Kesunnahan mandi Jumat ditetapkan berdasarkan beberapa hadits, di antaranya hadits Nabi ๏ทบ:
ู
ููู ุฃูุชูู ุงููุฌูู
ูุนูุฉู ู
ููู ุงูุฑููุฌูุงูู ุฃููู ุงููููุณูุงุกู ููููููุบูุชูุณููู ููู
ููู ููู
ู ููุฃูุชูููุง ููููููุณู ุนููููููู ุบูุณููู
โBarangsiapa dari laki-laki dan perempuan yang menghendaki Jumat, maka mandilah. Barangsiapa yang tidak berniat menghadiri Jumat, maka tidak ada anjuran mandi baginya.โ (HR Ibnu Khuzaimah dan Ibnu Hibban).
Baca juga: Tujuh Syarat yang Membuat Seseorang Wajib Shalat Jumat
Disunnahkan melaksanakan mandi Jumat bagi orang yang berniat melaksanakan shalat Jumat, meskipun Jumat tidak diwajibkan baginya. Sehingga kesunnahan mandi Jumat tidak hanya berlaku bagi laki-laki yang wajib melakukan Jumat, namun juga berlaku bagi anak kecil, hamba sahaya, perempuan dan musafir yang berniat menghadiri shalat Jumat, meskipun mereka tidak berkewajiban melaksanakan Jumat.
Waktu pelaksanaan mandi Jumat dimulai sejak terbit fajar shadiq sampai pelaksanaan shalat Jumat. Lebih utama dilakukan menjelang keberangkatan menuju tempat shalat Jumat. Mandi Jumat ini sangat dianjurkan, sehingga meninggalkannya dihukumi makruh, sebab ulama masih berselisih mengenai hukum wajibnya.
Dalam hal ini, ulama berbeda pendapat. Menurutย pendapat Syekh Ibnu Hajar al-Haitami sebagaimana dikutip murid beliau, Syekh Zainuddin al-Malibari, hukumnya sunnah. Beliau berargumen bahwa anjuran mengqadla mandi Jumat sebagaimana mandi-mandi sunnah lainnya dikarenakan bila seorang muslim mengetahui mandi Jumat bisa diganti dengan qadla, maka akan menjadi motifasi tersendiri baginya untuk rutin melakukannya dan enggan meninggalkannya.ย
Syekh Syekh Zainuddin al-Malibari mengatakan:
ย ุชูุจูู - ูุงู ุดูุฎูุง ูุณู ูุถุงุก ุบุณู ุงูุฌู
ุนุฉ ูุณุงุฆุฑ ุงูุฃุบุณุงู ุงูู
ุณูููุฉ ูุฅูู
ุง ุทูุจ ูุถุงุคู ูุฃูู ุฅุฐุง ุนูู
ุฃูู ููุถู ุฏุงูู
ุนูู ุฃุฏุงุฆู ูุงุฌุชูุจ ุชูููุชู
โPeringatan, guruku berkata, disunnahkan mengqadla mandi Jumat sebagimana mandi-mandi sunnah lainnya. Anjuran mengqadla ini dikarenakan bila seseorang mengetahui bahwa mandi Jumat bisa diqadla, maka ia akan rutin melakukannya dan menjauhi dari meninggalkannyaโ. (Syekh Zainuddin al-Malibari, Fath al-Muโin Hamisy Iโanah al-Thalibin, tanpa tahun, Surabaya, al-Haramain, juz 2, hal 74).
Sementara menurut Imam al-Ramli dan Imam al-Subuki, hukum mengqadla mandi jumat tidak sunnah, sebab waktunya sudah terlewat. Pendapat ini sebagaimana disampaikan Syekh Abu Bakr bin Syatha sebagai berikut:
ูู
ุง ุชูุฑุฑ ู
ู ูุถุงุก ู
ุง ุฐูุฑ ูู ู
ุง ุฌุฑู ุนููู ุดูุฎู ุญุฌุฑย ููุงู ู
ุฑ ูุง ููุถู ูุนุจุงุฑุชู ููู ูุงุชุช ูุฐู ุงูุฃุบุณุงู ูู
ุชูุถ ูุณุฆู ุงูุณุจูู ุฑุญู
ู ุงููู ุชุนุงูู ูู ุชูุถู ุงูุฃุบุณุงู ุงูู
ุณูููุฉ ููุงู ูู
ุฃุฑ ูููุง ูููุง ูุงูุธุงูุฑ ูุง ูุฃููุง ุฅู ูุงูุช ููููุช ููุฏ ูุงุช ุฃู ููุณุจุจ ููุฏ ุฒุงูย ย
โApa yang dicetuskan yaitu anjuran mengqadla mandi-mandi di atas adalah pendapat dari guru Syekh Zainuddin, yaitu Syekh Ibnu Hajar. Dan Imam al-Ramli berpendapat tidak disunnahkan mengqadlai. Redaksi dari Imam al-Ramli adalah, apabila mandi-mandi ini terlewat waktunya, maka tidak perlu diqadla. Imam al-Subki ditanya apakah dianjurkan mengqadla mandi-mandi sunnah? Beliau menjawab, saya tidak pernah menjumpai kutipan statemen ulama terdahulu tentang masalah itu. Dan yang jelas menurutku adalah tidak dianjurkan diqadla. Sebab, bila kesunnahan mandi-mandi tersebut didasarkan atas waktu, maka waktu itu sudah terlewat, bila didasarkan atas sebab, maka sebabnya sudah hilangโ. (Syekh Abu Bakr bin Syatha, Iโanah al-Thalibin, tanpa tahun, Surabaya, al-Haramain, juz 2, hal 74)
Demikian penjelasan mengenai hukum mengqadla mandi Jumat, boleh memilih di antara dua pendapat di atas, dengan tetap saling menghormati kepada pihak yang tidak sepandangan. Semoga bermanfaat. (M. Mubasysyarum Bih)