Hari Terberat bagi Rasulullah saat Ditolak Keras Penduduk Thaif
NU Online ยท Kamis, 19 Januari 2023 | 17:00 WIB
M. Tatam Wijaya
Kolomnis
Pada suatu ketika, Siti โAisyah r.a. pernah bertanya kepada Rasulullah saw, โAdakah hari yang lebih berat bagimu daripada hari di perang Uhud?โ
Rasulullah saw lantas menceritakan bahwa hari terberat yang dialaminyaโselain hari di perang Uhudโadalah hari โAqabah. Tepatnya di musim haji ketika beliau menawarkan diri agar mendapat perlindungan dari kabilah-kabilah Thaโif, sekaligus agar misi dakwah yang diembannya tersampaikan kepada mereka.
Padahal sejauh 60 mil menempuh perjalanan dari Makkah ke Thaโif. Lima belas hari lamanya berdakwah di sana. Setiap warga Thaโif yang ditemui di pasar dan tempat lainnya disapa dan ditawari masuk Islam serta mengesakan Allah.
Puncaknya, pada malam โAqabah, Rasulullah saw menawarkan diri kepada kabilah-kabilah di sana. Dikabarkan, saat itu ada tokoh mereka yang bernama Ibnu โAbdi Yalil ibn Kilab. Namun, di luar dugaan, Ibnu โAbdi Yalil justru menolak mentah-mentah tawaran dan permintan Rasulullah saw.
Mendengar penolakan keras dari tokoh Thaโif, Rasulullah saw begitu terpukul. Beliau sedih dan bingung yang amat sangat. Belum lagi pengusiran dan lemparan batu yang dilakukan penduduk Thaโif, hingga kakinya berdarah.
Akhirnya, beliau pergi meninggalkan Thaโif. Sepanjang perjalanan, beliau tak menyadari ke manakah dirinya pergi. Baru setelah sampai di Qarnuats-Tsaโalib, beliau menyadarinya.ย
Qarnuts-Tsaโalib sendiri merupakan sebuah wilayah yang jaraknya kurang lebih dua marhalah (48 mil atau 89,5 km) dari kota Makkah. Sekarang, wilayah itu dikenal dengan nama Qarnul-Manazil. Dan dari sanalah para penduduk Najd berihram dan bertolak menunaikan ibadah haji dan umrah. (Lihat: Ali bin Ibrahim, as-Sirah al-Halabiyyah, juz I/153).
Namun, Allah segera menghibur Rasulullah saw atas penderitaan dan beban berat yang telah dialami fisik dan psikisnya. Pada hari itu, Allah mengutus malaikat Jibril. ย
Tepat saat mengangkat kepalanya, Rasulullah saw melihat malaikat Jibril berada di atas awan. Dia pun memanggilnya dan berkata, โSesungguhnya Allah mendengar apa yang kaummu katakan. Allah juga mengetahui bagaimana jawaban mereka. Sekarang, Dia telah mengutus malaikat penjaga gunung kepadamu untuk diperintah apa saja sesuai keinginanmu terhadap mereka.โ
Kemudian, malaikat penjaga gunung pun datang dan mengucap salam, โWahai Muhammad, sekarang engkau bergantung kepada keinginanmu. Jika engkau mau, akan aku timpakan kedua gunung itu terhadap mereka.โย
Hal itu sebagaimana yang dituturkan langsung oleh Rasulullah dalam haditsnya:
ููุฑูููุนูุชู ุฑูุฃูุณูู ููุฅูุฐูุง ุฃูููุง ุจูุณูุญูุงุจูุฉู ููุฏู ุฃูุธููููุชูููู ููููุธูุฑูุชู ููุฅูุฐูุง ูููููุง ุฌูุจูุฑููููุ ููููุงุฏูุงูููุ ููููุงูู: ุฅูููู ุงูููู ุนูุฒูู ููุฌูููู ููุฏู ุณูู
ูุนู ูููููู ููููู
ููู ููููุ ููู
ูุง ุฑูุฏูููุง ุนูููููููุ ููููุฏู ุจูุนูุซู ุฅููููููู ู
ููููู ุงููุฌูุจูุงูู ููุชูุฃูู
ูุฑููู ุจูู
ูุง ุดูุฆูุชู ูููููู
ู ุ ููุงูู: " ููููุงุฏูุงููู ู
ููููู ุงููุฌูุจูุงูู ููุณููููู
ู ุนููููููุ ุซูู
ูู ููุงูู: ููุง ู
ูุญูู
ููุฏูุ ุฅูููู ุงูููู ููุฏู ุณูู
ูุนู ูููููู ููููู
ููู ููููุ ููุฃูููุง ู
ููููู ุงููุฌูุจูุงูู ููููุฏู ุจูุนูุซูููู ุฑูุจูููู ุฅููููููู ููุชูุฃูู
ูุฑูููู ุจูุฃูู
ูุฑูููุ ููู
ูุง ุดูุฆูุชูุ ุฅููู ุดูุฆูุชู ุฃููู ุฃูุทูุจููู ุนูููููููู
ู ุงููุฃูุฎูุดูุจููููู ุ ููููุงูู ูููู ุฑูุณูููู ุงูููู ุตููููู ุงูููู ุนููููููู ููุณููููู
ู: ุจููู ุฃูุฑูุฌูู ุฃููู ููุฎูุฑูุฌู ุงูููู ู
ููู ุฃูุตูููุงุจูููู
ู ู
ููู ููุนูุจูุฏู ุงูููู ููุญูุฏููู ููุง ููุดูุฑููู ุจููู ุดูููุฆูุง
Artinya: Begitu mengangkat kepala, tiba-tiba sebuah awan menaungiku. Aku pun memandanginya. Ternyata di sana sudah ada malaikat Jibril. Dia memanggilku lalu berkata, โSesungguhnya Allah mendengar apa yang kaummu katakan kepadamu. Dia juga mendengar bagaimana jawaban mereka kepadamu. Sekarang, Allah telah mengutus malaikat penjaga gunung kepadamu untuk diperintah sesuai keinginanmu terhadap mereka.โ Tak lama, malaikat penjaga gunung pun memanggilku dan mengucapkan salam, lantas berkata, โWahai Muhammad, sekarang tergantung keinginanmu. Jika engkau mau, aku akan menimpakan dua gunung itu kepada mereka,โ (HR al-Bukhari dan Muslim).
Dari pernyataan malaikat penjaga gunung, kita mengetahui bahwa betapa besar kekuatan yang Allah berikan kepada malaikat itu, sampai-sampai mampu mengangkat kedua gunung besar yang ada di Makkah, lalu menimpakannya kepada para penduduk Makkah. Sehingga jika benar kedua gunung itu ditimpakan, mereka pasti sudah binasa dan tinggal bekasnya saja.
Namun, apa yang dilakukan oleh warga Thaโif tidak sampai mengeluarkan Rasulullah saw dari jati dirinya sebagai seorang rasul dan perangainya yang lemah lembut nan penyayang. Beliau tak mau balas dendam demi dirinya sendiri. Beliau tetap bersabar dan memperhitungkan balasan yang akan diterimanya.
Alih-alih ingin balas dendam, beliau malah berujar, โJustru aku berharap dari keturunan mereka, Allah mengeluarkan orang-orang yang menyembahkan Dia semata, tidak ada yang menyekutukan-Nya dengan apa pun.โ ย
Dan ternyata, harapannya terkabulkan. Allah Allah mengeluarkan orang-orang yang akan menyembah-Nya dari turunan mereka. Mereka berbondong-bondong masuk Islam. Dari turunan mereka yang telah bertindak kasar pada Rasulullah saw itu, Allah mengeluarkan orang-orang yang mengemban panji agama-Nya dan gigih berjihad di jalan-Nya.
Dari kisah di atas, kiranya dapat dipetik sejumlah pelajaran sebagai berikut:
1. Betapa beratnya penderitaan yang dialami Rasulullah saw saat berdakwa di tengah masyarakat Arab.
2. Betapa teguh hati dan gigihnya perjuangan Rasulullah saw dalam menyampaikan dakwah meski harus dihadapkan dengan tentangan dan penolakan.
3. Allah senantiasa melindungi dan menghibur Rasulullah saw di setiap saat, terutama di saat menghadapi ujian.
4. Salah satu hiburan yang diberikan Allah adalah mengutus malaikat penjaga gunung untuk memenuhi perintah dan keingingannya terhadap masyarakat Thaโif yang menentang dakwahnya.
5. Betapa besarnya kasih sayang Rasulullah saw terhadap kaumnya. Betapa tegarnya hati beliau dalam menghadapi penderitaan yang mereka timpakan terhadap dirinya.
6. Betapa besarnya kekuatan yang diberikan kepada malaikat penjaga gunung, sampai-sampai mampu membalikkan kedua gunung.
7. Rasulullah saw tidak menginginkan kebinasaan kaum yang menentang dakwahnya.
8. Betapa mulianya perangai Rasulullah saw yang layak kita teladani. Tidak ada sedikit pun rasa dendam terhadap kaum atau orang yang telah melukai hatinya.
9. Alih-alih balas dendam, beliau malah mendoakan mereka. Harapannya, semoga ada turunan mereka yang mau beriman dan mengesakan Allah. (Lihat: Umar Sulaiman, Shahih al-Qashash an-Nabawi, Terbitan: Darun-Nafais, tahun 1997, halaman 183).
Ustadz M Tatam Wijaya, Penyuluh dan Petugas KUA Sukanagara-Cianjur, Jawa Barat.
Terpopuler
1
Innalillahi, Nyai Nafisah Ali Maksum, Pengasuh Pesantren Krapyak Meninggal Dunia
2
Sosok Nabi Daniel, Utusan Allah yang Dimakamkan di Era Umar Bin Khattab
3
Cerita Pasangan Gen Z Mantap Akhiri Lajang melalui Program Nikah Massal
4
Asap sebagai Tanda Kiamat dalam Hadits: Apakah Maksudnya Nuklir?
5
3 Pesan Penting bagi Pengamal Ratib Al-Haddad
6
Mimpi Lamaran, Menikah, dan Bercerai: Apa Artinya?
Terkini
Lihat Semua