Nasional

Haji 2025 Ramah Lansia dan Disabilitas Bukan Hanya Slogan

NU Online  ·  Rabu, 16 April 2025 | 14:00 WIB

Haji 2025 Ramah Lansia dan Disabilitas Bukan Hanya Slogan

Wakil Ketua Komisi Nasional Disabilitas (KND) Deka Kurniawan (tengah) dan Fatimah Asri Muthmainnah (kanan) saat mengisi materi tentang Haji Ramah Disabilitas, Rabu (16/4/2025) di Asrama Haji Pondok Gede Jakarta. (Foto: dok. MCH 2025)

Jakarta, NU Online

Wakil Ketua Komisi Nasional Disabilitas (KND) Deka Kurniawan menyambut positif inisiatif Kementerian Agama (Kemenag) yang kini mulai mempertimbangkan pengalaman pelayanan disabilitas sebagai bagian dari indikator seleksi petugas haji. Menurutnya, ini merupakan bukti bahwa keseriusan membangun layanan haji yang ramah disabilitas bukan sekadar jargon.


“Kalau semua petugas punya semangat dan spirit yang sama, maka tagline Haji Ramah Disabilitas (dan Ramah Lansia) itu bukan hanya slogan, (tetapi) akan jadi kenyataan di lapangan,” ujar Deka Rabu (16/4/2025) saat mengisi materi Bimbingan Teknis Petugas Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi di Asrama Haji Pondok Gede Jakarta.


Keterlibatan KND dalam pembekalan ini juga diharapkan menjadi titik awal dari kerja sama yang lebih erat di masa depan, termasuk dalam hal pemantauan langsung pelaksanaan haji di Tanah Suci.


Meski KND belum dilibatkan dalam kunjungan teknis ke Arab Saudi, Deka optimis masih ada waktu untuk meningkatkan koordinasi dan menyampaikan aspirasi kepada otoritas di sana.


“Kami yakin ini baru permulaan. Dengan keterlibatan KND sejak awal, Indonesia sedang membangun fondasi haji yang benar-benar inklusif,” pungkasnya.


Sementara itu, aktivis disabilitas, Fatimah Asri Muthmainnah menjelaskan bahwa penyandang disabilitas memiliki dua hambatan, yaitu hambatan individual dan hambatan sosial. Menurutnya, hambatan tersebut perlu diperhatikan para petugas haji 2025 yang nantinya akan menangani 457 orang jamaah haji disabilitas.


"Hambatan muncul karena kebingungan. Aku ingin menolong, tapi nggak tahu caranya. Takut salah," ujar Fatimah Asri saat menjelaskan contoh orang non-disabilitas ketika hendak berinteraksi dengan penyandang disabilitas.


Perempuan yang akrab disapa Umi Aci ini memberikan sejumlah tips etika berinteraksi dengan jamaah haji disabilitas.

 

Pertama, semua cara bentuk pendampingan harus dikomunikasikan dengan penyandang disabilitasnya atau diinformasikan oleh penyandang disabilitasnya. Mengambil tindakan tanpa instruksi dari mereka, kemungkinan besar dapat membahayakan mereka.


Kedua, saat berbicara dengan pengguna kursi roda, posisi mata harus sejajar dengan mata pengguna kursi roda.


Ketiga, tidak memisahkan alat bantu penyandang disabilitas fisik dari mereka tanpa diketahui oleh mereka.


Keempat, tidak menaruh barang-barang kita di kursi roda tanpa seizin pengguna kursi roda. Kelima, tanyakan apakah mereka memerlukan bantuan.