Khutbah

Khutbah Jumat: Perkuat Ikhtiar, Teguhkan Tawakal

Kam, 12 Januari 2023 | 18:00 WIB

Khutbah Jumat: Perkuat Ikhtiar, Teguhkan Tawakal

Ikhtiar dan tawakal dapat berjalan beriringan. (Ilustrasi: NU Online/freepik).

Khutbah Jumat kali ini mengangkat materi tentang pentingnya memperkuat  ikhtiar-ikhtiar (usaha) yang kita lakukan dalam upaya memenuhi kebutuhan hidup yang diiringi dengan keteguhan tawakal (pasrah) kepada Allah swt.


Dua hal ini sangat penting untuk dipegang dalam kesuksesan dan keberkahan hidup di dunia. Dua hal ini menyadarkan kita bahwa ada campur tangan pihak lain dalam setiap keberhasilan yang kita raih. Bukan hanya karena usaha kita semata, namun kehendak yang kuasa, Allah swt, lah yang mewujudkannya.


Teks khutbah Jumat berikut ini dengan judul “Khutbah Jumat: Perkuat Ikhtiar, Teguhkan Tawakal” Untuk mencetak naskah khutbah Jumat ini, silakan klik ikon print berwarna merah di atas atau bawah artikel ini (pada tampilan desktop). Semoga bermanfaat!


Khutbah I

الْحَمْدُ لِلهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ، وَبِهِ نَسْتَعِيْنُ عَلَى أُمُوْرِ الدُّنْيَا وَالدِّيْنِ، وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى أَشْرَفِ اْلأَنْبِيَاءِ وَالْمُرْسَلِيْنَ، نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعَلَى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَالتَّابِعِيْنَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلىَ يَوْمِ الدِّيْنِ، أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا الله وَحْدَه لَاشَرِيْكَ لَهُ الْمَلِكُ الْحَقُّ اْلمُبِيْن. وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَـمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ صادِقُ الْوَعْدِ اْلأَمِيْن


أَمَّا بَعْدُ فَيَا أَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ. اِتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوْتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ. فَقَالَ اللهُ تَعَالَى: وَمَنْ يَّتَّقِ اللّٰهَ يَجْعَلْ لَّهٗ مَخْرَجًا ۙ َّيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُۗ وَمَنْ يَّتَوَكَّلْ عَلَى اللّٰهِ فَهُوَ حَسْبُهٗ ۗاِنَّ اللّٰهَ بَالِغُ اَمْرِهٖۗ قَدْ جَعَلَ اللّٰهُ لِكُلِّ شَيْءٍ قَدْرًا


Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah,

Pada kesempatan mulia kali ini, khatib tidak bosan-bosannya mengajak kepada seluruh hadirin, wa bil khusus kepada diri khatib sendiri, untuk senantiasa meningkatkan ketakwaan kepada Allah swt. Kita perlu menyadari bahwa takwa akan dapat membantu kita keluar dari berbagai permasalahan yang dihadapi di dunia ini karena Allah swt memang sudah menegaskan bahwa Ia akan memberi jalan keluar dari berbagai permasalahan yang dihadapi oleh orang yang bertakwa. Hal ini termaktub dalam Al-Qur’an surat At-Thalaq ayat 2:


وَمَنْ يَّتَّقِ اللّٰهَ يَجْعَلْ لَّهٗ مَخْرَجًا ۙ


Artinya: “Siapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan membukakan jalan keluar baginya”


Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah,

Permasalahan dalam kehidupan memang menjadi sebuah keniscayaan. Setiap dari kita pasti memiliki masalah dalam hidup. Namun permasalahan yang kita hadapi ini bukanlah untuk ditinggalkan alias lari dari masalah. Semua itu harus diselesaikan karena jika kita meninggalkan masalah, maka siap-siaplah, kita akan menghadapi masalah baru yang lebih besar. Kita harus optimis mampu menyelesaikan masalah, karena yang terpenting bukanlah memikirkan masalah yang dihadapi, namun mencari solusi dari masalah tersebut.


Dalam menyelesaikan masalah kehidupan, kita juga tidak boleh menyelesaikannya dengan memunculkan masalah baru. Kita harus berikhtiar atau berusaha semaksimal mungkin dengan cara yang terbaik, setelah itu kita bertawakal atau berserah diri sepenuhnya kepada Allah swt. Kita perlu menyadari bahwa bukan hanya ikhtiar saja yang akan menyelesaikan permasalahan, namun ada campur tangan pihak lain, yakni Allah swt, yang berkehendak atas selesainya masalah kita. Oleh karena itu, tawakal (berserah diri sepenuhnya) kepada Allah merupakan prilaku yang dicintai oleh Allah.


Hal ini disebutkan dalam Al-Qur’an surat Al Imran, ayat 159:


فَإِذَاعَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى اللهِ إِنَّ اللهَ يُحِبُّ الْمُتَوَكِّلِينَ


Artinya: “Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakal kepada-Nya.”


Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah,

Ikhtiar dan tawakal adalah satu kesatuan yang tak terpisahkan. Ibarat kita mengayuh sampan atau perahu, ikhtiar seperti dayung di sebelah kanan dan tawakal seperti dayung di sebelah kiri. Jika dayung dijalankan bersama dengan seimbang, maka kita akan bisa mencapai tepi dengan cepat dan lancar. Lain halnya ketika hanya satu dayung saja yang dikayuh, maka kita pun hanya akan berputar-putar di situ saja dan tidak bisa mencapai tepian dengan baik.


Satu kesatuan antara ikhtiar dan tawakal juga bisa kita ambil hikmahnya dari sebuah riwayat yang disebutkan dalam hadits Rasulullah saw. Suatu hari Rasulullah akan mengerjakan shalat Ashar di Masjid Nabawi Madinah. Tiba-tiba datang seorang jamaah dari luar kota menunggangi unta merah yang terkenal mahal pada zaman itu. Kemudian orang itu melepaskan untanya begitu saja tanpa diikat terlebih dahulu dan memasuki masjid untuk shalat berjamaah.


Mengetahui hal ini, Rasulullah bertanya kepada orang tersebut: “Fulan kenapa engkau lepas untamu?” Orang itu menjawab, “Aku bertawakal kepada Allah. Kalau Allah takdirkan untaku hilang, meskipun aku ikat, pasti hilang. Dan jika Allah takdirkan unta itu tidak hilang, meskipun kami lepas ia tidak akan hilang”. Mendengar jawaban tersebut Rasulullah bersabda: "Ikatlah tungganganmu dan pasrahkan kepada Allah" (HR Imam At-Tirmidzi).


Dari kisah ini kita mengetahui bahwa tawakal saja tanpa ikhtiar juga tidak diperbolehkan dalam agama. Semua aktivitas dalam memenuhi kebutuhan hidup yang kita perlukan tidak hanya dengan tawakal. Sampai-sampai dalam sebuah kisah sahabat Umar bin Khattab pernah mengusir seseorang yang kerjanya hanya berdoa saja di masjid saja. Beliau mengingatkan orang tersebut dengan kalimat: “Tidak ada hujan uang dari langit.”


Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah,

Dari riwayat ini kita bisa menyimpulkan dengan kalimat sederhana: “ikhtiar penting, tawakal juga penting.” Kedua-duanya menjadi peringatan kepada kita untuk tidak selalu berpikir dan melihat segala sesuatu secara fisik kasat mata saja serta menghindari sikap berserah diri saja tanpa ada usaha. Karena dalam kehidupan nyata, kita sering mengalami usaha yang tidak selamanya sepadan dengan asa.


Ada misteri yang sering tak terjawab dari setiap tahap perjalanan hidup manusia. Terkadang kita sudah berusaha sekuat tenaga, namun hasil yang didapat tidak sesuai dengan target kita. Namun di sisi lain, kita berusaha ala kadarnya namun ternyata hasil yang didapat melebihi target yang sudah dibuat dan membuat kita bahagia.


Dari yang semua yang telah ditakdirkan Allah dalam hidup ini, kita harus menegaskan satu sifat yakni rela. Rasulullah bersabda:


مِنْ سَعَادَةِ ابْنِ آدَمَ رِضَاهُ بِمَا قَضَى اللهُ، وَمِنْ شَقَاوَةِ ابْنِ آدَمَ سَخَطُهُ بِمَا قَضَى اللهُ


Artinya, “Termasuk keberuntungan anak Adam adalah kerelaannya terhadap apa yang telah Allah tetapkan baginya, dan termasuk kesengsaraan anak Adam adalah sikap benci (tidak menerima) terhadap apa yang telah Allah tetapkan baginya.” (HR At-Tirmidzi)


Oleh karena itu, sebagai insan yang beriman, percaya kepada Allah swt, sudah seharusnya kita terus memperkuat ikhtiar sekaligus meneguhkan tawakal, agar kita senantiasa diberi keberkahan dalam kehidupan. Kita harus mampu mempertahankan anugerah yang telah diberikan Allah kepada kita sekaligus berusaha untuk merubah hal itu menjadi lebih baik lagi dalam upaya pengabdian kepada Allah. Allah SWT berfirman dalam Surat Ar-Ra’d, ayat 11:


إِنَّ اللهَ لا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّى يُغَيِّرُوا مَا بِأَنْفُسِهِمْ


Artinya: “Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.”


Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah,

Semoga kita senantiasa diberikan kekuatan oleh Allah swt untuk senantiasa melakukan ikhtiar-ikhtiar mulia sebagai upaya pengabdian kita kepada-Nya. Dan semoga kita juga dianugerahi keteguhan iman dan takwa untuk senantiasa bertawakal kepada Allah dan ridha pada semua takdir yang ditetapkan oleh-Nya.


جَعَلَنا اللهُ وَإيَّاكم مِنَ الفَائِزِين الآمِنِين، وَأدْخَلَنَا وإِيَّاكم فِي زُمْرَةِ عِبَادِهِ المُؤْمِنِيْنَ : أعوذ بالله من الشيطان الرجيم، بسم الله الرحمن الرحيم: وَالَّذِينَ هَاجَرُوا فِي اللهِ مِنْ بَعْدِ مَا ظُلِمُوا لَنُبَوِّئَنَّهُمْ فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَلأَجْرُ الآخِرَةِ أَكْبَرُ لَوْ كَانُوا يَعْلَمُونَ الَّذِينَ صَبَرُوا وَعَلَى رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ


باَرَكَ اللهُ لِيْ وَلكمْ فِي القُرْآنِ العَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيّاكُمْ بِالآياتِ وذِكْرِ الحَكِيْمِ. إنّهُ تَعاَلَى جَوّادٌ كَرِيْمٌ مَلِكٌ بَرٌّ رَؤُوْفٌ رَحِيْمٌ


Khutbah II

الْحَمْدُ لِلّٰهِ وَالْحَمْدُ لِلّٰهِ ثُمَّ الْحَمْدُ لِلّٰهِ. أَشْهَدُ أَنْ لَا إلٰهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الَّذِيْ لَا نَبِيَّ بَعْدَهُ. اَللَّهُمَّ صَلِّ  وَسَلِّمْ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى أَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ القِيَامَةِ. أَمَّا بَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا النَّاسُ أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ. فَقَالَ اللهُ تَعَالَى: إِنَّ اللهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يٰأَ يُّها الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا


اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى أَلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ .اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ، اَلْأَحْياءِ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ. اَللّٰهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلَاءَ وَاْلوَبَاءَ والقُرُوْنَ وَالزَّلَازِلَ وَسُوْءَ اْلفِتَنِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا إِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ بُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عامَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. اَللّٰهُمَّ أَرِنَا الْحَقَّ حَقًّا وَارْزُقْنَا اتِّبَاعَهُ وَأَرِنَا الْبَاطِلَ بَاطِلًا وَارْزُقْنَا اجْتِنَابَهُ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. وَاَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ


عٍبَادَ اللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتاءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشاءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ، وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ، وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ، وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ


Ustadz H Muhammad Faizin, Sekretaris PCNU Kabupaten Pringsewu, Lampung.