Syariah

Benarkah Menghidupkan Malam Nisfu Sya'ban Bid'ah?

Rab, 21 Februari 2024 | 20:00 WIB

Benarkah Menghidupkan Malam Nisfu Sya'ban Bid'ah?

Ilustrasi: Sya'ban 2 (NU Online).

Berdasarkan pengumuman dari Lembaga Falakiyah PBNU, malam Nisfu Sya'ban tahun ini jatuh pada Sabtu malam Ahad, 24 Februari 2024. Bagi umat Islam, malam ini merupakan malam yang istimewa karena dijuluki sebagai malam pengampunan dosa. Pada malam ini, rahmat Allah swt begitu luas tercurah kepada hamba-Nya.


 

Malam Nisfu Sya'ban merupakan malam istimewa yang penuh berkah. Pada malam ini, Allah melimpahkan rahmat dan ampunan kepada hamba-Nya. Karena itu, alangkah baiknya kita menghidupkan malam ini dengan berbagai amalan ibadah.

 

Hal ini yang dipraktikkan oleh para ulama Salaf (generasi terbaik umat Islam) terdahulu. Keterangan ini diceritakan Syekh Ibnul Hajj dalam bukunya Al-Madkhal, dimana mereka selalu menyambut malam Nisfu Sya'ban dengan penuh kesungguhan dan melakukan banyak ibadah. 
 

 

وكان السلف رضي الله عنهم يُعَظِّمونها -أي: ليلة النصف من شعبان-، ويُشَمِّرُون لها قبل إتيانها، فما تأتيهم إلا وَهُمْ متأهِّبون للقائها، والقيام بحرمتها على ما قد عُلِمَ من احترامهم للشعائر على ما تَقَدَّم ذِكْرُه؛ هذا هو التعظيم الشرعي لهذه الليلة


 

Artinya; "Para pendahulu kita–semoga Allah meridhoi mereka–sangat memuliakan malam tersebut (yakni malam pertengahan bulan Sya'ban). Mereka mempersiapkan diri untuk menyambutnya sebelum malam itu tiba. Ketika malam itu datang, mereka telah siap untuk menyambutnya dan melaksanakan keutamaannya dengan penuh penghormatan terhadap syiar-syiar agama, sebagaimana telah disebutkan sebelumnya. Inilah bentuk penghormatan yang syar'i terhadap malam tersebut. (Ibnul Hajj Al-Maliki, Al-Madkhal, [Kairo, Maktabah Dar Turats: 2008 ], Jilid I, halaman 292]



 

Sementara itu Ibnu Rajab dalam kitab Lathaiful Ma'arif menjelaskan hal serupa, bahwa para tabi'in dari  Syam, seperti Khalid bin Ma'dan, Makhul, Luqman bin 'Amir. dan lain-lain, sangat mengagungkan malam Nisfu Sya'ban dan bersungguh-sungguh dalam beribadah pada malam itu. Hal ini karena malam tersebut memiliki keagungan dan keistimewaan. 
 


وليلة النصف من شعبان: كان التابعون من أهل الشام؛ كخالد بن معدان ومكحول ولقمان بن عامر وغيرهم، يعظمونها ويجتهدون فيها في العبادة، وعنهم أخذ الناس فضلها وتعظيمها

 

Artinya; "Dan malam pertengahan bulan Sya'ban: Para tabi'in dari penduduk Syam; seperti Khalid bin Ma'dan, Makhul, Luqman bin 'Amir dan lain-lain, mereka mengagungkan malam tersebut dan bersungguh-sungguh dalam beribadah di dalamnya. Dan dari mereka, orang-orang mengambil keutamaan dan pengagungannya," (Ibnu Rajab, Lathaiful Ma'arif, [Beirut, Dar Ibnu Hazm; 2004], halaman 137).
 

 

Hukum Menghidupkan Malam Nisfu Sya'ban

Terkait pertanyaan apakah menghidupkan malam Nisfu Sya'ban adalah bid'ah? Para ulama klasik sepakat bahwa hukum menghidupkan malam Nisfu Sya'ban hukumnya sunah, seperti halnya menghidupkan malam-malam istimewa lainnya seperti 10 malam terakhir Ramadhan, Idul Fitri, dan Idul Adha.
 

 

Kesunahan menghidupkan malam nisfu Sya'ban ini, sebagaimana disebutkan dalam kitab Ithafus Sadah karya Sayyid Murtadha Az-Zabidi, yang mengatakan dianjurkan memperbanyak amal kebaikan di malam-malam mulia tersebut.
 

 

ومن المندوبات: إحياء ليالي العشر من رمضان، وليلتي العيدين، وليالي عشر ذي الحجة، وليلة النصف من شعبان، كما وردت به الأحاديث، وذكرها في "الترغيب والترهيب" مفصلة. والمراد بإحياء الليل: قيامه. وظاهره الاستيعاب، ويجوز أن يراد غالبه


 

Artinya, "Dari sunah yang dianjurkan adalah memperbanyak ibadah di malam-malam 10 terakhir Ramadhan, malam dua Hari Raya, malam pada 10 hari pertama bulan Dzulhijjah, dan malam Nisfu Sya'ban, sebagaimana yang disebutkan dalam hadits-hadits dan dijelaskan secara rinci dalam kitab "Targhib wa Tarhib".
 

 

Yang dimaksud dengan "memperbanyak ibadah di malam" adalah melakukan shalat malam. Secara lahiriah, hal ini mencakup segala bentuk ibadah, dan mungkin dimaksudkan kebanyakan dari itu. [Murtadha Az-Zabidi, Ithafus Sadah Syarah Ihya' Ulumiddin, [Beirut: Dar Kutub Al-Ilmiyah: 1971], Jilid III, halaman 708]


 

Dalam kitab Hasyiah Qalyubi, Syekh Ahmad bin Ahmad bin Salamah Al-Qalyubi mengatakan dianjurkan untuk menghidupkan malam Nisfu Sya'ban minimal dengan shalat Isya berjamaah dan bertekat bulat untuk shalat Subuh secara berjamaah pula. Sebab malam ini merupakan waktu yang mustajab untuk berdoa dan mendekatkan diri kepada Allah:

 


 يُندَب إحياء ليلتي العيدين بذكرٍ أو صلاةٍ، وأَوْلَاها: صلاة التسبيح، ويكفي مُعظَمُها؛ وأَقَلُّهُ: صلاة العشاء في جماعة، والعزم على صلاة الصبح كذلك، ومثلهما: ليلة نصف شعبان، وأول ليلة من رجب، وليلة الجمعة؛ لأنها مَحَالُّ إجابة الدعاء


 

Artinya, "Disunahkan menghidupkan malam-malam dua hari raya (Idul Fitri dan Idul Adha) dengan berzikir atau shalat. Yang paling utama adalah shalat tasbih, dan cukup sebagian besarnya. Yang paling sedikit adalah shalat Isya berjamaah dan berniat shalat Subuh berjamaah. Sama halnya dengan malam Nisfu Sya'ban, malam pertama Rajab, dan malam Jumat, karena malam-malam tersebut merupakan waktu yang mustajab untuk berdoa." [Ahmad bin Ahmad bin Salamah Al-Qalyubi, Hasyiyah Qalyubi, dalam Hasyiyatani, Jilid I [Beirut, Dar Fikr: 1995 M], halaman 359).



Pendapat serupa juga dikatakan oleh Syekh Manshur bin Yunus Al-Buhuti dalam kitab Kasyaful Qina' bahwa dianjurkan untuk bertakwa dan beribadah pada malam-malam tertentu, seperti malam Idul Fitri dan Nisfu Sya'ban. Anjuran ini berdasarkan hadits yang menyebutkan bahwa Allah akan memberi pahala berupa menghidupkan hati bagi orang yang tekun beribadah pada malam-malam tersebut, meskipun pada hari kiamat nanti banyak hati yang mati. (Manshur bin Yunus Al-Buhuti, Kasyaful Qina'u 'an Matni 'Iqna', [Beirut, Dar Fikr: 1982], Jilid I, halaman 437).



 

Dengan demikian, hukum menghidupkan malam Nisfu Sya'ban dengan berbagai amalan ibadah merupakan sunah yang dianjurkan. Malam ini adalah kesempatan untuk memperbanyak ibadah, memohon ampunan, dan meningkatkan kedekatan kepada Allah swt. Mari manfaatkan malam penuh berkah ini dengan sebaik-baiknya. Wallahu a'lam.
 

 

Ustadz Zainuddin Lubis, Pegiat Kajian Islam tinggal di Ciputat Jakarta