Nasional

NUtizen: Konten Video Kepesantrenan Perlu Diperbanyak

Ahad, 17 April 2016 | 13:04 WIB

Yogyakarta, NU Online
Menjelang digelarnya Silaturrahim Nasional (Silatnas) Perdana Gerakan “Ayo Mondok” di Kabupaten Pasuruan pada 13-15 Mei 2016 mendatang, kalangan pesantren perlu memperbanyak konten-konten berupa pesan dan ajakan kepada masyarakat agar lebih mengenal dunia pesantren dengan memanfaatkan media audio visual.

"Mari kita ramaikan kembali gerakan Ayo Mondok ini melalui medsos kita, baik di twitter, istagram, youtobe maupun facebook dengan hastage #AyoMondok," kata Direktur NUtizen Savic Ali dalam acara pertemuan Video Maker Pesantren/NU di Hotel Cakra Kembang, Jalan Kaliurang KM 5 Yogyakarta, Sabtu (16/4).

Direktur NU Online itu meminta tiap pesantren minimal membuat satu buah video singkat yang menggambarkan kehidupan santri di pesantren masing-masing agar masyarakat kelas menengah ke atas dapat mengakses dan bisa lebih mengenal apa itu dunia pesantren.

"Perangkatnya bisa menggunakan HP, isinya juga bisa bermacam-macam. Buatlah sebuah video singkat, katakanlah berdurasi satu sampai tiga menit saja. Jadikan seorang santri sebagai talent. Buat sebuah pertanyaan, kenapa mondok? Bagaimana suka dukanya menjadi santri?” ujarnya.

Hari ini peyampaian informasi seputar kepesantrenan kepada masyarakat kelas menengah ke atas melalui konten audio visual merupakan pilihan yang sangat tepat. Sebab dunia sekarang adalah dunia digital. Siapapun bisa mengaksesnya.

“Kalangan pesantren tidak hanya menjadi konsumen informasi dari media lain. Teman-teman harus mulai memproduksi konten dan media sendiri,” tegasnya.

Selama ini, di dunia audio visual kalangan pesantren boleh dikatakan belum cukup menguasai baik dalam artian menguasai ruang atau menguasai sumber-sumber audio visual diproduksi. Padahal diprediksi tahun 2019-2010 nanti, konsep media lebih banyak bertumpu pada media video dan digital.

“Mulai sekarang kita harus berpikir, bagaimana membuat suatu gerakan yang berkelanjutan. Kita berharap semua iktikad baik kalau dibarengi semangat yang kuat, berkolaborasi dan bersindikasi, saya kira itu akan bisa jalan,” katanya.

Kaitanya dengan NUtizen, sebagai sebuah media baru dilingkungan NU dan Pesantren yang berbasis internet. Kalangan pesantren perlu mengenali, merespon, mengkonsolidasi kemampuanya untuk kelanjutkan dakwah di dunia internet.

“Ini bagian dari upaya kecil kalau teman-teman kalangan pesantren bisa istiqamah, untuk membantu pesantrennya masing-masing, membantu kiainya untuk bisa bikin chanel video. Saya kira akan bermanfaat. Saya berharap konten keislaman di NUtizen harus lebih lengkap daripada yang ada di Youtobe” pungkasnya.

NUtizen mengelar pertemuan Video Maker Pesantren yang diikuti oleh 25 santri perwakilan beberapa pesantren di Jawa Tengah, Yogyakarta, dan Jawa Timur. Pertemuan digelar dengan tujuan mengenalkan NUtizen sebagai media baru di lingkungan NU dan membangun jaringan video maker pesantren/NU. (Zaenal Faizin/Alhafiz K)