Khutbah

Khutbah Jumat: Bijak Dakwah di Media Sosial

Kam, 21 Oktober 2021 | 14:30 WIB

Khutbah Jumat: Bijak Dakwah di Media Sosial

Media sosial saat ini menjadi salah satu rujukan dalam belajar Islam. Ada banyak kajian keagamaan yang bisa diakses di media sosial.

Naskah khutbah Jumat kali ini menjelaskan tentang bagaimana bersikap bijaksana dan taat aturan dalam beraktivitas di media sosial. Ada beberapa rambu-rambu yang dapat digunakan sebagai petunjuk bagi kita dalam bermedia sosial. Simak Khutbah Jumat ini!


Teks khutbah Jumat berikut ini berjudul "Khutbah Jum’at: Bijak Dakwah di Media Sosial". Untuk mencetak naskah khutbah Jumat ini, silakan klik ikon print berwarna merah di atas atau bawah artikel ini (pada tampilan dekstop). Semoga bermanfaat! (Redaksi).


Khutbah I


اَلْحَمْدُ للهِ وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى سَيِّدَنَا مُحَمَّدٍ رَسُولِ اللَّهِ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ وَالَاه. أَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الَّذِيْ لَانَبِيّ بعدَهُ


أَمَّا بَعْدُ فَإنِّي أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَى اللهِ الْقَائِلِ فِي كِتَابِهِ الْقُرْآنِ. يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ. وَقَالَ اِذَا جَاءَكَ الْمُنٰفِقُوْنَ قَالُوْا نَشْهَدُ اِنَّكَ لَرَسُوْلُ اللّٰهِ ۘوَاللّٰهُ يَعْلَمُ اِنَّكَ لَرَسُوْلُهٗ ۗوَاللّٰهُ يَشْهَدُ اِنَّ الْمُنٰفِقِيْنَ لَكٰذِبُوْنَۚ


Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah


Saat ini kita hidup di masa di mana semua informasi dengan begitu mudahnya didapatkan. Kalau dulu, ingin tahu informasi tertentu, kita harus membeli majalah, koran, atau buku, sekarang tanpa harus mengeluarkan uang, informasi berseliweren di media sosial yang kita miliki. Tidak perlu repot untuk mendapatkan informasi pada masa sekarang. Tinggal klik kata kunci di Google, seluruh informasi yang berkaitan akan disajikan kepada kita. 


Tidak hanya mencari informasi yang dimudahkan, menyampaikan informasi juga sangat mudah. Jika kita ingin mengabarkan kepada keluarga atau teman terkait kondisi kita sekarang, cukup buka media sosial, dan ceritakan tentang bagaimana keadaan kita sekarang. Tidak butuh waktu lama, semua keluarga dan teman yang berinteraksi dengan kita di media sosial, akan mengetahui kondisi kita.


Kemudahan mendapatkan dan menyampaikan informasi ini harus dikelola sebaik mungkin agar tidak terjadi penyalahgunaan. Sama-sama diketahui, tidak semua informasi yang ada di internet itu benar. Teliti dan bersikap kritislah terhadap informasi yang tersebar-luas di internet. Apalagi bila informasi itu berkaitan dengan nama baik seseorang. Jangan sampai, kita termakan berita yang tidak benar, alias hoaks. 


Media sosial saat ini menjadi salah satu rujukan dalam belajar Islam. Ada banyak kajian keagamaan yang bisa diakses di media sosial. Para pendakwah masa sekarang pun sudah banyak yang terampil di media sosial. Setiap mengisi kajian atau ceramah, mereka selalu mendokumentasikan dalam bentuk video, kemudian diunggah di media sosial. Kelebihannya, jangkaun pendengarnya semakin luas, tidak hanya terbatas orang yang ada di masjid. 


Jamaah Jum’at yang dirahmati Allah


Era keterbukaan ini, mari kita manfaatkan dengan sebaik-baik mungkin. Kalau kita ingin menyebarluaskan ajaran Islam, media sosial adalah saluran yang sangat efektif untuk itu. Tapi sampaikan ajaran Islam dengan cara yang baik dan penuh hikmah. Jangan sampai, pendekatan yang kita gunakaan, malah membuat orang menjadi takut dan enggan untuk belajar Islam. Karena itu, dalam surat al-Nahl ayat 125, Allah SWT berfirman:


ٱدْعُ إِلَىٰ سَبِيلِ رَبِّكَ بِٱلْحِكْمَةِ وَٱلْمَوْعِظَةِ ٱلْحَسَنَةِ


Artinya, “Ajaklah manusia kepada jalan tuhan-Mu dengan hikmah dan pengajaran yang baik” (Surat An-Nahl ayat 125)


Dalam Tafsir al-Qurthubi, Imam al-Qurthubi menjelaskan:


هَذِهِ الْآيَةُ نَزَلَتْ بِمَكَّةَ فِي وَقْتِ الْأَمْرِ بِمُهَادَنَةِ قُرَيْشٍ، وَأَمَرَهُ أَنْ يَدْعُوَ إِلَى دِينِ اللَّهِ وَشَرْعِهِ بِتَلَطُّفٍ وَلِينٍ دُونَ مُخَاشَنَةٍ وَتَعْنِيفٍ


Artinya, “Ayat ini turun di Mekah pada waktu perang dengan orang Qurays. Allah memerintahkan kepada Nabi Muhammad untuk mengajak orang kepada agama dan syariat Allah dengan cara yang lembut dan lunak, bukan dengan cara yang kasar dan keras.”


Bayangkan, dalam kondisi perang saja, Allah masih memerintahkan Nabi Muhammad untuk menyampaikan ajaran Islam dengan lemah lembut dan tidak menggunakan cara kekerasan. Apalagi dalam situasi damai. Masyarakat kita saat ini hidup dalam kondisi rukun dan tidak terlalu mempermasalahkan perbedaan. Sebagai pendakwah, mestinya kondisi rukun ini harus tetap dijaga. Makanya, konten dakwah yang kita sebarluaskan di media sosial, usahakan tidak menyulut emosi orang yang berujung pada kekecauan dan kekerasan. 


Ma’asyiral Muslim Rahimakumullah


Karena jejak digital itu abadi, susah dihilangkan, berpikirlah semaksimal mungkin, sebelum kita mengupload konten di media sosial. Apalagi bila konten itu berkaitan dengan masalah agama. Pastikan bahwa apa yang kita sampaikan itu sudah sesuai dengan ajaran yang disampaikan para ulama, dan tidak bertentangan dengan nilai-nilai kebaikan yang terkandung di dalam Islam. Selain konten, yang perlu diperhatikan adalah dampak dari konten yang kita sebarluaskan. 


Sebarkanlah informasi yang baik dan juga memiliki pada dampak kebaikan. Meskipun informasinya benar, tapi kalau kita sebarkan nanti akan memicu kesalahpahaman dan keributan, alangkah baiknya informasi itu kita tahan dulu. Imam An-Nawawi dalam Al-Adzkar mengingatkan:  


اعلم أنه لكل مكلف أن يحفظ لسنانه عن جميع الكلام  إلا كلاما تظهر المصلحة فيه، ومتى استوى الكلام وتركه فى المصلحة، فالسنة الإمساك عنه، لأنه قد ينجر الكلام المباح إلى حرام أو مكروه، بل هذا كثير أو غالب في العادة


Artinya, “Hendaklah setiap orang menjaga lisannya pada pembicaraan apapun, kecuali bila dipastikan ada kemaslahatannya. Namun jika bimbang, antara meninggalkan dan mengucapkannya sama-sama ada maslahahnya, disunnahkan tetap diam (tidak berkata apapun). Sebab terkadang perkataan biasa bisa berimplikasi pada keharaman dan makruh. Bahkan hal seperti ini banyak terjadi.”     


Masih dalam Kitab Al-Azkar, Imam An-Nawawi mengutip pernyataan Imam As-Syafi’i terkait pentingnya menjaga kata:


إذا أراد الكلام فعليه أن يفكر قبل كلامه، فإن ظهرت المصلحة تكلم، وإن شك لم يتكلم حتى تظهر


Artinya, “Apabila kalian hendak bicara, berpikirlah sebelumnya. Jika ada kemaslahatan pada ucapan tersebut, bicaralah. Andaikan kalian ragu, lebih baik tidak bicara sampai ditemukan kemaslahatannya”


Sebagai penutup, menyampaikan kebaikan ataupun ajaran agama seluas-luasnya adalah perbuatan yang sangat terpuji dan dianjurkan dalam agama, tapi kita juga harus ingat, ajaran agama juga harus disampaikan dengan cara yang baik dan bijak, apalagi di media sosial yang sangat rentan disalahpahami. Sampaikan dan sebarluaskanlah konten yang maslahatnya sudah jelas, kalau memang masih diragukan, lebih baik ditunda dan ditahan dulu, agar tidak menimbulkan kemudaratan.   


Khutbah II


الْحَمْدُ لِلَّهِ وَ الْحَمْدُ لِلَّهِ  ثُمَّ الْحَمْدُ لِلَّهِ. أَشْهَدُ أنْ لآ إلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الَّذِيْ لَا نَبِيّ بعدَهُ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى أَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ القِيَامَةِ. أَمَّا بَعْدُ  فَيَا أَيُّهَا النَّاسُ أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ


فَقَالَ اللهُ تَعَالَى: إِنَّ اللهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يٰأَ يُّهَا الَّذِيْنَ أٰمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَ سَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدَنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى أَلِ سَيِّدَنَا مُحَمَّدٍ. اللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ، اَلْأَحْيآءِ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ. اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ والقُرُوْنَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتَنِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا إِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ  اللَّهُمَّ أَرِنَا الْحَقَّ حَقًّا وَارْزُقْنَا اتِّبَاعَهُ وَأَرِنَا الْبَاطِلَ بَاطِلًا وَارْزُقْنَا اجْتِنَابَهُ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.  وَاَلْحَمْدُ لِهَِٰا رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ


عِبَادَاللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ، وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ، وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ، وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرْ


Ustadz Hengki Ferdiansyah, pegiat kajian hadits, tinggal di Jakarta.


Konten ini hasil kerja sama NU Online dan Biro Humas, Data, dan Informasi Kementerian Agama RI.