Khutbah

Khutbah Shalat Istisqa: Jagat Terus Dirawat, Air Terus Mengalir

Sen, 18 September 2023 | 06:30 WIB

Khutbah Shalat Istisqa: Jagat Terus Dirawat, Air Terus Mengalir

Ilustrasi merawat bumi. (Foto: NU Online/Freepik)

Materi khutbah ini mengajak kepada seluruh jamaah untuk melakukan muhasabah sekaligus pertobatan kepada Allah atas ujian yang telah diturunkan ke bumi yakni kemarau berkepanjangan. Dengan muhasabah dengan memperbanyak istighfar, semoga Allah akan menurunkan hujan rahmat yang akan kembali menggeliatkan kehidupan di bumi.


Teks khutbah Istisqa berikut ini berjudul: “Khutbah Istisqa: Jagat Terus Dirawat, Air kian Mengalir”. Untuk mencetak naskah khutbah Istisqa ini, silakan klik ikon print berwarna merah di atas atau bawah artikel ini (pada tampilan desktop). Semoga bermanfaat!

Khutbah I

اَسْتَغْفِرُ اللهَ العَظِيْمَ الذي لاَ اله اِلاَّ هُوَ الحَيُّ القَـيُّومُ وَاَتُوْبُ اِلَيْهِ (٩x)


الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي أَنزَلَ مِنَ السَّمَاءِ مَاءً فَأَحْيَا بِهِ الْأَرْ‌ضَ بَعْدَ مَوْتِهَا الأية. وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ رَسُوْلِ اللهِ، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ وَالَاهُ، أَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، لَا نَبِيَّ بَعْدَهُ. أَمَّا بَعْدُ فَيَا عِبَادَ الله أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ المُتَّقُوْنَ. اِتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوْتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ. فَقَالَ اللهُ تَعَالَى : فَقُلْتُ اسْتَغْفِرُوْا رَبَّكُمْ اِنَّهٗ كَانَ غَفَّارًاۙ يُّرْسِلِ السَّمَاۤءَ عَلَيْكُمْ مِّدْرَارًاۙ


Ma’asyiral Muslimin wal Muslimat rahimakumullah,


Alhamdulillahi rabbil 'alamin. Segala puji bagi Allah, yang dengan kasih sayang-Nya, kita masih dikaruniai umur panjang dan bisa menikmati karunia hidup di muka bumi ini. Hari ini, kita berkumpul dalam kebersamaan, bermunajat mengetuk pintu langit mengharap keberkahan turunnya hujan untuk keberlanjutan kehidupan bumi. Bumi telah memberikan kita tempat untuk hidup, tumbuh, dan berbagi kenikmatan dari Allah. Dalam keadaan suka maupun duka kita tetap harus bersyukur kepada-Nya sebagai sebuah kesadaran bahwa semua yang terjadi di muka bumi ini ini adalah takdir dan kehendak-Nya.


Selain itu, marilah kita menyampaikan shalawat kepada junjungan kita, Nabi Muhammad saw. Beliau adalah teladan yang telah mengajarkan kita untuk berbuat baik kepada alam dan semua makhluk ciptaan Allah. Beliau adalah suri tauladan dalam merawat bumi ini dengan penuh kasih sayang. Kita diajarkan untuk menjaga keseimbangan ekosistem, merawat sumber daya alam, menghindari pemborosan, dan merawat tumbuhan serta hewan yang ada di bumi ini. Shalawat kepada Nabi Muhammad saw adalah bukti cinta dan penghormatan kita terhadap ajaran-Nya yang penuh kasih kepada alam semesta ini.


Khatib juga berwasiat kepada seluruh jamaah untuk meningkatkan ketakwaan kepada Allah swt. Dengan meningkatkan ketakwaan, kita akan mampu menjalankan perintah Allah dengan baik, termasuk perintah untuk merawat jagat ini. Allah swt menciptakan kita sebagai khalifah di bumi ini, yang berarti kita memiliki tanggung jawab untuk menjaga dan melindunginya.


اسْتَغْفِرُوْا رَبَّكُمْ اِنَّهٗ كَانَ غَفَّارًاۙ يُّرْسِلِ السَّمَاۤءَ عَلَيْكُمْ مِّدْرَارًاۙ


اَسْتَغْفِرُ اللهَ العَظِيْمَ الذي لاَ اله اِلاَّ هُوَ الحَيُّ القَـيُّومُ وَاَتُوْبُ اِلَيْهِ


Ma’asyiral Muslimin wal Muslimat rahimakumullah,


Dalam misi menjadi khalifah di bumi, berupa merawat jagat, kita telah diingatkan oleh Allah untuk tidak berbuat kerusakan setelah Allah menciptakannya dengan sesempurna ini. Allah berfirman dalam Al-Quran Surat Al-A’raf ayat 56:


وَلَا تُفْسِدُوْا فِى الْاَرْضِ بَعْدَ اِصْلَاحِهَا وَادْعُوْهُ خَوْفًا وَّطَمَعًاۗ اِنَّ رَحْمَتَ اللّٰهِ قَرِيْبٌ مِّنَ الْمُحْسِنِيْنَ


Artinya: “Janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi setelah diatur dengan baik. Berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut dan penuh harap. Sesungguhnya rahmat Allah sangat dekat dengan orang-orang yang berbuat baik.”


Saat kita melanggar perintah tersebut, maka Allah pun sudah mengingatkan dampak yang terjadi sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur’an Surat QS Ar-Rum ayat 41:


ظَهَرَ الْفَسَادُ فِى الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ اَيْدِى النَّاسِ لِيُذِيْقَهُمْ بَعْضَ الَّذِيْ عَمِلُوْا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُوْنَ


Artinya: “Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan perbuatan tangan manusia. (Melalui hal itu) Allah membuat mereka merasakan sebagian dari (akibat) perbuatan mereka agar mereka kembali (ke jalan yang benar).” 


اسْتَغْفِرُوْا رَبَّكُمْ اِنَّهٗ كَانَ غَفَّارًاۙ يُّرْسِلِ السَّمَاۤءَ عَلَيْكُمْ مِّدْرَارًاۙ


اَسْتَغْفِرُ اللهَ العَظِيْمَ الذي لاَ اله اِلاَّ هُوَ الحَيُّ القَـيُّومُ وَاَتُوْبُ اِلَيْهِ


Ma’asyiral Muslimin wal Muslimat rahimakumullah,


Kemudian yang harus menjadi bahan muhasabah atau introspeksi kita semua adalah bagaimanakah kondisi lingkungan di sekitar kita? Apakah kita sudah dengan baik menjaganya? Ataukah tanda-tanda kerusakan ataupun kerusakan sudah terlihat yang dampak negatifnya sudah kita rasakan? Jika kondisi itu sudah mulai terlihat, dirasakan, dan dialami, maka sudah seharusnya kita segera menyadarinya dan menguatkan komitmen untuk lebih menjaganya. Semua itu harus diawali dari setiap individu yang kemudian akan menjadi sebuah gerakan kolektif untuk merawat lingkungan untuk keberlanjutan kehidupan.


Kemarau panjang yang saat ini kita rasakan juga harus menjadi bahan evaluasi bagi kita. Kondisi cuaca kian tidak menentu. Siklus musim penghujan dan musim kemarau sulit diprediksi. Musim dan suhu panas bumi semakin tinggi akibat dari semakin gundulnya pegunungan dan tandusnya lahan dampak penebangan pohon secara masif dan sembarangan.  


Ketika musim penghujan datang, bencana pun sudah mengintai seperti tanah longsor karena tidak ada resapan air dan pohon yang menguatkan tanah sehingga air mengalir dengan cepat mengakibatkan banjir. Hal ini diperburuk dengan menggunungnya sampah dan kurangnya kesadaran dalam mengelolanya. Semua saling berkelindan dan mengakibatkan dampak negatif yang akibat buruknya akan kembali kepada kita.


Maka itu, perlu komitmen kita untuk merawat jagat ini sehingga air akan bisa tetap mengalir membawa rahmat bagi alam semesta. Di antaranya dengan tidak menebang pohon sembarangan dan memperkuat reboisasi agar bumi tetap hijau dan sejuk. Rasulullah saw telah mengingatkan besarnya manfaat menanam pohon yang bukan hanya bisa menyeimbangkan ekosistem lingkungan, namun juga menjadi ibadah sedekah kepada makhluk Allah lainnya. Dalam hadits riwayat Muslim, Rasulullah bersabda:


مَا مِنْ مُسْلِمٍ يَغْرِسُ غَرْسًا إِلَّا كَانَ مَا أُكِلَ مِنْهُ لَهُ صَدَقَةً، وَمَا سُرِقَ مِنْهُ لَهُ صَدَقَةٌ، وَمَا أَكَلَ السَّبُعُ مِنْهُ فَهُوَ لَهُ صَدَقَةٌ، وَمَا أَكَلَتِ الطَّيْرُ فَهُوَ لَهُ صَدَقَةٌ، وَلَا يَرْزَؤُهُ أَحَدٌ إِلَّا كَانَ لَهُ صَدَقَةٌ


Artinya: “Tidaklah seorang Muslim menanam pohon kecuali buah yang dimakannya menjadi sedekah, yang dicuri menjadi sedekah, yang dimakan binatang buas adalah sedekah, yang dimakan burung adalah sedekah, dan tidak diambil seseorang kecuali menjadi sedekah”


اسْتَغْفِرُوْا رَبَّكُمْ اِنَّهٗ كَانَ غَفَّارًاۙ يُّرْسِلِ السَّمَاۤءَ عَلَيْكُمْ مِّدْرَارًاۙ


اَسْتَغْفِرُ اللهَ العَظِيْمَ الذي لاَ اله اِلاَّ هُوَ الحَيُّ القَـيُّومُ وَاَتُوْبُ اِلَيْهِ


Ma’asyiral Muslimin wal Muslimat rahimakumullah,


Pada Momentum musim kemarau ini, mari kita merenung, beristighfar, dan bertaubat kepada Allah atas segala kesalahan kita, khususnya sikap tidak bertanggungjawabnya kita dalam menjaga lingkungan. Istighfar dan bertaubat menjadi salah satu wasilah keberkahan turunnya air hujan dari langit sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur’an surat Nuh ayat 10-11:


فَقُلْتُ اسْتَغْفِرُوْا رَبَّكُمْ اِنَّهٗ كَانَ غَفَّارًاۙ يُّرْسِلِ السَّمَاۤءَ عَلَيْكُمْ مِّدْرَارًاۙ


Artinya: “Lalu, aku berkata (kepada mereka), “Mohonlah ampun kepada Tuhanmu. Sesungguhnya Dia Maha Pengampun. (Jika kamu memohon ampun,) niscaya Dia akan menurunkan hujan yang lebat dari langit kepadamu.”


اَلْحَمْدُ للهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ مَالِكِ يَوْمِ الدِّيْنِ. اللهمَّ أَنْتَ اللهُ لَا إِلٰهَ إِلَّا أَنْتَ الْغَنِيُّ, وَنَحْنُ الْفُقَرَاءُ أَنْزِلْ عَلْيْنَا الْغَيْثَ وَاجْعَلْ مَا أَنْزَلْتَ لَنَا قُوَّةً وَبَلَاغًا إِلَي حِيْنٍ


“Segala puji milik Allah, Tuhan seluruh semesta, yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, Tuhan yang menguasai hari pembalasan. Ya Allah, Engkau adalah Allah, tiada Tuhan kecuali Engkau yang Maha Kaya, sedangkan kami makhluk yang membutuhkan, turunkanlah hujan kepada kami dan jadikanlah apa yang Engkau turunkan kepada kami sebagai kekuatan dan pencapaian hingga akhir masa.” 


اللهمَّ اسْقِ عِبَادَكَ وَبَهَائِمَكَ وَانْشُرْ رَحْمَتَكَ وَأَحْيِ بَلَدَكَ الْمَيِّتَ


“Ya Allah, turunkanlah hujan kepada hamba-hamba-Mu dan binatang-binatang (ciptaan)-Mu, sebarkanlah rahmat-Mu dan hidupkanlah negeri-Mu yang sebelumnya mati.”


اللهمّ اسْقِنَا غَيْثًا مُغِيْثًا سَرِيْعًا مَرِيْعًا غَدَقًا طَبَقًا، عَاجِلًا غَيْرَ رَائِفٍ، نَافِعًا غَيْرَ ضَارٍّ تَمْلَأُ بِهِ الضَّرْعُ، وَيَنْبُتُ بِهِ الزَّرْعُ وَتُحْيِي بِهِ الْأَرْضُ بَعْدَ مَوْتِهَا وَكَذَلِكَ تُخْرِجُوْنَ


“Ya Allah, turunkanlah hujan kepada kami, hujan yang merata, segera, menyuburkan, lebat, merata, segera tanpa kelambatan, bermanfaat tanpa bahaya. Hujan yang dapat memenuhkan ambing (kantong kelenjar) susu binatang ternak, yang menumbuhkan tanaman, yang menghidupkan tanah setelah mati (karena kekeringan).”


اللهمَّ اسْقِنَا غَيْثًا مُغِيْثًا مَرِيْئًا مَرِيْعًا, نَافِعًا غَيْرَ ضَارٍّ، عَاجِلًا غَيْرَ أٰجِلٍ


“Ya Allah, turunkanlah hujan kepada kami, hujan yang lebat merata, mengairi, menyuburkan, bermanfaat tanpa mencelakakan, segera tanpa ditunda.”


بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ، وَتَقَبَلَّ اللهُ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ، إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ، أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرّحِيْمِ

 

Khutbah II

 اَسْتَغْفِرُ اللهَ العَظِيْمَ الذي لاَ اله اِلاَّ هُوَ الحَيُّ القَـيُّومُ وَاَتُوْبُ اِلَيْهِ (٧x)


الحمد للهِ عَلىَ إِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى إلىَ رِضْوَانِهِ. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وِعَلَى اَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًا


أَمَّا بَعْدُ فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوا اللهَ فِيْمَا أَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآ ئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعاَلَى إِنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ اللّهُمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ أَبِى بَكْرٍ وَعُمَر وَعُثْمَان وَعَلِى وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ


--- Khatib menghadap kiblat, membalik selendang surban, dan memindahkannya dari bahu kanan ke bahu kiri ---


اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَالْمُسْلِمِيْنَ وَ الْمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْاَمْوَاتْ إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ وَيَا قَاضِيَ الْحَاجَاتِ بِرَحْمَتِكَ يَا اَرْحَمَ الرَّحِمِيْنَ


اللَّهُمَّ اجْعَلْها سُقْيا رَحْمَةٍ وَلا تَجْعَلْها سُقْيا عَذَابٍ وَلا مَحقٍ وَلا بَلاءٍ، وَلا هَدْمٍ وَلا غَرَقٍ، اللَّهُمَّ عَلى الظِّرَابِ وَالآكَامِ وَمَنَابِتِ الشّجَرِ وَبُطُونِ الأودِيَةِ، اللَّهُمَّ حَوَالَيْنا وَلاَ عَلَيْنَا، اللَّهُمَّ اسْقِنا غَيْثاً مغِيثاً هَنِيئاً مَرِيئاً مُرِيعاً سَحّاً عامّاً غَدَقاً طَبَقاً مُجَلَّلاً دائماً إلى يَوْمِ الدِّينِ، اللَّهُمَّ اسْقِنا الغَيْثَ وَلا تَجعَلْنا مِنَ القَانِطِينَ، اللَّهُمَ إنَّ بِالعِبادِ وَالبِلاَدِ مِنَ الجهْدِ وَالْجوعِ والضّنْكِ ما لا نَشْكُو إلاّ إلَيْكَ، اللَّهُمَّ أَنْبِتْ لَنَا الزّرْعَ وَأَدِرَّ لَنَا الضّرْعَ وَأَنْزِلْ عَلَيْنَا مِنْ بَرَكاتِ السَّمَاءِ وَأنْبِتْ لَنَا مِنْ بَرَكَاتِ الأَرْضِ، وَاكْشِفْ عَنّا مِنَ البَلاءِ مَا لاَ يَكْشِفُهُ غَيْرُكَ، اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْتَغْفِرُكَ إنَّكَ كُنْتَ غَفَّاراً فَأَرْسِل السَّمَاءَ عَلَيْنَا مِدْرَاراً وَيَغْتَسِلُ في الوَادِي إذَا سالَ وَيُسَبِّحُ للرَّعْدِ وَالبَرْقِ


عِبَادَاللهِ ! إِنَّ اللهَ يَأْمُرُنَا بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرْ


*H Muhammad Faizin, Sekretaris MUI Provinsi Lampung