Tasawuf/Akhlak

Dakwah Rasulullah Dakwah Tanpa Amarah

Kam, 28 April 2022 | 21:00 WIB

Dakwah Rasulullah Dakwah Tanpa Amarah

Ilustrasi Rasulullah saw. (Foto: NU Online)

Posisi dakwah dalam peyiaran ajaran Islam sangat sentral danstrategis. Berdakwah berarti mengkomunikasikan ajaran Islam kepada masyarakat, dimana dai menyampaikan pesan ajaran Islammelalui lambang-lambang kepada mad’u, dan mad’u menerimapesan yang disampaikan, mengolahnya dan kemudian meresponnya.

 

Dalam proses ini, terjadi pengoperan pesan dari da’i kepada mad’udan mad’u menginterpretasikan pesan tersebut. Dari proses tersebut,diharapkan dapat memberikan dampak terhadap perubahankepercayaan, sikap dan tingkah-laku mad’u ke arah yang lebih baik,lebih Islami.


Islam mengajarkan umatnya agar bersikap lemah lembut dalam berdakwah atau mengajak kebaikan. Rasulullah dikenal dengan kelemahlembutannya dalam mengemban risalah Islam. Karena sikap lemah lembut beliau itu pula Islam memiliki daya tarik sangat kuat.Kelemahlembutan Rasul merupakan bagian dari rahmat Allah yang tak terbatas.

 

Kelemahlembutan adalah sifat yang ditanamkan Tuhan kedalam jiwanya terkait dengan fungsinya sebagai dai. Sifat ini hendaknya mewarnai kehidupan para dai sebagai pelanjut risalah dakwah.


Bersikap lemah lembut juga merupakan bagian dari kasih sayang. Salah satu faktor penunjang keberhasilan sebuah dakwah adalah sang dai memiliki sifat lemah lembut, serta tidak menunjukkan watak yang keras lagi kasar. Sifat inilah yang senantiasa dipraktikkan oleh Rasulullah saw. yang seandainya beliau bersikap kasar dalam berdakwah, tentulah umat manusia yang beliau dakwahi justru akan menjauhkan diri dari beliau.


Kalau kita melihat sejarah dakwah Rasulullah, beliau tidak pernah mengeluarkan kata-kata kasar, apalagi kekerasan dalam menyeru manusia untuk hidup di jalan Allah. Beliau menggunakan tutur kata yang santun dan perilaku yang ramah sebagai metode dakwah. Dengan metode tersebut, dakwah Rasulullah meraih sukses. Dalam waktu relatif singkat, beliau bisa mengislamkan jazirah Arabia. Sikap inilah yang harus dicontoh oleh umat Islam saat ini.


Pujian yang tinggi dari Allah swt terhadap Rasul-Nya, karena sikapnya yang lemah lembut, tidak lekas marah kepada umatnya, yang telah dituntun dan didiknya iman mereka lebih sempurna. Sudah demikian kesalahan beberapa orang yang meninggalkan tugasnya, karena loba akan harta atau sebab yang lainnya, namun Rasulullah saw tidaklah terus marah-marah saja. Melainkan dengan jiwa besar mereka dipimpin.


Dalam ayat ini Allah swt menegaskan sebagai pujian kepada Rasulullah saw bahwasanya sikap yang lemah lembut itu, ialah karena ke dalam dirinya telah dimasukkan oleh Allah sifat rahmah-Nya. Rasa rahmah, belas kasihan, cinta kasih sayang itu telah ditanamkan Allah ke dalam diri beliau, sehingga rahmah itu pulalah yang mempengaruhi sikap beliau dalam memimpin.


Dakwah berangkat dari niat baik, untuk tujuan yang baik, dan semestinya dilakukan dengan cara-cara yang baik. Itulah makna sejati dakwah. Bila ada pendakwah gemar menjelek-jelekan orang atau golongan lain, mungkin perlu diingatkan lagi tentang bahasa Arab dasar bahwa dakwah artinya mengajak bukan mengejek. Sehingga, dakwah mestinya ramah bukan marah, merangkul bukan memukul.


Bersikap lemah lembut dalam dakwah bukan berarti tidak punya pendirian, apalagi bersikap toleran terhadap keburukan. Lemah lembut hanya suatu cara untuk menyampaikan kebenaran dan mendidik orang lain agar tunduk kepada kebenaran.


Maka seorang dai harus memilih cara-cara yang baik dan bermanfaat, dan harus menjauhi sikap keras dan kasar. Karena sikap keras dan kasar itu, kadang-kadang mengakibatkan kepada tertolaknya kebenaran, dan mengakibatkan kepada perselisihan yang keras serta perpecahan di antara sesama manusia. 


Tujuan dakwah yaitu menjelaskan kebenaran dan berambisi supaya dia menerimanya dan mendapatkan faedah dari dakwah itu. Bukan tujuan dakwah yang hanya berniat menampakkan (memamerkan) keilmuan. Tujuan dari dakwah adalah menyampaikan seruan Allah dan supaya orang-orang mendapatkan manfaat dari ucapan orang yang berdakwah. (Fathoni)