Sirah Nabawiyah

4 Cara Kaum Musyrik Menghadang Dakwah Rasulullah

Sel, 5 Februari 2019 | 11:00 WIB

Semenjak Rasulullah ‘mendeklarasikan diri’ sebagai seorang nabi dan Rasul Allah, banyak pihak yang tidak suka. Terutama kaum musyrik Makkah. Mereka lantas menolak dan menghadang segala macam dakwah Rasulullah. Alasan mereka melakukan hal itu pun bervariasi; mulai dari motif ekonomi, kekuasaan, kedudukan sosial, hingga keyakinan bahwa Islam salah dan agama mereka sebelumnya paganisme benar.

Karena alasan-alasan tersebut di atas, kaum musyrik Makkah melancarkan berbagai macam upaya untuk membendung dan menghentikan dakwah Rasulullah. Pertama, menghina, mengolok-olok, dan menjuluki Rasulullah sebagai orang gila. Langkah ini ditempuh untuk melunturkan kehormatan Rasulullah sehingga masyarakat Makkah tidak hormat atau bersimpati lagi kepada Rasulullah. 

Penolakan terhadap dakwah Islam sudah terjadi ketika Rasulullah menyampaikan khutbah yang pertama kali di hadapan masyarakat Makkah. Pada saat itu, Abu Lahab, salah seorang paman Rasulullah, bahkan menilai apa yang disampaikan  Rasulullah  itu sebagai sebuah aib. Oleh karenanya Rasulullah harus dihentikan.

“Ayo cegah dia sebelum orang lain yang turun tangan mencegahnya,” teriak Abu Lahab dalam kitab Al-Kamil karya Ibnu Al-Atsir, sebagaimana dikutip dari buku Khotbah-khotbah Terakhir Rasulullah saw. (Ali Abdullah, 2015). 

Kedua, menjelekkan dan membangkitkan keragu-raguan terhadap ajaran Islam. Tidak hanya menyerang personal Rasulullah, kaum musyrik juga menyebarkan hoaks kepada masyarakat Arab terhadap ajaran Islam yang didakwahkan Rasulullah. Mereka membuat propaganda-propaganda bahwa Al-Qur’an hanyalah kebohongan yang dibuat Rasulullah. Mereka melakukan itu tanpa memberikan kesempatan kepada masyarakat Arab untuk menelaah sendiri ajaran yang dibawa Rasulullah. 

Salah satu elit Makkah yang termakan propaganda itu adalah Sayyidina Umar bin Khattab. Sebelumnya Sayyidina Umar adalah salah seorang yang keras menentang dakwah Rasulullah. Namun hatinya luluh ketika dirinya tidak sengaja mendengar ayat-ayat Al-Qur’an yang dilantunkan oleh adik perempuannya. Akhirnya ia menjadi salah satu pembela Islam yang paling berani.

Ketiga, menyodorkan beberapa penawaran atau menyuap Rasulullah. Strategi ini pernah dilakukan Utbah bin Rabi’ah, salah satu elit musyrik Makkah. Pada saat itu, Utbah bin Rabi’ah mendatangi Rasulullah yang saat itu tengah berada di dalam kawasan Ka’bah. Setelah basa-basi, Utbah bin Rabi’ah langsung menyampaikan beberapa penawaran kepada Rasulullah; mulai harta kekayaan, kemuliaan, kerajaan, dan obat yang paling mujarab. Kata Utbah bin Rabi’ah, Rasulullah akan mendapatkan itu semua jika ia mau berhenti mendakwahkan Islam.

Rasulullah tidak mengiyakan atau menolaknya. Namun setelah itu Rasulullah meminta Utbah untuk mendengarkan perkataannya. Rasulullah lantas membacakan QS. Fushshilat. Merujuk buku Membaca Sirah Nabi Muhammad dalam Sorotan Al-Qur’an dan Hadits-hadits Shahih (M Quraish Shihab, 2018), ketika sampai ayat ke-38 Utbah meminta Rasulullah untuk menghentikan bacaannya, lalu kemudian Rasulullah sujud kepada Allah.

Keempat, membunuh Rasulullah. Setelah kaum musyrik mengetahui Rasullullah akan melaksanakan hijrah, mereka menggelar sebuah pertemuan di Darun Nadwah, sebuah parlemen Quraish. Dalam buku Sirah Nabawiyah (Syaikh Shafiyyurrahman Al-Mubarakfuri, 2012), pertemuan yang dilangsungkan pada hari Kamis, 26 Safar tahun ke-14 kenabian itu dihadiri para wakil seluruh kabilah Quraish. Mulai dari Abu Jahal dari kabilah Bani Makhzum hingga Umayyah bin Khalaf dari Bani Jumah.

Dalam pertemuan itu, berbagai macam usulan muncul untuk menghentikan dakwah Rasulullah seperti mengusir Rasulullah, memasukannya ke dalam kerangka besi hingga tewas, dan membunuhnya. Akhirnya pendapat terakhir yang disepakati, untuk menghentikan dakwah Islam maka Rasulullah harus dihabisi. Agar Bani Manaf tidak bisa menuntut balas, mereka menunjuk seorang yang gagah perkasa dan berdarah bangsawan dari setiap kabilah untuk membunuh Rasulullah. Rencana yang mereka susun dengan sangat matang itu gagal karena Rasulullah diselamatkan oleh Allah.

Rintangan, tekanan, persekusi, iming-iming, dan ancaman pembunuhan tersebut tidak menyurutkan semangat Rasulullah untuk mendakwahkan Islam. Beliau terus mendakwahkan Islam sampai titik darahnya yang terakhir. (A Muchlishon Rochmat)