Syariah

Adakah Keutamaan Khusus saat Wukuf di Jabal Rahmah?

Sel, 28 Mei 2024 | 05:00 WIB

Adakah Keutamaan Khusus saat Wukuf di Jabal Rahmah?

Jamaah haji tampak sedang berdoa di Jabal Rahmah. (Foto: NU Online/Mukafi Niam)

Wukuf secara mudah dapat diartikan hadir di Arafah baik sengaja atau tidak dalam rentang waktu antara tergelincirnya matahari (masuk waktu Dhuhur) tanggal 9 Dzulhijjah hingga menjelang waktu Subuh tanggal 10 Dzulhijjah. Kehadiran ini tidak harus lama, yang penting pernah di sana.

 

Wukuf adalah ibadah pokok atau rukun terbesar dalam rangkaian ibadah haji. Mengenai hal ini, Rasulullah Saw. bersabda:

 

الحج عرفة

 

Artinya: “Bagian pokok haji adalah wukuf di Arafah.” (HR. Ahmad, Abu Dawud, Tirmidzi).

 

Jamaah haji yang tidak melakukan wukuf di Arafah akan mendapat konsekuensi berupa tiga kewajiban yang harus dilaksanakan, yaitu pertama, melakukan tahallul untuk melepas status ihramnya dengan cara melakukan amalan umrah (tawaf, sai,dan bercukur) dengan diniati tahallul dari haji. Kedua, segera melaksanakan qadla haji di tahun berikutnya bila memungkinkan.

 

Ketiga, membayar dam fawat (denda karena tidak berwukuf) yang dilaksanakan saat melakukan haji qadla. Ketentuan dam fawat ini adalah menyembelih seekor kambing. Bila hal itu tidak memungkinkan, maka diganti dengan puasa sepuluh hari (3 hari saat ihram dan 7 hari ketika telah sampai di Tanah Air). 

 

Begitu penting dan sakralnya wukuf sehingga setiap orang ingin mendapatkan tempat terbaik dan sedapat mungkin sesuai dengan ajaran, sabda, dan tindakan Rasulullah Saw. Seringkali jamaah haji berdesak-desakan untuk berada di Jabal Rahmah guna meraih hal tersebut. Namun benarkah Jabal Rahmah memiliki kedudukan yang demikian tinggi dalam wukuf?

 

Jabal Rahmah yang memiliki nama lain Jabal Arafah, Jabal Ilal, Jabal Alal adalah bukit kecil yang berada di tengah Arafah. Nama Jabal Rahmah sendiri sebenarnya tidak disebutkan di dalam hadits manapun dan tidak dikenal pada masa generasi emas Islam yaitu generasi sahabat, tabi’in, dan tabi’it tabiin. 

 

Nama Jabal Rahmah pertama kali ditemukan dalam catatan Nashir Khusraw di kitabnya Safarnameh pada akhir abad keempat Hijriyah. Nama Jabal Ilal dikenal oleh orang Arab kuno dalam karya sastra mereka. Sedangkan nama Jabal Arafah banyak ditemukan dalam literatur Islam. Barulah ketika nama Jabal Rahmah disebut oleh Nashir Khusraw, nama ini menjadi sering digunakan bahkan dalam beberapa kitab fiqih. (Ahmad Zaki Hamani, Mausu'ah Makkah al-Mukarromah wal-Madinah al-Munawwarah, [London, Muassasah al-Furqon lit-Turats al-Islamy, 2009], juz 3, cetakan I, halaman 244).

 

Selanjutnya, berdesakan dan berebutan untuk wukuf di Jabal Rahmah saat melaksanakan ibadah haji ternyata sudah berlangsung lama. Dalam hal ini, Imam Nawawi rahimahullah berkata:

 

وأمَّا ما اشْتَهَرَ عِنْدَ الْعَوَامِّ مِنَ الاعتنَاء بالوقوفِ على جَبَلِ الرَّحْمَةِ الذي بِوَسَطِ عرفاتٍ كما سبقَ بَيَانُهُ وترْجيحُهُمْ لَهُ عَلَى غيرِهِ من أرض عَرَفَاتٍ حتى ربما تَوَهَّمَ كثيرٌ مِنْ جَهَلَتِهِم أنَّهُ لا يصحُّ الوقوفُ إلاَّ بِهِ فخطأ مُخَالِف للسُّنَّةِ، ولم يَذْكُرْ أحدٌ مِمَنْ يُعْتَمَدُ عَلَيْهِ فِي صُعُودِ هَذَا الْجَبَلِ فضيلةً إِلاَّ أبُو جَعْفَر محمدُ بن جريرِ الطبريُّ فإنه قال: يستحب الوقوفُ عليه وكذا قال أقضى القضاةِ أبو الحسن الماورديُّ البصري صاحبُ الحاوِي من أصْحَابِنَا: يُسْتَحبُّ أنْ يقْصدَ هذا الْجَبَلَ الذي يقالُ له جَبَلُ الدُّعاء. قال: وهو موقفُ الأنْبياءِ صلواتُ اللهِ وسلامُهُ عَلَيْهِمْ أجمعينَ

 

وهذا الَّذِي قالاهُ لا أصْلَ لَهُ وَلَمْ يَرِدْ فيه حديثٌ صحيحٌ ولا ضعيفٌ

 

Artinya: “Apa yang masyhur di kalangan awam yaitu berupaya kuat wukuf di Jabal Rahmah yang berada di tengah Arafah sebagaimana keterangan yang telah lalu dan mengutamakan Jabal Rahmah atas bagian Arafah yang lain sampai-sampai banyak orang bodoh yang menganggap wukuf tidak sah kecuali di sana adalah kekeliruan yang bertentangan dengan sunnah. Tidak ada seorang pun ulama yang bisa menjadi pedoman yang menyebutkan ada keutamaan naik ke bukit ini kecuali Abu Ja'far Muhammad bin Jarir at-Thabari. Ia berkata, 'disunnahkan wukuf di atasnya.' Begitu juga Aqdlal Qudlat Abul Hasan Al-Mawardi al-Basri, penyusun kitab Al-Hawi dari ashab kita berkata, 'Disunnahkan menyengaja bukit ini yang disebut Jabal Doa. Bukit ini adalah tempat wukuf para nabi shalawatullah wasalamuhu alaihim ajmain.'

 

Apa yang disampaikan Beliau berdua ini tidak berdasar dan tidak ada hadits shahih maupun dlaif tentang hal ini.” (Abu Zakaria Yahya An-Nawawi, Al-Idhoh fi Manasikil Hajji wal Umrah , [Beirut, Darul Basyair al-Islamiyah, 1994], cetakan II, halaman 281-282).

 

Dari keterangan tersebut dapat disimpulkan bahwa wukuf di Jabal Rahmah tak memiliki keistimewaan sama sekali. Wukuf boleh dilakukan di mana saja selama masih dalam batas Arafah. Berusaha keras agar dapat wukuf di Jabal Rahmah adalah menyalahi sunnah bahkan ada yang mengatakan hukumnya makruh. 

 

Amalan yang justru disunnahkan adalah wukuf di area bebatuan besar di bawah Jabal Rahmah yang merupakan tempat wukuf Rasulullah sebagaimana sabda Beliau:

 

ووقفت هاهنا وعرفة كلها موقف

 

Artinya: “Aku wukuf di sini. Dan seluruh Arafah adalah lokasi wukuf.” (HR. Muslim dari Jabir bin Abdillah).

 

Bagi jamaah haji, tentu diusahakan untuk wukuf di tempat wukufnya Rasulullah. Namun hal yang tidak boleh dilupakan adalah jangan sampai upaya ini disertai dengan hal-hal yang menjerumuskan pada perbuatan dosa, seperti berdesakan antara lelaki dan perempuan, saling menyenggol dan mendorong yang bisa menyakiti orang lain. 

 

Mengingat hal tersebut, jangan sampai upaya meraih sebuah keutamaan malah terjerumus pada jurang dosa. Apalagi di antara hikmah wukuf di Arafah adalah sebagai gambaran berkumpulnya semua makhluk di Padang Mahsyar kelak dalam kondisi telanjang dan tak beralas kaki. Idealnya, wukuf di Arafah banyak diisi dengan merenung dan mendekatkan diri kepada Allah. Wallahu a'lam.

 

Ustadz Muhammad Masruhan, Khodim di PP. Al Inayah Wareng Magelang.