Nasional

Rayakan Lebaran Yatim, Muslimat NU Beri Edukasi Anti-Bullying dengan Cerita dan Lagu

NU Online  ยท  Ahad, 6 Juli 2025 | 15:00 WIB

Rayakan Lebaran Yatim, Muslimat NU Beri Edukasi Anti-Bullying dengan Cerita dan Lagu

Pendongeng anak dari komunitas Read-Aloud Jakarta Barat, Heni, saat mengajak anak-anak belajar tentang cara menghadapi bullying (perundungan) dan pencegahan kekerasan. (Foto: NU Online/Suwitno)

Tangerang Selatan, NU Online

Gelak tawa anak-anak memenuhi Gedung Pusdiklat Muslimat NU pada Ahad (6/7/2025) siang. Di momen perayaan Lebaran Yatim yang dikemas dalam kegiatan Hari Sosial Nasional Muslimat NU, pendongeng anak dari komunitas Read-Aloud Jakarta Barat, Kak Heni, mengajak anak-anak belajar tentang cara menghadapi bullying (perundungan) dan pencegahan kekerasan pada anak.


Melalui dialog dua arah, Heni bertanya kepada anak-anak tentang tanda-tanda bullying. Mereka antusias menjawab: dijauhi, dikata-katai, ditendang, dicubit, dijambak.


"Kalau kita dikata-katain kan jadi malu enggak mau ketemu teman, mental kita jadi terganggu. Itu tidak boleh namanya bullying verbal. Kalau dijambak itu bullying fisik," sambut Heni di hadapan anak-anak peserta kegiatan.


Selain bercerita, Heni juga mengajak anak-anak bernyanyi lagu-lagu islami dan menari bersama. Suasana semakin meriah ketika ibu-ibu Muslimat NU ikut berpartisipasi dan memeriahkan kegiatan.


Data Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) mencatat adanya peningkatan kasus kekerasan terhadap anak, termasuk bullying, pada tahun 2024. Berdasarkan Sistem Informasi Online Perlindungan Perempuan dan Anak (SIMFONI-PPA), tercatat 1.993 kasus kekerasan terhadap anak terjadi pada awal 2024.


Selain itu, Jaringan Pemantau Pendidikan Indonesia (JPPI) mencatat 573 kasus kekerasan di dunia pendidikan pada 2024, meningkat dua kali lipat dibandingkan tahun sebelumnya.
ย 

Bullying bukan hanya terjadi pada orang dewasa, tetapi juga marak di lingkungan anak-anak. Berbagai jenis perundungan bisa muncul, antara lain secara verbal, fisik, sosial, hingga siber, yang semuanya berdampak buruk pada perkembangan anak.


Molbi, siswa SMA Negeri 78 Jakarta, mengamini bahwa praktik bullying masih marak terjadi di lingkungan sekolah.


"Contohnya di sekolahku ada. Menurutku, mengenalkan isu bullying lewat dongeng seperti tadi cukup bagus,โ€ ujar Molbi saat ditemui NU Online usai acara.


Ia menambahkan bahwa dampak bullying bisa sangat serius, terutama jika korban memendam sendiri masalahnya.


"Bisa stres, enggak mau komunikasi sama temannya. Bahkan ada yang sampai enggak mau ngobrol sama orang tuanya,โ€ jelasnya.