan yang banyak warna dan banyak wajah ini, manusia sebaiknya belajar memahami, mengerti, dan memaafkan orang lain. Hal ini bernagkat dari prinsip bahwa Allah SWT tidak bosan memaafkan hamba-hambanya yang sering bertindak salah dan melakukan dosa.

Dalam hal ini, Al-Qur’an Surat Ali ‘Imran ayat 159 menjelaskan, “Karena Rahmat Allahlah kamu bersikap lunak kepada mereka. Sekiranya kamu keras dan kasar, niscaya mereka akan menjauhimu. Karena itu, maafkanlah dan mohonlah ampun bagi mereka. Ajaklah mereka bermusyawarah tentang suatu hal”. 

Al-Qur’an mengajak manusia untuk senantiasa bermusyawarah. Kalau pun berdebat tentang suatu hal, musyawarah dengan penuh kelapangan dada, besar hati, dan pikiran terbuka perlu untuk dikedepankan. Perbedaan dan persoalan yang timbul harus dihadapi dengan cara yang baik dan lembut, bukan dengan cara yang menghujat, mencaci maki, apalagi menggunakan cara-cara teror dan kekerasan.

Terkait kontroversi Inul ini, Gus Dur bercerita tentang seorang kiai yang datang ke Kantor PBNU Jalan Kramat Raya, Jakarta Pusat sambil marah-marah. Bagaimana mungkin seorang ulama sekelas Gus Dur dengan jutaan umat di belakangnya serta punya kredibilitas tinggi, membela penari bernama Inul?

Setelah puas melampiaskan amarahnya, kiai tersebut dipersilakan duduk dan minum air putih oleh Gus Dur. Setelah kiai tersebut duduk, Gus Dur mencoba memberikan beberapa pertanyaan singkat dan mudah dijawab.

“Emang kiai sudah lihat bagaimana ngebor-nya Inul?” tanya Gus Dur.

Kiai tersebut dengan menggebu-gebu bercerita bagaimana hebohnya goyangan Inul. Bukan hanya iman, nyawa pun akan melayang, jelas sang kiai.

“Oh, kalau aku belum pernah lihat. Dan tidak akan bisa lihat. Aku kan buta,” kata Gus Dur.

Mendengar tanggapan Gus Dur, sang kiai terdiam seribu bahasa dengan muka memerah. Ia memahami yang bahwa yang dibela Gus Dur murni dari sisi kemanusiaan. Karena Islam menganjurkan memelihara kasih sayang terhadap sesama manusia dalam kondisi apapun. (Fathoni)